_Seoul, Musim Panas 1995_
“Oppa....” pekik seorang yeoja kecil manja.
Yeoja kecil berumur 5 tahun itu berlari-lari senang mengejar
seorang namja berumur 10 tahun yang nampak terganggu dan tidak suka dengan
kehadiran yeoja itu.
“berhentilah mengikutiku, gadis jelek!” cibir namja itu dengan
tatapan tajam.
“waeyo oppa? Namaku Dong Kyo bukan gadis jelek, apa kau lupa?”
tanya gadis itu, mengajukan protes.
“bermainlah bersama Hyunra, jangan dekat-dekat denganku!”
gertak namja itu lebih keras.
“waeyo, oppa?” tanya gadis kecil itu hampir menangis.
“pergilah,” ucapnya ketus dan meninggalkan yeoja kecil itu
ditepi sungai Han sendirian sore itu.
Choi dong Kyo-gadis kecil itu- terpaku ditempatnya. Memandangi
punggung Cho Seung Joon-namja yang menggertakknya tadi- dengan tatapan
menyedihkan.
“Kyo-ya!” seru seorang namja lain yang seumuran dengan Kyo
yang tiba-tiba datang mendekatinya.
“eh, SangChu-ah. Waeyo?” ucap gadis itu kembali ceria.
“ani. Ayo kita ketoko eskrim. Ada eskrim rasa baru yang keluar
hari ini. Kau pasti akan menyukainya..” ucap Sang chu ceria.
“jinjja? Bagaimana kau bisa tau?” tanya Kyo dengan mata
berbinar.
“eomma mengajakku makan eskrim hari ini, dan aku berpikir
untuk mengajakmu ketika aku melihatmu.”
“Kajja kita pergi sekarang?” ucap SangChu sambil menarik
lengan gadis itu.
Senja akhir musim panas yang merekah sore ini mengantarkan
yeoja kecil itu melewati hidupnya dengan senyuman terkembang. Senyumnya merekah
lebar, secerah senja sore itu. lembayung langit yang menjadi lukisan akhir hari
itu menjadi pengiring gadis itu menuju sebuah kedai eskrim favoritnya yang
nantinya akan sangat ia rindukan.
000ooo000