Malam itu...
“yobosseo... chogii, apakah benar ini tuan
Cho Seung Joon? Aku Choi Dong Kyo. Aku yang ada di mall tadi. Aku menelponmu
untuk meminta maaf untuk kesalahanku...” tiba-tiba suara disebrang sana
membungkam mulut Kyo dengan seketika.
“oohh.. Choi Dong Kyo-ssi. Ya, aku
mengingatmu, aku mema’afkanmu, dengan beberapa syarat,” terdengar nada
kemenangan diseberang sana. Kyo sudah menduga ini akan terjadi, ini pasti akan
jadi panjang.
“ne? Syarat? Syarat apa?” potong Kyo cepat.
“hmm, karena kau telah menanyakan, maka aku
akan menjawabnya.”
“jangan memikirkan syarat yang macam-macam
yang tak bisa aku penuhi, pikirkan hal-hal yang kira-kira saja dapat aku
lakukan, “ Kyo cepat menambahkan lagi
“gurrae?? Baiklah. Aku punya beberapa
permintaan padamu, dan kau tak boleh menolak setiap permintaanku ini.” Kyo
merasa seperti dipermainkan, ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun yang
telah dituduhkan secara tak jelas oleh pria ini. Pria yang sama sekali belum
pernah ia temui. Mengapa seakan-akan orang ini membenci dirinya dan ingin
sekali mempersulit jalan hidupnya.
“Ma’af. Sebelum kau menyebutkan
permintaanmu, bisakah kau menyebutkan dimana letak kesalahan ku padamu?”
“ne? Kau tidak mengetahuinya? Yang benar
saja? Kau! Kau menghalangi jalanku tadi, itu kesalahan terbesar dalam hidupmu.
Kau menghalangi aku, Cho Seung Joon. Kau tau itu?”
“salahmu sendiri berjalan dijalanku! Aku tak
jadi minta ma’af padamu, kutarik kembali ucapan ma’afku. Aku bukan gadis bodoh
yang bisa dengan muda kau tipu, ma’af Tuan, tapi aku terlalu sibuk untuk
meladeni permainan kekanak-kanakanmu ini, jadi aku akan menutup pembicaran ini.
Malam” tut... tut.. tut..
Tak berapa lama, ganti handphone Kyo yang
berbunyi,
“aishh.. kenapa harus dia?? Ini pertama
kalinya aku merasa tidak suka dan membenci orang sebesar ini. Tuhan, apa
salahku??”
“wae??” Kyo bahkan tidak sudi memberi salam
pada Joon.
“ya! Kau tidak sopan, kau harus mengucapkan
salam terlebih dulu saat mengangkat telpon!”
“salam itu tidak berlaku untukmu!”
“waeyo?” terdengar suara menuntut Joon
diseberang sana.
“hanya saja aku tidak ingin menggunakannya
untukmu, itu saja. Tidak ada yang perlu dibicarakan bukan? Kalau begitu aku
tu-..”
“hai.. jangan coba-coba menutup telponmu
kalau kau masih ingin hidupmu berjalan dengan aman dan nyaman. Jangan
coba-coba!”
“apa kau mengancamku?”
“tidak, aku hanya mengatakan apa yang dapat
aku lakukan padamu kalau kau berani menutup telpon dariku.” Joon mengancamnya
lagi dengan nada yang mematikan.
“baiklah, apa maumu?”
“kau, kau harus menjadi budakku, tak lama
hanya sebulan, bagaimana?”
“untuk apa aku melakukan hal konyol seperti itu?”
“karena kau berhutang kata ma’af dari ku,”
terdengar gelak tawa di seberang sana.
“Gurraesseo? Aku tidak merasa aku berhutang
apapun padamu, simpan saja angan-anganmu itu tuan!”
“apa kau tahu? Aku berada didepan
apartemenmu sekarang. Kau tahu apa yang bisa kulakukan padamu, kalau kau
macam-macam...” tiba-tiba Kyo merasa darahnya mendidih ia bisa gila membenci
orang yang bahkan belum pernah bertemu dengannya sekalipun. Ia segera keluar
dari apartementnya dan memutuskan sambungan. Ia berjalan mencari-cari dimana
sebenarnya letak pria itu.
Tiba-tiba bahu Kyo ditepuk dari belakang, ia
tersentak karena terkejut dan hampir saja terjatuh kalau tangannya tidak
buru-buru ditarik oleh seorang pria yang memakai topi hitam, kaca mata hitam
dan masker hitam.
“apa kau sedang mencari seseorang
nona?” pria itu bicara dengan nada
mengejek. Kyo merasa pernah melihat orang yang berpenampilan seperti ini
sebelumnya. Tapi dimana? Ah! Ia melihatnya tadi saat di Mall.
“Kau? Kau Cho Seung Joon itu?” Kyo bertanya
setengah tak percaya. Pria itu mengangguk ringan. Ia menyeret Kyo menuju ke
lift dan menaikkinya.
“lantai berapa apartemenmu, nona?” nadanya
lebih terdengar seperti sedang mengancam.
