Rabu, 10 Juli 2013

[JoonKyo's Moment] A Litle incident before the story Begin...



Malam itu...
“yobosseo... chogii, apakah benar ini tuan Cho Seung Joon? Aku Choi Dong Kyo. Aku yang ada di mall tadi. Aku menelponmu untuk meminta maaf untuk kesalahanku...” tiba-tiba suara disebrang sana membungkam mulut Kyo dengan seketika.
“oohh.. Choi Dong Kyo-ssi. Ya, aku mengingatmu, aku mema’afkanmu, dengan beberapa syarat,” terdengar nada kemenangan diseberang sana. Kyo sudah menduga ini akan terjadi, ini pasti akan jadi panjang.
“ne? Syarat? Syarat apa?” potong Kyo cepat.
“hmm, karena kau telah menanyakan, maka aku akan menjawabnya.”
“jangan memikirkan syarat yang macam-macam yang tak bisa aku penuhi, pikirkan hal-hal yang kira-kira saja dapat aku lakukan, “ Kyo cepat menambahkan lagi
“gurrae?? Baiklah. Aku punya beberapa permintaan padamu, dan kau tak boleh menolak setiap permintaanku ini.” Kyo merasa seperti dipermainkan, ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun yang telah dituduhkan secara tak jelas oleh pria ini. Pria yang sama sekali belum pernah ia temui. Mengapa seakan-akan orang ini membenci dirinya dan ingin sekali mempersulit jalan hidupnya.
“Ma’af. Sebelum kau menyebutkan permintaanmu, bisakah kau menyebutkan dimana letak kesalahan ku padamu?”
“ne? Kau tidak mengetahuinya? Yang benar saja? Kau! Kau menghalangi jalanku tadi, itu kesalahan terbesar dalam hidupmu. Kau menghalangi aku, Cho Seung Joon. Kau tau itu?”
“salahmu sendiri berjalan dijalanku! Aku tak jadi minta ma’af padamu, kutarik kembali ucapan ma’afku. Aku bukan gadis bodoh yang bisa dengan muda kau tipu, ma’af Tuan, tapi aku terlalu sibuk untuk meladeni permainan kekanak-kanakanmu ini, jadi aku akan menutup pembicaran ini. Malam” tut... tut.. tut..
Tak berapa lama, ganti handphone Kyo yang berbunyi,
“aishh.. kenapa harus dia?? Ini pertama kalinya aku merasa tidak suka dan membenci orang sebesar ini. Tuhan, apa salahku??”
“wae??” Kyo bahkan tidak sudi memberi salam pada Joon.
“ya! Kau tidak sopan, kau harus mengucapkan salam terlebih dulu saat mengangkat telpon!”
“salam itu tidak berlaku untukmu!”
“waeyo?” terdengar suara menuntut Joon diseberang sana.
“hanya saja aku tidak ingin menggunakannya untukmu, itu saja. Tidak ada yang perlu dibicarakan bukan? Kalau begitu aku tu-..”
“hai.. jangan coba-coba menutup telponmu kalau kau masih ingin hidupmu berjalan dengan aman dan nyaman. Jangan coba-coba!”
“apa kau mengancamku?”
“tidak, aku hanya mengatakan apa yang dapat aku lakukan padamu kalau kau berani menutup telpon dariku.” Joon mengancamnya lagi dengan nada yang mematikan.
“baiklah, apa maumu?”
“kau, kau harus menjadi budakku, tak lama hanya sebulan, bagaimana?”
“untuk apa aku melakukan hal konyol seperti itu?”
“karena kau berhutang kata ma’af dari ku,” terdengar gelak tawa di seberang sana.
“Gurraesseo? Aku tidak merasa aku berhutang apapun padamu, simpan saja angan-anganmu itu tuan!”
“apa kau tahu? Aku berada didepan apartemenmu sekarang. Kau tahu apa yang bisa kulakukan padamu, kalau kau macam-macam...” tiba-tiba Kyo merasa darahnya mendidih ia bisa gila membenci orang yang bahkan belum pernah bertemu dengannya sekalipun. Ia segera keluar dari apartementnya dan memutuskan sambungan. Ia berjalan mencari-cari dimana sebenarnya letak pria itu.
Tiba-tiba bahu Kyo ditepuk dari belakang, ia tersentak karena terkejut dan hampir saja terjatuh kalau tangannya tidak buru-buru ditarik oleh seorang pria yang memakai topi hitam, kaca mata hitam dan masker hitam.
“apa kau sedang mencari seseorang nona?”  pria itu bicara dengan nada mengejek. Kyo merasa pernah melihat orang yang berpenampilan seperti ini sebelumnya. Tapi dimana? Ah! Ia melihatnya tadi saat di Mall.
“Kau? Kau Cho Seung Joon itu?” Kyo bertanya setengah tak percaya. Pria itu mengangguk ringan. Ia menyeret Kyo menuju ke lift dan menaikkinya.
“lantai berapa apartemenmu, nona?” nadanya lebih terdengar seperti sedang mengancam.
“lantai 15. “ jawab Kyo takut-takut. Orang-orang takkan percaya jika Kyo berteriak ia tengah “diculik” oleh seorang pria yang berjalan dengan melingkarkan tangannya dipinggang Kyo, dan tersenyum kepadanya. Mereka telah sampai didepan apartemen Kyo.
“jauhkan tanganmu dari tubuhku,” desis Kyo sengit.
“oh, kau tidak menyukainya, nona? Bahkan aku sangat menyukai skinship seperti ini,” pria itu  tersenyum, Kyo yakin walaupun ia tidak bisa melihatnya secara langsung.
Mereka memasuki apartemen Kyo. Kyo mempersilahkan ‘tamu’nya itu untuk duduk dan menawarinya minum. Dan kemudian ia masuk dapur dan taklama kemudian ia keluar dengan dua cangkir coklat panas, karena diluar dingin sekali. Kyo meletakkan cangkir itu diatas meja dan menatap wajah tamunya lekat-lekat. Pria itu bahkan tidak membuka kacamata dan maskernya walaupun didalam ruangan.
“apa kau menderita suatu penyakit menular?” tanya Kyo langsung untuk menjawab rasa penasarannya. Ia menatap langsung kemata pria itu, lurus. Pria itu tersentak pertanyaan Kyo yang seperti itu.
“mwo?? Apa aku terlihat seperti seorang yang penyakitan.” Kyo mengangguk mantap satu kali. Tatapannya tetap dingin.
“kau tidak mengenaliku?” pria itu mencondongkan wajahnya kearah Kyo. Kyo menatap dengan sesama, tersenyum sekilas dan menjawab,
“tentu saja aku tau, kau Cho Seung Joon. Kau pria menjengkelkan yang menabrakku tadi di mall. Apa aku salah?”
“kau punya tv kan di apartementmu ini? Apa kau tidak pernah menontonnya? Kau habiskan untuk apa saja waktumu itu?” Joon mulai bertingkah siap-siap menceramahi Kyo.
“mwo?? Aku punya tv, tentu saja! Dan aku tak perlu menjelaskan padamu untuk apa saja hariku ku habiskan, karna aku tak bercerita pada orang asing!” kata-kata Kyo menohok Joon, kenapa saat ia mengatakan’orang asing’ itu rasanya sakit sekali.
“apakah masih bisa disebut orang asing jika kita telah bertemu lebih dari satu kali ini?” Joon menahan emosinya.
“mungkin, tapi sayangnya aku baru melihatmu malam ini.” Kyo tersenyum puas.
“bagaimana kalau begini? Apa kau masih tidak mengenaliku?” Joon mulai melepas masker dan kaca mata hitamnya, kemudian topinya. Ia polos tanpa penyamaran. Kyo menatap wajah itu lekat, sambil mengingat-ingat sesuatu.
“apa kau mengenalku sekarang, nona?” pria itu tersenyum miring penuh kemenangan. Joon menghela nafas kasar,
“kalau sampai detik ini kau tidak mengenaliku, tamat riwayatmu!”
“ahh~~ aku ingat, kau pria yang berada di toilet itu, waktu aku menonton konser. Mengapa kau mengikutiku begini jauh? Apa masalahmu?” tantang Kyo berani.
“kau. Kau adalah masalahnya.” Hening seketika. Kyo sedang mencerna kata-kata pria ini.
Aku adalah masalah? Apakah aku adalah sebuah masalah baginya? Jadi untuk apa ia mengikutiku? Batin Kyo sebal setengah mati.
Keheningan itu dipecah oleh suara handphone Kyo,
Eolmana eolmana deo neoreul
Ireohke baraman bomyeo honja
I babogateun sarang i geojigateun sarang
Gyesokhaeya niga nareul sarang hagenni OH

Jogeumman gakkai wa jogeumman
Hanbal dagagamyeon du bal domangganeun
Neol saranghaneun nan jigeumdo yeope isseo
Geu namjan umnida
Kyo segera tersadar dan mengambil handphonenya yang terletak dimeja lampu, diseberang sofa tempatnya duduk sekarang.
“kau masih berpura-pura tak mengenaliku? Padahal kau menggunakan suaraku sebagai nada deringnya, cih” Joon memulai lagi.
Kyo menghentikan langkahnya. “Benarkah? Apakah ini lagumu? Ini adalah lagu Hyun Bin sepanjang pengetahuanku.” Jawab Kyo bangga atas pengetahuannya tentang musik.
“gurraesseo?? Itu memang lagunya, tapi itu suaraku, aku juga menyanyikannya juga dengan versiku sendiri. Apa kau tak bisa membedakan antara suaraku dan suaranya? Dasar bodoh!” cibir Joon.
Kyo diam saja, tak menanggapi perkataan Joon. Ia tak dapat mengungkapkan perasanya saat ini. Ia merasa akan segera meledak karena malu.
Tuhan, tolong aku.
000ooo000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar