_Seoul, Musim Panas 1995_
“Oppa....” pekik seorang yeoja kecil manja.
Yeoja kecil berumur 5 tahun itu berlari-lari senang mengejar
seorang namja berumur 10 tahun yang nampak terganggu dan tidak suka dengan
kehadiran yeoja itu.
“berhentilah mengikutiku, gadis jelek!” cibir namja itu dengan
tatapan tajam.
“waeyo oppa? Namaku Dong Kyo bukan gadis jelek, apa kau lupa?”
tanya gadis itu, mengajukan protes.
“bermainlah bersama Hyunra, jangan dekat-dekat denganku!”
gertak namja itu lebih keras.
“waeyo, oppa?” tanya gadis kecil itu hampir menangis.
“pergilah,” ucapnya ketus dan meninggalkan yeoja kecil itu
ditepi sungai Han sendirian sore itu.
Choi dong Kyo-gadis kecil itu- terpaku ditempatnya. Memandangi
punggung Cho Seung Joon-namja yang menggertakknya tadi- dengan tatapan
menyedihkan.
“Kyo-ya!” seru seorang namja lain yang seumuran dengan Kyo
yang tiba-tiba datang mendekatinya.
“eh, SangChu-ah. Waeyo?” ucap gadis itu kembali ceria.
“ani. Ayo kita ketoko eskrim. Ada eskrim rasa baru yang keluar
hari ini. Kau pasti akan menyukainya..” ucap Sang chu ceria.
“jinjja? Bagaimana kau bisa tau?” tanya Kyo dengan mata
berbinar.
“eomma mengajakku makan eskrim hari ini, dan aku berpikir
untuk mengajakmu ketika aku melihatmu.”
“Kajja kita pergi sekarang?” ucap SangChu sambil menarik
lengan gadis itu.
Senja akhir musim panas yang merekah sore ini mengantarkan
yeoja kecil itu melewati hidupnya dengan senyuman terkembang. Senyumnya merekah
lebar, secerah senja sore itu. lembayung langit yang menjadi lukisan akhir hari
itu menjadi pengiring gadis itu menuju sebuah kedai eskrim favoritnya yang
nantinya akan sangat ia rindukan.
000ooo000
_Seoul, Awal musim panas 2008_
“oppa...” pekik seorang gadis cantik kesal pada seorang namja
yang tengah duduk disebuah bangku taman.
“aku bukan oppamu!” tandas sang namja tajam tanpa berniat
mengalihkan pandangannya pada komik jepang yang tengah digelutinya itu.
“oppa!” ulang gadis itu, seakan tak mendengar ucapan namja
tadi.
Namja itu tak bersuara lagi dan memilih untuk bangkit berdiri.
Namja itu menatap sebal kearah gadis tadi untuk sekilas dan beranjak pergi.
“oppa! Aku tunangannmu, ingat itu!” ucap gadis cantik itu
tajam.
“aku ingat,” jawab namja itu tanpa menoleh dengan nada dingin.
“kau sudah mendapatkanku, bersenang-senanglah!” cibir namja
itu lagi.
“kau tidak suka dengan perjodohan kita? Orangtua kita sudah
menjodohkan kita bahkan sejak sebelum kita lahir,” ucap gadis itu tak percaya.
“aku tidak, tapi keluargaku iya. Apa yang bisa kulakukan?
Bahkan aku harus mengurus yeoja jelek yang cerewet dan menyebalkan sepertimu!”
namja itu berbalik dan menatap tajam yeoja yang hampir menangis itu.
Gadis itu menunduk untuk beberapa saat dan kemudian menatap
namja itu lurus-lurus.
“setidaknya aku masih berperasaan. Aku tidak sepertimu, oppa!”
pekik gadis itu histeris.
Gadis itu berlari meninggalkan namja bernama Cho Seung Joon
itu. Cho Seung Joon hanya bisa melihat punggung gadis itu yang mulai menjauh
darinya. Gadis itu terlihat buru-buru menyeberang jalan tanpa memperhatikan
keadaan sekitar. Hampir saja gadis itu tertabrak mobil yang tengah melintas,
hati Seung Joon berjengit ketika melihat kejadian itu.
“gadis ceroboh,” gumamnya lirih dan melangkah pergi dengan
arah yang berlawanan dari gadis tadi, Choi DongKyo.
000ooo000
“Eomma, bisakah aku membatalkan perjodohan ini?” gumam Kyo
pada sesosok wanita paruh baya dalam bingkai foto itu.
wanita itu terlihat
tersenyum bahagia bersama dengan seorang namja yang tak lain adalah ayahnya dan
gadis kecil dengan rambut yang dibiarkan tergerai terkena angin tengah
tersenyum lebar dipelukan kedua orangtua itu.
“eomma, appa... aku sangat merindukan kalian,” ucap gadis itu
lagi terisak. Butiran hangat itupun meleleh dari sudut matanya.
Kyo adalah seorang yatim piatu. Kedua orangtuanya, Choi Hyun
Sang dan Choi Hyewoon meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat saat Kyo
berumur tujuh tahun. Gadis itu kemudian dititipkan pada keluarga Cho yang
merupakan sahabat kedua orangtuanya sejak kecil.
Choi Dong Kyo-gadis itu- selalu mengikuti kemanapun Seung Joon
pergi, walaupun namja itu tak pernah terlihat senang. Kyo selalu berusaha
membawakan makanan kesukaan Seung Joon walaupun pada akhirnya makanan itu akan
berakhir ditong sampah dengan sia-sia sesaat setelah Kyo menyerahkannya pada
Seung Joon. Gadis itu juga selalu menyempatkan mampir kesebuah toko buku
langganannya hanya untuk mengecek komik terbaru yang sudah terbit hari itu,
hanya untuk diberikan pada Seung Joon, yang pada akhirnya nasibnya juga sama,
terdampar mengenaskan diatas tempat sampah sesaat ia memberikannya. Namun Kyo
tetap melakukan hal yang sama keesokan harinya. Ia tak pernah bosan.
“eomma, dia tak mencintaiku, sama sekali...” renung gadis itu
lagi.
“dia bahkan sangat membenciku, eomma!” raung gadis itu tak
terkendali.
“appa, tolong aku! Hentikan semua ini, appa!” gadis itu
berteriak-teriak histeris sambil memeluk bingkai foto itu. foto liburan musim
panas terakhirnya bersama kedua orang tuanya.
“Appa, aku lelah, bisakah aku ikut bersama kalian?” rutuk
gadis itu frustasi.
Gadis itu kembali terisak dan memeluk Christ, boneka Teddy
bear coklat besar kesayangannya, hadiah ulang tahun dari ayahnya saat ulang
tahunnya yang ketujuh. Hadiah terakhirnya.
“Christ-ah! Apakah menurutmu kita pindah saja dari rumah ini?
Bukankah kita punya rumah sendiri?” ucap gadis itu sambil cepat-cepat mengahpus
airmata yang menghiasi pipinya.
“ah~ kau pintar sekali Christ-ah! Kita akan pindah,
secepatnya, eotte?” Kyo tersenyum lebar dengan ide konyolnya itu.
000ooo000
“eomma, aku sudah mulai ujian kelulusan sekolah dua minggu
lagi,” ucap Kyo membuka pembicaraan dimeja makan malam itu. berusaha
mengutarakan niatnya.
“emm, eomma tau. Kau ingin eomma siapkan apa?” tanya Cho Hyera
ibu SeungJoon.
Kyo yang waktu itu masih kecil dan kehilangan kedua
orangtuanya selalu merasa sedih saat anak lain dapat memanggil eomma dan appa
pada kedua orang tuannya. Karena tak tega nyonya dan tuan Cho menyuruh Kyo
untuk memanggil mereka dengan sebutan appa dan eomma.
“ani, eomma. Aku tidak butuh apa-apa. Kurasa, aku butuh
ketenangan. bisakah aku mengungsi kerumahku dulu, eomma? Aku... aku tiba-tiba
merindukan suasana rumah itu, “ucap Kyo dengan seyum yang dipaksakan.
“kenapa tiba-tiba ingin kesana?” ucap tuan Cho akhirnya.
“emm, hanya ingin saja appa. Aku ingin merasakan kehadiran
appa dan eommaku lagi seperti dulu,” Ucap Kyo lagi, kali ini menunduk.
“kau, ada masalah kyo?” tanya Hyunra angkat bicara.
Kyo cepat-cepat menggeleng.
“tidak. Hanya rindu saja,” sanggah Kyo cepat.
“em, baiklah. Kapan kau akan kesana,?” tanya nyonya Cho tanpa
curiga.
“besok. Kurasa lebih cepat lebih baik. Aku sudah rindu sekali
pada kamarku,” ucap Kyo lagi sambil pura-pura tersenyum senang.
“baiklah, setelah ini eomma bantu berkemas, ne?” ucap nyonya
Cho lagi.
“emm, aku juga ikut !” ucap Hyunra.
Kyo mengangguk semangat, rencananya berjalan lancar tanpa
halangan.
“mianhae,” rutuk Kyo dalam hati, tersenyum tipis dan melanjutkan makan malam
terkhirnya dengan keluarga ini.
000ooo000
“kau hanya pergi selama sebulan, dan kau membawa habis semua
barangmu?” tanya Shin Hani, sahabat Kyo tak percaya sesaat setelah tiba di
rumah Kyo.
“siapa bilang sebulan?” ucap Kyo santai.
“maksudmu? Kau takkan kembali kesana?” tebak Hani cepat. Kyo
hanya mengangguk sekali. Mantap.
“mwo? Kenapa tiba-tiba seperti ini?” nada bicara Hani terlihat
khawatir.
“aku sudah dewasa. Aku bisa hidup sendiri. Mungkin aku akan
mengambil part time. Aku tidak mau terus-terusan bergantung pada keluarga Cho.
“Kyo-ya! Pasti ada alasan mengapa tiba-tiba kau meninggalkan
rumah itu. bukankah dulu kau bilang tidak ingin meninggalkan keluarga itu.
kenapa tiba-tiba seperti ini?”
“kau tau, dia tidak mencintaiku. Bahkan dia membenciku, sejak
dulu,” ucap Kyo tertunduk sambil memandangi sandal kamarnya.
“Seung Joon oppa?” tanya Hani konyol. Kyo hanya mengangguk.
“aku tidak tahan dengan sikapnya yang terus menghindar bertemu
denganku. Sejak malam pertunangan itu, dia bahkan tidak pernah makan malam
ataupun sarapan bersama keluarga lagi. Ia selalu pergi pagi-pagi sekali dan
pulang saat malam larut.” Jelas Kyo frustasi.
“tapi kalian akan menikah tahun depan , Kyo-ya!” Hani
mengingatkan.
“setahun itu, bukanlah waktu yang sebentar. Akan banyak
sesuatu terjadi, dan kau takkan pernah tau. Mungkin saja kami tidak jadi
menikah,?” ucap Kyo putus asa.
“ya! Kau akan membuat orang tuamu sedih Kyo.”
“entahlah, Hani-ya! Aku juga tidak ingin membuatnya tersiksa
menikah dengan gadis yang dibencinya.” Ucap Kyo lagi.
Kyo merenungi kata-katanya. Mungkin benar, lebih baik putuskan
sekarang saja sebelum semuanya terlambat dan malah akan menyakiti banyak orang.
“ah~ aku kesini untuk belajar bukan, jangan kacaukan pikiranku
dengan masalah konyol seperti itu!” ucap Kyo kemudian berusaha menyembunyikan
kesedihannya.
“aku harus lulus dengan nilai terbaik, harus! Aku bukan gadis
menyedihkan, ne?” ucap Kyo lagi seakan memberi semangat pada dirinya sendiri.
“ne, kau harus!” timpal Hani memberikan semangat.
000ooo000
Sepasang camar terbang rendah menukik kearah birunya air laut
senja itu. beberapa detik kemudian, camar itu kembali melesat keudara sambil
membawa hasil buruannya. Seorang gadis dengan seragam sekolah menengahnya
tengah duduk digundukan pasir putih itu sambil menikmati bau pantai yang sudah
lama tak dihirupnya.
Kapan terakhir kali ia datang kepantai ini? Sebelas tahun? Ah
ya, sebelas tahun yang lalu saat keluarganya masih lengkap dan dunia serasa
berpihak padanya.
Gadis itu mendongak menatap langit senja sambil tersenyum
tipis,
“appa, eomma, aku lulus, kalian senang? Aku akan melanjutkan
ke Universitas MyongJi, eomma! Aku tidak mau satu universitas dengan namja
bodoh itu, eomma!” Kyo berbicara pada langit senja sore itu.
“aku ingin segera bertemu kalian, eomma. Aku rindu sekali,”
ucap Kyo lemah. Butiran hangat itu langsung saja meleleh disudut matanya.
Ini sudah dua bulan sejak Kyo pindah kerumahnya sendiri.
Nyonya Cho mersa khawatir pada Kyo dan terus menelponnya, bertanya kapan gadis
itu akan kembali kerumah. Tapi Kyo selalu mengelak untuk pulang dan meberi
alasan ini-itu. dan alasan rindu suasana rumahnya sukses membuat Kyo bisa
bertahan lebih lama dirumahnya sendiri.
Selama itu pula, Kyo tak pernah bertemu dengan Seung Joon,
tidak mengantarkan makan siang untuk Seung Joon seperti biasa, dan tidak juga
mengantarkan komik terbitan terbaru untuk Seung Joon. Gadis itu benar-benar
telah bertekad untuk menghilang dari kehidupan namja itu.
Kyo merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan menghirup
udara laut itu dalam-dalam. Dimasa mendatang, pasti dia akan sangat sulit
sekali mengunjungi tempat ini lagi. Ia kembali tersenyum tipis sambil
memandangi garis cakrawala untuk terakhir kalinya, sunset sudah berlalu lima
menit yang lalu dan ia harus segera pulang.
Kyo baru melangkahkan kakinya meninggalkan pantai itu dan
mendapati ponselnya bergetar hebat. Sebuah panggilan masuk dari Hyunra. Aneh
sekali, gadis ini tak pernah menelpon Kyo walaupun dalam keadaan sangat
membutuhkan bantuan sekalipun, ia hanya akan berteriak-teriak lewat pesan masuk
saja. Tapi kali ini? Apa terjadi sesuatu?
“waeyo, Hyunra-ya?” ucap Kyo sesaat setelah menempelkan
ponselnya ketelingan kirinya.
“eonnie-ya! Cepat pulang, eomma sakit! Dia
terus-terus mengigaukan namamu, sejak tadi siang,” suara
Hyunra terdengar begitu khawatir.
Kyo belum sempat menanggapi perkataan Hyunra namun sambungan
telah diputuskan secara sepihak.
Kyo segera bergegas menuju halte bus dan mengambil bus jurusan
Nowon.
000ooo000
“eomma-ya! Gwaenchana?” tanya Kyo saat mendapati nyonya Cho,
wanita yang selama ini telah merawatnya dengan penuh kasih sayang itu terbaring
lemah diranjang hijau toska itu.
Wanita paruh baya itu membuka matanya pelan, tersenyum tipis dan mengangguk lemah. Kyo
nampak merasa bersalah.
“kau sudah datang?” ucap nyonya Cho susah payah, tanganya
terentang lebar, dan Kyo segera menghambur kedalam pelukan wanita itu.
“eomma rindu sekali padamu, Kyo-ya!” ucap wanita paruh baya
itu lagi.
“kau hidup dengan baik disana?” tanyanya lagi sambil
memandangi wajah gadis yang selam sebelas tahun ini telah dianggapnya sebagai
anak sendiri.
“ne, eomma! Mianhae,” ucap Kyo menunduk, butiran hangat itupun
melelh dari sudut mata Kyo.
“uljima, eomma merasa senang kau berada disini lagi,” ucap
nyonya Cho menghibur.
“eomma sudah makan?” tanya Kyo kemudian.
“ne, kau bau laut, Kyo-ya! Dari mana kau?” telisik nyonya Cho
khawatir.
“busan,” jawab Kyo pendek.
“hmm, kau pasti sangat meridukan mereka Kyo-ya, eomma tau
itu...” ucap wanita paruh baya itu lemah sambil membelai rambut gadis itu.
“kau harus tidur disini, malam ini, Kyo-ya!” ucap nyonya Cho
memaksa.
“ne, eomma.”
“mandilah,” perintah nyonya Cho dengan berat hati.
“kuharap eomma sudah sehat saat bangun besok pagi-pagi,” ucap
Kyo dengan senyum tulus.
Gadis itu keluar dari kamar eommanya dan berbalik menuju
kamarnya sendiri yang berhadapan dengan kamar Joon.
Gadis itu menatap pintu kamar itu dengan pandangan yang tak
bisa dijelaskan. Pintu itu tertutup rapat. Entahlah, apakah seung Joon sudah
pulang atau belum, gadis itu tak ingin mempedulikan keadaan namja itu lagi. Ia
disini karna nyonya Cho, wanita yang sudah dengan suka rela merawatnya selama
sebelas tahun terakhir ini.
000ooo000
Matahari sudah sepenggalah naik. Sinarnya menerobos lurus
masuk kesetiap bagian ruangan kamar Kyo, menggantikan kegelapan dan mengisinya
dengan banyak sekali cahaya yang berhasil membuat dahi Kyo berkerut karna
silau. Gadis itu sudah hendak menarik rapat selimutnya lagi ketika sebuah
tangan menahan selimut itu.
“bangunlah!” ucap seorang namja dengan suara dingin.
Kyo yang mendengar suara itu malah semakin mempererat matanya
untuk tetap terpejam, alih-alih membukanya dan bangun.
Ia benar-benar belum siap jika harus berhadapan dengan namja
ini setelah tiga bulan tak berkomunikasi.
“yak gadis bodoh, bangunlah! Eomma sudah menunggumu dibawah,”
nada suara namja itu meninggi, nampak emosi.
Namun Kyo tetap bergeming.
“aish~ gadis ini!”
Joon langsung menarik selimut Kyo dengan kasar dan menarik
lengan gadis itu dengan keras membuat Kyo langsung membelalakan matanya. Gadis
itu langsung membuang muka ketika tatapan mata mereka bertemu untuk beberapa
detik. Ia takkan berbicara pada namja
itu lagi, apapun yang terjadi.
Alih-alih menanggapi makian Joon, Kyo malah langsung menyambar
handuk hijaunya dan melesat masuk kekamar mandi seperti seaka-akan tidak ada
orang lain didalam kamar itu.
Joon langsung menuju ke ruang makan begitu melihat Kyo masuk
kekamar mandi.
_Dinning Room Cho’s Family_
“mana, Kyo?” tanya nyonya Cho saat melihat Joon memasuki ruang
makan itu sendirian.
“mandi,” jawab Joon pendek
“kalian bertengkar?” tanya Hyunra ingin tahu.
“tentu saja tidak,” ucap Joon dengan tatapan membunuh kearah
Hyunra.
“baguslah, bagaimanapun juga kalian akan menikah,” ucap tuan
Cho yang membuat nafsu makan Joon menguap seketika.
“bisakah kita tidak membahas itu, appa? Aku ingin sarapan
dengan tenang.” Ujar Joon gusar.
“ah~ baiklah.” Ucap sang ayah mengalah.
Tak berapa lama kemudian Kyo turun dengan menggunakan kaos dan
celana pendek milik Hyunra karna semua pakaian benar-benar tak tersisa dirumah
ini.
“eonni-ya, kau sudah mandi? Pakaianmu masih sama seperti
semalam,”
“tentu saja aku sudah mandi, aku tidak bawa pakaian saat kemari,
jadi aku memakainya lagi,” ucap Kyo cuek sambil mengecup pipi ayah dan ibunya.
Kyo baru saja menjatuhkan pantatnya kekursi saat Joon membuka
suara,
“kau memang gadis jorok,” cibir Joon memulai, berharap
mendapat balasan atas ejekannya barusan.
Diluar dugaannya, Kyo malah memandang Joon sekilas dan
mengendikkan pundaknya seakan tak ada masalah.
“eomma, aku mau selat coklat,” ucap Kyo kemudian, benar-benar
mengabaikan Joon.
Ada apa dengan gadis ini? Seung Joon menggeram dalam hati.
“eonnie, hari ini aku mau ketoko buku, kau mau ikut?” tanya
Hyunra lagi.
Kyo nampak berpikir sejenak, menelengkan kepalanya,
menimbang-nimbang.
“pergilah dengan SangChu, aku malas.” Jawab Kyo pendek sambil
menggigit bagian pinggir rotinya.
“mwo?? Kenapa tiba-tiba jadi Sang Chu oppa?”
“dia mengajakku tadi malam, tapi aku sedang ingin bersama
eomma, hari ini. Jadi kau pergi saja bersama Sangchu, eotte?” tawar Kyo lagi.
“ah~ baiklah, kau tidak menitip sesuatu? Komik, mungkin? Kau
sangat menyukainya, eonnie-ya!”
“ani. Aku tidak suka komik. Aku bahkan tidak bisa membacannya
dengan baik, apa lagi memahami ceritanya, itu terlalu kekanakan menurutku” ucap
Kyo lancar dengan nada yang terdengar benar-benar menusuk bagi telinga Joon.
“eomma, apakah hari ini sudah sehat? mau mengajariku memasak?”
tanya Kyo kemudian menoleh kearah eommanya yang sejak tadi diam melihat tingkah
kedua putrinya itu.
“ne, eomma sehat. Kau mau memasak, ah~ kau memang calon istri
yang baik, Kyo-ya!” ucap nyonya Cho seraya melirik kearah Joon dengan tatapan
jahil.
Joon mendengus sebal. Gadis itu-Dong Kyo- sudah banyak berubah
rupanya.
“sepertinya kita harus mempercepat pernikahan kalian,” ucap
tuan Cho tiba-tiba.
“wae, appa?” sahut Kyo dan Joon hampir bersamaan.
“hahaaha... aigo~~ lihatlah, bahkan kalian terlihat sangat
serasi, hahahah” tuan Cho tergelak melihat tingkah kedua anaknya itu.
“aku ingin sekolah dulu, appa. Menikahnya kapan-kapan saja,”
ucap Kyo cepat.
“bukankah menikah sambil sekolah juga tak masalah?” goda
Hyunra.
“andwe! Aku mau sekolah dulu, titik!” ucap Kyo bersikeras.
“ayah lihat, bukan aku tapi dia!” ucap Joon sinis penuh
kemenangan.
“ah~ baiklah,. Terserah kau, Kyo-ya!”
000ooo000
_Seodaemun-gu, Seoul, awal musim dingin 2013_
Ini sudah lima tahun sejak perdebatan terselubung yang
dilancarkan Kyo dimeja makan itu. Kyo yang saat itu memilih melanjutkan
studinya di Universitas Myong Ji lebih memilih tinggal dirumahnya sendiri di
daerah Seodaemun dari pada di Nowon.
Kemarin adalah hari kelulusan Kyo dan kini mau tak mau ia
harus kembali lagi ke Nowon karna memang sudah tidak ada alasan untuk mengelak
lagi. Kyo hanya membawa sebuah koper berukuran kecil berisi baju-baju
terakhirnya karna semua barang-barangnya telah diangkut sehari sebelum upacara
kelulusan.
Jarak antara Nohwon dan Seodaemun tidak lah jauh, namun pada
hari kerja seperti ini, akan memakan berjam-jam lamanya untuk mencapai Nowon,
ditambah lagi banyak orang yang masih mengunjungi Seodaemun akibat upacara
kelulusan itu.
Kyo sedang menunggu bus yang akan mengantarkannya sampai di
Nowon ketika ia melihat sesosok namja yang sangat ia kenali berjalan bersama
seorang gadis dengan bergandengan tangan. Mereka terlihat bahagia sekali. Sang
gadis melingkarkan tangannya ke sekeliling pinggang namja itu. refleks Kyo
menutup mulutnya karna kaget. Mendapati tunangannya Seung Joon berjalan dengan
gadis paling populer di kampusnya, Go Eun Bin, kenapa rasanya sakit sekali.
Setetes air mata jatuh menuruni pelupuk mata Kyo. Gadis itu
menangis. Entah untuk apa ia menangis. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk ke
Nowon malam ini, dan berbalik arah kembali menuju rumahnya yang berjarak lima
ratus meter dari halte bus.
Gadis itu menangis dalam diam sepanjang jalan tak mempedulikan
tatapan aneh orang-orang yang berpapasan dengannya. Yang ia butuhkan hanya
menangis, tidak lebih.
Bagaimana bisa kau melihat orang yang akan menikah denganmu
seminggu lagi berjalan bergandengan dengan gadis lain dengan wajah bahagia yang
belum pernah ia tunjukkan bahkan didepan calon istrinya sekalipun. Ini terlalu
menyakitkan.
Kyo memutuskan masuk kedalam sebuah Coffee Shop dan memesan sebuah kopi hitam kental tanpa
gula. Kopi adalah yang terbaik didunia ini ketika kau sedih, bukan coklat.
Itulah prinsip Kyo.
Kyo menatapi cairan hitam pekat yang masih mengepul itu dengan
tatapan terluka. Kenapa bisa seperti ini rasanya. Apakah benar ia mulai
mencintai pria itu? pria yang tak pernah menganggap keberadaannya. Bukankah itu
hanya obsesi masa kecil tentang cinta monyet?
Kyo menggeleng-gelengkan kepalanya keras, mencoba mengenyahkan
perasaannya.
“apakah aku harus menolakknya lagi kali ini, menundahnya
lagi?” ucap Kyo linglung. Ia mulai menyesap cairan hitam itu. rasanya pahit
sekali. Tapi ia tak pernah bisa melepaskan aroma harum kopi itu. terlalu sulit.
“kau butuh teman ngobrol, nona? Kulihat kau frustasi sekali!”
namja itu terkekeh yang disambuti senyuman simpul Kyo.
“aku boleh duduk disini,” ucap namja itu lagi sambil menunjuk
kursi kosong didepan Kyo.
“aku tidak suka minum kopi sendirian,”tambah namja itu lagi
cepat.
“baiklah, silahkan,” ucap Kyo sopan.
“Choi Min Woo, “ ucap namja tampan itu sambil mengulurkan
tangannya pada Kyo,
“Choi Dong Kyo,” ucap Kyo sambil menerima uluran namja itu.
“mwoya? Margamu juga Choi, nona? Ah~ kebetulan yang aneh
sekali, bukan?” ucap namja itu terkekeh.
“ne, Minwoo-ssi!”
“kau tidak sedang menunggu seseorang, kan?” ucap Minwoo lagi.
Kyo hanya menggeleng.
Min Woo adalah namja asing pertama yang mengajak Kyo
berkenalan disebuah kafe seperti ini. Ia adalah namja yang menyenangkan, dan
cukup baik dan sopan menurut Kyo. Entahlah, Kyo
merasa nyaman saat pertama kali bertemu dengan MinWoo.
“MinWoo-sii, datanglah kepernikahanku seminggu lagi, ne. Ini
alamatnya,” ucap Kyo kemudian sambil memberikan alamat rumah keluarga Cho di
Nowon.
“Mwo? Kau sudah mau menikah? Kenapa cepat sekali?” nada Minwoo
dibuat sedih.
“hahaha, mwoya? Ini bahkan sudah terlambat. Harusnya
pernikahanku terjadi lima tahun yang lalu, namun aku menolak dengan alasan
ingin kuliah dulu, saat aku sudah lulus kuliah, aku tidak punya pilihan lain
selain menerima bukan,” ucap Kyo ringan.
“hahaha, kau gadis unik Dong Kyo-ssi!” ucap MinWoo.
“kau lebih unik, MinWoo-sii!” balas Dong Kyo. Sejenak ia dapat
melupakan sakit hatinya akrna bertemu dengan teman baru yang mempunyai hobi
sama seperti dirinya, membaca novel dan pecinta kopi kelas berat.