“lantai 15. “ jawab Kyo takut-takut.
Orang-orang takkan percaya jika Kyo berteriak ia tengah “diculik” oleh seorang
pria yang berjalan dengan melingkarkan tangannya dipinggang Kyo, dan tersenyum
kepadanya. Mereka telah sampai didepan apartemen Kyo.
“jauhkan tanganmu dari tubuhku,” desis Kyo
sengit.
“oh, kau tidak menyukainya, nona? Bahkan aku
sangat menyukai skinship seperti ini,” pria itu
tersenyum, Kyo yakin walaupun ia tidak bisa melihatnya secara langsung.
Mereka memasuki apartemen Kyo. Kyo
mempersilahkan ‘tamu’nya itu untuk duduk dan menawarinya minum. Dan kemudian ia
masuk dapur dan taklama kemudian ia keluar dengan dua cangkir coklat panas,
karena diluar dingin sekali. Kyo meletakkan cangkir itu diatas meja dan menatap
wajah tamunya lekat-lekat. Pria itu bahkan tidak membuka kacamata dan maskernya
walaupun didalam ruangan.
“apa kau menderita suatu penyakit menular?”
tanya Kyo langsung untuk menjawab rasa penasarannya. Ia menatap langsung kemata
pria itu, lurus. Pria itu tersentak pertanyaan Kyo yang seperti itu.
“mwo?? Apa aku terlihat seperti seorang yang
penyakitan.” Kyo mengangguk mantap satu kali. Tatapannya tetap dingin.
“kau tidak mengenaliku?” pria itu
mencondongkan wajahnya kearah Kyo. Kyo menatap dengan sesama, tersenyum sekilas
dan menjawab,
“tentu saja aku tau, kau Cho Seung Joon. Kau
pria menjengkelkan yang menabrakku tadi di mall. Apa aku salah?”
“kau punya tv kan di apartementmu ini? Apa
kau tidak pernah menontonnya? Kau habiskan untuk apa saja waktumu itu?” Joon
mulai bertingkah siap-siap menceramahi Kyo.
“mwo?? Aku punya tv, tentu saja! Dan aku tak
perlu menjelaskan padamu untuk apa saja hariku ku habiskan, karna aku tak
bercerita pada orang asing!” kata-kata Kyo menohok Joon, kenapa saat ia
mengatakan’orang asing’ itu rasanya sakit sekali.
“apakah masih bisa disebut orang asing jika
kita telah bertemu lebih dari satu kali ini?” Joon menahan emosinya.
“mungkin, tapi sayangnya aku baru melihatmu
malam ini.” Kyo tersenyum puas.
“bagaimana kalau begini? Apa kau masih tidak
mengenaliku?” Joon mulai melepas masker dan kaca mata hitamnya, kemudian
topinya. Ia polos tanpa penyamaran. Kyo menatap wajah itu lekat, sambil
mengingat-ingat sesuatu.
“apa kau mengenalku sekarang, nona?” pria
itu tersenyum miring penuh kemenangan. Joon menghela nafas kasar,
“kalau sampai detik ini kau tidak
mengenaliku, tamat riwayatmu!”
“ahh~~ aku ingat, kau pria yang berada di
toilet itu, waktu aku menonton konser. Mengapa kau mengikutiku begini jauh? Apa
masalahmu?” tantang Kyo berani.
“kau. Kau adalah masalahnya.” Hening
seketika. Kyo sedang mencerna kata-kata pria ini.
Aku adalah masalah? Apakah aku adalah sebuah
masalah baginya? Jadi untuk apa ia mengikutiku? Batin Kyo sebal setengah mati.
Keheningan itu dipecah oleh suara handphone
Kyo,
Eolmana eolmana deo
neoreul
Ireohke baraman bomyeo
honja
I babogateun sarang i
geojigateun sarang
Gyesokhaeya niga
nareul sarang hagenni OH
Jogeumman gakkai wa
jogeumman
Hanbal dagagamyeon du
bal domangganeun
Neol saranghaneun nan
jigeumdo yeope isseo
Geu namjan umnida
Kyo segera tersadar dan mengambil
handphonenya yang terletak dimeja lampu, diseberang sofa tempatnya duduk
sekarang.
“kau masih berpura-pura tak mengenaliku?
Padahal kau menggunakan suaraku sebagai nada deringnya, cih” Joon memulai lagi.
Kyo menghentikan langkahnya. “Benarkah?
Apakah ini lagumu? Ini adalah lagu Hyun Bin sepanjang pengetahuanku.” Jawab Kyo
bangga atas pengetahuannya tentang musik.
“gurraesseo?? Itu memang lagunya, tapi itu
suaraku, aku juga menyanyikannya juga dengan versiku sendiri. Apa kau tak bisa
membedakan antara suaraku dan suaranya? Dasar bodoh!” cibir Joon.
Kyo diam saja, tak menanggapi perkataan
Joon. Ia tak dapat mengungkapkan perasanya saat ini. Ia merasa akan segera
meledak karena malu.
Tuhan, tolong aku.
000ooo000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar