Malam itu...
“yobosseo... chogii, apakah benar ini tuan
Cho Seung Joon? Aku Choi Dong Kyo. Aku yang ada di mall tadi. Aku menelponmu
untuk meminta maaf untuk kesalahanku...” tiba-tiba suara disebrang sana
membungkam mulut Kyo dengan seketika.
“oohh.. Choi Dong Kyo-ssi. Ya, aku
mengingatmu, aku mema’afkanmu, dengan beberapa syarat,” terdengar nada
kemenangan diseberang sana. Kyo sudah menduga ini akan terjadi, ini pasti akan
jadi panjang.
“ne? Syarat? Syarat apa?” potong Kyo cepat.
“hmm, karena kau telah menanyakan, maka aku
akan menjawabnya.”
“jangan memikirkan syarat yang macam-macam
yang tak bisa aku penuhi, pikirkan hal-hal yang kira-kira saja dapat aku
lakukan, “ Kyo cepat menambahkan lagi
“gurrae?? Baiklah. Aku punya beberapa
permintaan padamu, dan kau tak boleh menolak setiap permintaanku ini.” Kyo
merasa seperti dipermainkan, ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun yang
telah dituduhkan secara tak jelas oleh pria ini. Pria yang sama sekali belum
pernah ia temui. Mengapa seakan-akan orang ini membenci dirinya dan ingin
sekali mempersulit jalan hidupnya.
“Ma’af. Sebelum kau menyebutkan
permintaanmu, bisakah kau menyebutkan dimana letak kesalahan ku padamu?”