“baiklah, kurasa aku harus pulang, “ ucap Kyo kemudian. Namun
Minwoo buru-buru menahan pergelangan tangan Kyo.
“waeyo?” tanya Kyo bingung.
“kuantar kau, sampai ke Nowon,” ucap Minwoo lembut.
“ah~ gwaenchanayo, aku tidak mau merepotkanmu,” tolak Kyo
lembut.
“tidak baik seorang wanita pulang sendirian malam-malam. Aku
akan memastikanmu sampai dirumahmu dengan selamat, ne?” ucap MinWoo dengan
senyum tulus.
“aku tidak menerima kata penolakan, nona!” tambahnya lagi.
“ne, baiklah.”
000ooo000
“jja! Kita sampai” ucap Minwoo dengan senyum sumringah.
“mungkin ini terakhir kalinya aku melihatmu sebagai gadis
bebas,” ucap Minwoo terdengar merana. Kyo hanya terkekeh menanggapi kata-kata
MinWoo.
“baiklah, kuharap kau datang ke pernikahanku, besok. Jaljayo,
MinWoo-sii!” ucap Kyo saat keluar dari
mobil namja itu.
Namja itu buru-buru melompat keluar dari mobilnya dan menarik
Kyo kedalam pelukannya tepat saat mobil SeungJoon tiba didepan rumah mereka.
“mwoya...” ucap Kyo sambil memberontak melepaskan pelukan
MinWoo.
“biarkan aku dalam posisi ini sebentar saja. Untuk terakhir
kalinya, sebelum kau menjadi milik namja brengsek yang selalu membuatmu
menangis itu,” ucap MinWoo setengah berteriak.
Joon yang berada disana menggeram kesal mendapati calon
istrinya dipeluk oleh namja lain didepan matanya sendiri. Bahkan ia belum
pernah memeluk gadis itu seperti itu. Joon merasa sesak didadanya.
“Kyo-ya! Aku berbohong padamu,” ucap MinWoo masih dalam posisi
memeluk Kyo.
“sebenarnya aku sudah tau hidupmu sejak kau masuk sekolah
menengah, kau bahkan tidak mengenaliku sebagai sunbaemu karna pikiranmu selalu
disibukkan oleh namja brengsek bernama Cho Seung Joon itu. Kyo-ya! Aku hany
aingin kau tau, aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu!’ teriak namja itu
Frustasi.
TTTTTTTTTTIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNNN
Kyo hanya dapat berdiri mematung ditempatnya. Disaat yang sama
Kyo mendengar suara klakson keras yang memekakan telinga. Dan mendapati sosok
Seung Joon tengah duduk didalam mobil dengan muka merah padam menahan emosi.
Min Woo dengan berat hati melepaskan pelukannya dari gadis itu
dan tersenyum simpul,
“jaljayo, Dong Kyo-ya! Saranghaeyo!” bisik pria itu tepat
ditelinga kiri Kyo.
Joon terlihat kesal dan langsung memasuki garasi mobil rumah
itu dan naik kekamarnya tanpa menyapapa Kyo yang berpapasan dengannya dilorong
rumah itu.
000ooo000
_Seminggu kemudian_
“Kyo-ya! Kau cantik sekali, akhirnya eomma bisa melihatmu
menikah juga,” Ucap nyonya Cho sambil memandangi wajah putrinya dicermin sambil
tersenyum.
“eomma dan appamu pasti bahagia,” tambah Hyunra yang entah
sejak kapan sudah berada disisinya.
“gomawo, eomma, Hyunra-ya!” ucap Kyo sambil mengenggam tangan
kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.
“aigo~~ bagaiman ini, SangChu mengalami demam sejak semalam,
dan sekarang keadaannya semakin memburuk. Bagaimana dengan pendamping pengantin
wanitanya?” ucap Hani panik saat memasuki kamar Kyo yang bernuansa putih dan
biru itu.
“mwo? SangChu? Eomma, eotte?” tanya Hyunra ikut-ikutan panik.
“aku bisa mendampingimu, Kyo-ya!” ucap seorang namja yang
entah sejak kapan sudah berada dalam kamar itu.
000ooo000
Kyo berjalan di altar suci dengan ditemani oleh seorang pria
yang menyatakan perasaannya padanya. Kyo merasa bersalah pada MinWoo, tapi
tidak ada pilihan lain. Daripda ia harus berjalan sendiri dibawah tatapan
orang-orang satu ruangan ini, ia lebih memilih mengorbankan perasaan Minwoo.
Mianhae Minwoo, hari ini aku harus egois.
Joon membulatkan matanya dengan sempurna saat mengetahui bahwa
yang menggandeng calon istrinya adalah namja yang telah dengan lancang memeluk
calon istrinya itu dan menyatakan perasaannya pada calon istrinya.
Wajah Joon sudah terlihat merah padam saat Kyo sudah semakin
mendekatinya. Joon buru-buru memasang senyumnya kembali agar para tamu tidak
curiga tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Janji pernikahan yang ditunda selama lima tahun itupun
akhirnya terucap juga hari ini. Dengan susah payah mengesampingkan perasaannya
yang kacau, Kyo mencoba memasang senyum terbaik diwajahnya dan bersalaman
dengan tamu-tamu yang datang.
Joon masih tak mau bicara dengannya sejak malam itu. Kyo tak
ambil pusing karna sebenarnya Kyo juga kesal ketika melihat Joon berjalan
bersama Go Eun Bin pada hari yang sama.
Mereka tetap berdiri pada jarak yang dekat, namun mereka
berusaha agar pandangan mereka tak bertemu. Ini adalah hari penyiksaan bagi
Kyo, karna setelah pesta ini selesai, Kyo harus mengejar pesawat yang akan
membawanya dan Joon ke New York untuk acara bulan madu mereka.
000ooo000
_New York, Amerika Serikat_
Kyo dan Joon baru saja mendarat di New York beberapa jam yang
lalu, dan langsung menuju hotel terlebih dahulu karena malam telah merangkak.
Sesampainya dikamar Hotel, Kyo langsung ambruk dikasur karna kelelahan. Joon
yang melihat tingkah Kyo hanya mendengus dan menuju kamar mandi untuk mandi.
Selesai mandi, Joon menghampiri ranjang yang ditiduri Kyo
sejak tadi dan menyeret gadis itu secara paksa kekamar mandi. Kyo yang
menyadari kelakuan Joon langsung melotot.
“mandi! Aku tidak mau tidur dengan gadis bau!” ucap Joon tanpa
melihat Kyo.
Kyo tidak menjawab, tidak membantah. Masuk kekamar mandi
selama sepuluh menit dan keluar dengan memakai piyama tidur doraemon berwarna
biru telur. Gadis ini terlihat sangat kekanakan sekali, namun tak bisa dipungkiri
ia tetap cantik dalam segala jenis pakaian apapun.
Joon sudah ingin melayangkan protesnya, namun Kyo langsung
melemparkan tubuhnya keranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut dari ujung
kaki sampai ujung kepala.
Joon menghela nafas kesal, dan menyusul menjatuhkan diri
disamping Kyo. Menarik selimut itu sampai menutupi wajahnya. Joon yang tak
terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain sebelumnya terlihat merana sekali,
ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya walaupun rasa kantuk yang hebat sudah
menyerangnya.
Tiba-tiba pikiran jail memenuhi otaknya. Joon menarik selimut
yang menutupi Kyo itu sampai Kyo tak tertutup selimut sama sekali. Kyo yang
kesal dengan perlakuan Joon langsung mengomel tanpa membuka matanya.
“ya! Apa yang kau lakukan? Kembalikan selimutku!” ucap Kyo
jengkel.
Joon masih tak bergeming dan menunggu reaksi berikutnya dari
Kyo.
“berikan selimut itu padaku, Seung Joon bodoh!” ucap Kyo lagi
terdengar Frustasi. Kali ini matana sedikit terbuka.
“aku tidak mau, dasar gadis jelek!”
“Mwo?” kali ini mata Kyo terbuka sempurna. Terlihat merah
karna mengantuk.
“jangan mengajakku berdebat saat tengah malam seperti ini, aku
tidak akan melayani omelanmu itu!” ucap Kyo sambil bangkit duduk dan mencoba
menggapai selimut yang berada dibawah kuasa Joon. Benar-benar kekanakan sekali.
“sayangnya aku hanya bisa mengajakmu berdebat,” cibir Joon
kemudian yang mulai bangun dari posisi tidurnya.
“ya! Kembalikan selimutku!” Kyo menarik paksa selimut itu,
namun Joon juga melakukan hal yang sama dengan tenaga yang lebih besar
tentunya.
“aku tidak mau...” ucap Joon Ngotot dan akhirnya Kyo malah
jatuh menubruk tubuh Joon. Gadis itu mengerang kesakitan.
“aw! Sakit! Badanmu itu, mengapa tulang semua?” ucap Kyo
frustasi dan berusaha bangun dari atas tubuh Joon. Namun Joon malah mengunci
Kyo dengan buru-buru melingkarkan lengannya kesekeliling punggung ramping Kyo
sehingga membuat Kyo tak bisa bergerak.
“yak! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, atau aku akan
berteriak!”
“berteriak untuk apa? Karna dipeluk suamimu sendiri?” cibir
Joon yang membuat wajah Kyo memerah.
“apa itu, wajahmu memerah hanya dengan kupeluk seperti ini?
Dasar bocah!” cibir Joon lagi.
“yak! Lepaskan aku!” berontak Kyo.
“kau berteriak seperti itu saat suamimu memelukmu, dan kau
bahkan dengan sukarela dipeluk oleh pria brengsek itu?” ucap Joon tajam.
“lepaskan aku,” ucap Kyo parau.
“kenapa? Kau lebih menyukai pelukan pria brengsek itu dari
pada pelukanku?” cibir Joon lagi.
Tentu saja Kyo lebih menyukai pelukan Joon dari pada MinWoo,
karna Kyo sadar bahwa ia hanya mencintai Joon, bukan yang lain.
“setidaknya pria brengsek itu tidak sebrengsek pria yang
sedang memelukku saat ini,” ucap Kyo tajam dengan air mata yang mulai mengalir
membasahi piyama Joon.
Joon segera menggulingkan tubuh Kyo kesamping sehingga posisinya
jadi berubah dan Joon yang berada diatas tubuh Kyo. Joon menatap tajam pada
Kyo, sejenak wajahnya terlihat terluka. Ia kemudian bergegas bangkit dan meninggalkan
kamar mereka dengan membanting pintu secara keras.
Kyo meringkuk, menangis dalam diam.
“eomma, appa, aku benar-benar merindukan kalian, bawa aku
bersama kalian,” ucap Kyo lirih berulang-ulang sambil memeluk bantal yang tadi
digunakan Joon untuk tidur.
“eomma, appa, jemput aku.. aku ingin bersama kalian,
eomma....” igau Kyo kacau.
000ooo000
Kyo terbangun keesokan harinya dengan perasaan kacau dan mata
bengkak. Ada garis hitam yang menggantung dibawah matanya. Kyo berjalan menuju
lemari es dan mengambil beberapa batu es untuk digunakan mengompres matanya.
Akan lebih baik jika dilakukan dikamar mandi, pikir Kyo.
Semalam bukanlah malam yang diharapkan pernah terjadi dalam
hidup Kyo. Namun semuanya sudah terlanjur. Ia tak mungkin dapat memutar waktu.
Yang terjadi kali ini, hubungannya dengan Joon semakin merenggang, sempurna
sekali.
Kyo mendengar suara pintu dibuka, dan ia cepat-cepat
menyelesaikan mandinya. Saat keluar dari kamar mandi itu ia mendapati keadaan
Joon yang berantakan, tapi ia tak berani bertanya.
Joon melemparkan tatapan tajam dan terluka kearah Kyo, namun
Kyo menunduk sambil memandangi sandal kamarnya. Joon merangsek maju mendekati
Kyo, namun secara reflek Kyo melangkah mundur. Ia tak tahu kenpa, tapi saat itu
hanya mundur yang terlintas dalam pikirannya. Tubuhnya menyentuh tembok, ia tak
punya pilihan lagi. Kyo semakin menunduk dan ia memmerintahkan dirinya sendiri
untuk cepat-cepat mengambil nafas.
Kyo menarik nafas kasar, ia terlihat Frustasi sekali, dan Joon
sudah berdiri tepat dihadapannya.
“mianhae,” ucap Kyo lirih.
“untuk apa?” ucap Joon sambil tersenyum kecut.
“bisakah kita selesaikan liburan ini, dengan damai?”
“kau sudah merebut hidupku, dan sekarang masih berani
memerintahku?” ucap Joon dengan emosi memuncak.
“apa salahnya, aku hanya ingin memeluk istriku. Dimana letak
kesalahanku?” bentak Joon kemudian dengan wajah kacau.
“kau.. tidak salah,” ucap Kyo dengan suara gemetar. Ketakutan
seolah menyelimuti dirinya kali ini. Ia tak pernah melihat Joon sekacau ini,
bahkan ketika Kyo dengan sengaja menyuruh eommanya agar Joon mengajak Kyo pergi
ke acara komonitas pecinta komiknya dan mengacaukan seluruh rangkaian acara
komunitas itu, Joon tetap mau mengajaknya pada waktu berikutnya.
Joon masuk kekamar mandi dengan perasaan kalut. Sedangkan Kyo
jatuh terduduk, merosot begitu saja saat Joon meninggalkannya.
“op..pp..ppa..” ucap Kyo susah payah sambil menelan harga
dirinya bulat-bulat.
Ia tak mungkin bertengkar dengan Seung Joon dalam keadaan ia
berada dinegara asing dan hanya mengenal Seung Joon saja disana.
“oppa, mianhae” ucap Kyo yang masih terduduk dipojok ruangan
itu dengan memeluk lututnya sendiri.
Kyo membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya dan terisak
dalam.
Seung Joon yang baru selesai mandi mendapati Kyo tengah duduk
disudut ruangan itu nampak enggan, namun akhirnya namja itu menghampiri gadis
itu dan menariknya kedalam pelukannya.
“oppa, mianhae” ulang Kyo lagi masih tetap dalam posisi
semula.
“oppa, mianhae,” ulangnya lagi, pudaknya bergerak naik turun
tak terkendali.
“oppa...” ucap Kyo lagi dengan lemah. Ia sudah tidak mempunyai
tenaga untuk berbicara lagi. Ia tetap memeluk tubuhnya sendiri dengan erat,
disamping Seung Joon juga memeluknya.
“aku selalu menyusahkanmu, oppa. Setelah ini, aku tidak akan
menjadi beban hidupmu lagi oppa. Hiduplah dengan bahagia...” ucap Kyo masih
dalam isakannya.
“bersama Go Eun Bin,” ucapnya susah payah.
“aku akan melepasmu, oppa, setelah ini...” ucap Kyo dengan
isak yang semakin menjadi.
“aku akan pergi, asal itu membuatmu bahagia, oppa. Kau tidak
bisa menghalangi perasaanmu, begitu juga aku, aku akan bahagia untukmu,” ucap
Kyo pasrah.
000ooo000
Gadis ini, ah tidak Istriku, dia menyebutkan nama Go Eun Bin.
Apa dia mengenalnya?
Kenapa tiba-tiba Eunbin? Ada apa antara aku dan EunBin?
Kami hanya sahabat.
Gadis ini benar-benar membuatku gila.
Mengapa dia jadi
serapuh ini gara-gara bentakkanku?
Aku sudah biasa membentak dan memakinya, tapi dia seperti
tidak punya telinga untuk mendengarkan ocehanku.
Sebagai tunanganku bahkan ia mau dipeluk laki-laki lain
didepan mataku.
Apa aku salah jika aku cemburu padanya?
Apa ini?
Cemburu?
Ah tidak, aku hanya marah, bukan cemburu.
Aku hanya marah ketika pria brengsek itu menyatakan
perasaannya.
Ah, ya.. aku hanya marah tidak lebih.
000ooo000
Bulan madu yang jauh dari gambaran Kyo itu akhirnya berakhir
juga, selama seminggu, Kyo pergi mengelilingi New York dengan bantuan seorang
Tour Guide. Ia lebih nyaman pergi dengan Tour Guide itu. mencoba beberapa
kuliner khas kota itu, dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Dua hari terakhir dalam liburannya itu Kyo sering pulang
larut, mengurus beberapa hala yang menurutnya ini adalah jalan terbaik
untuknya.
Jika kau pikir ini tentang surat cerai, tentu saja bukan. Kyo
tentu tidak akan membuat keluarga Cho sedih dengan tindakannya yang ceroboh
seperti itu. selalu ada cara yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya
dengan Joon, selalu ada.
000ooo000
“kyo-ya! Eomma sangat merindukannmu. Kau tambah kurus, apa
Joon tidak memberimu makan dengan benar?” tuduh nyonya Cho saat menjemput
anaknya itu di bandara Incheon.
“ani, eomma. Aku makan dengan baik. Oppa sangat
memperhatikanku,” ucap Kyo senormal mungkin dan berusaha menampilkan senyum
terindahnya.
“ayo kita cepat pulang, eomma sudah menyiapkan masakan
kesukaan kalian,” ucap nyonya Cho bersemangat sambil menggandeng putri
sekaligus menantu kesayangannya itu.
“ne, omma!”
“Apakah Hyunra sudah ada perkembangan dengan SangChu, terakhir
kali aku bertemu SangChu dia sangat berterimakasih karna telah meminta Hyunra
pergi ketoko buku bersamanya,”
“benarkah? Eomma kira dulu SangChu suka padamu, Kyo-ya?” Kyo
terkekeh.
“ani, eomma. Itu hanya trik Sangchu saja agar bisa mendekati
Hyunra dengan mudah,”
“ah benarkah?”
“ne..”
Anak dan ibu itu terus bercerita tentang SangChu dan Hyunra
sepanjang perjalanan. Joon yang duduk dikursi depan lebih memilih diam dan menyumbatkan
earphone ketelingannya dari pada mendengar ocehan kedua perempuan itu.
000ooo000
“bagaiman bulan madu kalian? Appa sudah tidak sabar ingin
menimang cucu,”ucap tuan Cho tiba-tiba yang membuat Kyo dan Joon yang tengah
menyantap makan malamnya tersedak hebat.
“soal itu, bisakah kita bicarakan nanti appa?” bujuk Kyo
sesaat setelah dapat menguasai dirinya lagi.
“aku punya kabar gembira,” lanjut Kyo lagi.
“kau sudah hamil, eonnie-ya?” pekik hyunra tanpa bisa
dikendalikan.
“mwoya?” ucap nyonya Cho.
“eonniemu itu menikah baru dua seminggu yang lalu, bagaimana
bisa hamil secepat itu, Hyunra-ya!” ucap nyonya Cho mengingatkan.
“hmm, gwaenchana, eomma. Hyunra masih kecil,” cibir Kyo kalem.
“ya! Bahkan kau dan aku hanya berjarak satu bulan, eonie.
Ingat itu!” sungut Hyunra.
“ah, ne~ baiklah. Eomma, appa, aku mendapat beasiswa
melanjutkan S2 di Universitas Columbia,” ucap Kyo dengan wajah berbinar.
“benarkah? Kenapa kau baru memberitahukannya sekarang?” tanya
appanya nampak terlihat senang.
“aku baru mengetahui kalau aku mendapatkannya saat aku berada
di New York, eomma. Mereka bilang, aku harus berangkat kesana sekitar seminggu
kedepan untuk mengurus administrasiku, disana,” cerita Kyo lebih ceria.
“kau akan tinggal disana, eonnie? Untuk berapa lama?” tanya yunra
yang terdengar sedih karna akan berpisah dengan satu-satunya kakak
perempuannya.
“ne, paling cepat satu setengah tahun, Hyunra-ya,” ucap Kyo
lembut memberi pengertian.
“ah~ eomma aku juga ingin kuliah disana. Appa~~ aku, mau!”
“selesaikan kuliahmu dulu, baru kau boleh menyusul eonnie-mu!”
ucap tuan Cho bijak.
“ah, jinjja appa? Kau baik sekali, eonnie, tunggu aku, semeter
ini, aku pasti lulus dan akan menyusulmu,” ucap Hyunra semangat.
“eomma, appa. Aku naik dulu, aku harus mengerjakan skripsiku
lagi,” pamit Hyunra yang langsung berlari naik menuju kamarnya.
“anak itu~” nyonya dan tuan Cho hanya bisa menggeleng
menghadapi tingkah anak bungsunya itu.
“kau juga akan ikut tinggal disana, Joon?” tanya nyonya Cho
yang sedari tadi memperhatikan perubahan sikap Joon.
“kurasa tidak bisa, ia harus mengurus perusahaan disini,” sela
tuan Cho sebelum Joon sempat berkata-kata.
“aku permisi kekamar dulu,” ucap Joon kemudian.
“joon, “ panggil nyonya Cho sebelum Joon menaiki anak tangga
yang akan membawanya menuju kamarnya.
“kau tidak lupakan, Kau sekamar dengan Kyo mulai malam ini,”
ucap nyonya Cho kalem.
“ne, eomma!” ucap Joon pasrah.
Setidaknya selama seminggu kemarin ia sudah mencoba berbagi
kamar dengan Kyo. Dan hasilnya tidak cukup buruk. Ia tetap bisa tidur seranjang
dengan Kyo walaupun ia tak pernah benar-benar tidur.
“kyo, susul suamimu! Dia tidak kelihatan sedang baik-baik
saja,” pinta nyonya Kyo yang dijawab dengan anggukan Kyo.
000ooo000
“kau bahkan tidak mengatakan apa-apa padaku tentang beasiswa
itu,” Joon memulai.
“kukira akan lebih baik jika aku mengumumkannya didepan semua
anggota keluarga,” ucap Kyo tenang.
“kau tidak menganggapku sebagai suamimu?” nada Joon mulai
meninggi.
“bukan begitu, aku..”
“kau memang tak pernah menghargaiku!” ucap Joon frustasi.
“kukira akan jauh lebih adil jika kukatakan secara bersamaan,”
ucap Kyo berusaha menjelaskan.
“terserah kau,” ucap Joon membuang muka.
“op..pp..ppa..” ucap Kyo takut-takut.
“kkk..kka.. kau.. marah padaku?” tanya Kyo konyol.
“kau pikir aku sedang tertawa?aku ini suamimu! Aku berhak atas
dirimu!” ucap Joon setengah berteriak.
“arrasseo, kau suamiku, tapi kau bukan orang tuaku, Seung
Joon-sii!” ucap Kyo lirih sambil beranjak meninggalkan ruang itu.
Joon menahan pergelangan tangan Kyo dan memutar tubuh gadis itu
cepat hingga posisi mereka berhadapan.
“kau! Bisakah kau tidak membuatku marah sekali saja?” ucap
Seung Joon tiba-tiba.
“aku sudah berjanji untuk melepasmu, Oppa. Bukankah ini
merupakan kesempatan yang bagus agar kau bisa lepas dariku. Eomma dan Appa tidak
akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan ke New York dan melanjutkan
hidupku disana, dan kau bisa disini bersama Go Eun Bin. Bukankah itu cukup
adil, oppa?”
“kau bisa menceraikanku kapan saja kau mau setelah aku di New
York. Buat alasan apapun yang kau inginkan, asalkan kau bisa lepas dariku,
oppa!”
“mungkin aku tidak akan kembali lagi kenegara ini saat lulus
nanti. Aku akan tinggal disana untuk selamanya.” Ucap Kyo lagi.
Seung Joon hanya diam mematung mendengar perkataan yang keluar
dari bibir gadis itu. apakah benar gadis ini sudah menyerah?
“kau terlihat bahagia saat berjalan bersamanya, oppa! Aku
tidak pernah melihatmu tersenyum setulus itu pada seorang wanita, aku merasa
cemburu.” Kyo tertawa sumbang.
“baiklah Oppa, selamat bersenang-senang dengan EunBin. Seperti
kata Min Woo, aku tak kan menangis lagi untukmu, oppa. Dia pria yang baik,” kalimat
terakhir Kyo lebih seperti dikatakan pada dirinya sendiri.
“kau menyukainya?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari
mulut Joon secara tiba-tiba tanpa dapat dicegah lagi.
“tentu saja. Aku menyukainya, oppa! Dia sangat baik sekali,”
ucap Kyo lagi sambil tersenyum kecut.
“Tidurlah oppa, aku akan kembali kekamarku,” ucap Kyo.
“kau tidak mendengar ucapan eomma, eoh? Kau tidur bersamaku,
mulai malam ini!” ucap Joon tak sabaran.
“kau tidak pernah bisa berbagi ranjang dengan orang lain,
Oppa. Aku tahu itu! jangan menyiksa dirimu dirumahmu sendiri, oppa!”
“aku bisa tidur diloteng, aku tak pernah tidur dikamar ini,
asal kau tahu.” Ucap Joon cepat tidak ingin melepaskan Kyo dari pandangannya
malam ini.
“kau? Apa? Loteng? Aku bahkan tak pernah mengetahui ada loteng
dirumah ini,”
“karna kau terlalu sibuk menangisiku, kau tidak pernah
benar-benar memperhatikan rumah ini, bodoh!”
“itu salahmu, Oppa!”
“terserah. Kau tidur disini, dan jangan berani-berani untuk
kembali kekamarmu itu!” ancam Joon.
“kau begitu bersemangat menahanku disini, Oppa. Kau terlalu
senang karna akan segera berpisah dariku, eoh?” tanya Kyo polos.
Joon hanya mematung mendengar pertanyaan polos Kyo.
“anggap saja sebagai ucapan perpisahan dariku, dan permintaan
maafku karna selalu merepotkanmu oppa! Aku takkan kembali kekamarku itu,
walaupun aku sangat ingin.” Ucap Kyo kemudian.
“jaljayo, oppa!”
“ne,” balas Joon pendek.
000ooo000
“Seung Joon oppa..” pekik seorang yeoja cantik pada Seung Joon
yang tengah melintas disekitar kampus Myung Ji untuk mencari Kyo.
“ne?” Joon mengernyit dan berbalik saat mendengar ada yang
memanggilnya.
“oppa, kau lupa padaku, Go Eun Bin.” Ucap gadis itu.
“ah~ ne. Eun Bin-ah! Tentu saja aku ingat padamu,” ucap Joon
sambil tersenyum lebar.
Go Eunbin adalah teman Joon sejak kecil. Mereka berada pada
kelas yang sama saat mengambil pelajaran musik disebuah lembaga kursus. mereka
menjdi sahabat karna memiliki hobi yang sama.
“kau kuliah disini?” tanya Joon sambil wajahnya menunjukkan
kearah kampus Myung Ji.
“ne, aku semester akhir, oppa. Sedang penelitian.” Ucap gadis
itu sambil tersenyum manis.
Joon dan Eunbin akhirnya memutuskan untuk duduk disebuah
bangku kayu yang terletak dibawah pohon yang cukup rindang dijalanan pinggir
kampus itu.
“kudengar kau sudah bertunangan, Oppa. Apakau sudah menikah?”
tanya Eunbin dengan wajah polos sesaat setelah duduk dibangku itu.
“ne, aku sudah bertunangan, tapi aku belum menikah. Sudah lima
tahun yang lalu,” jelas namja itu lagi.
“mwoya? Itu lama sekali. Apa terjadi sesuatu?” nada Eun Bin
terdengar khawatir.
“ah~ gadis itu ingin fokus kuliah dulu,” jawab Joon sambil
menerawang.
“kau pasti sangat mencintainya, Oppa! Beruntung sekali gadis
itu,” ucap Eunbin.
“mwo? Maksudmu aku menyukai gadis itu?”
“siapa lagi? Kau mau menunggunya selama ini, lima tahun
bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah umur pertunangan, Oppa. Dalam waktu
lima tahun itu, bisa saja kau memilih mengakhiri pertunanganmu dengan gadis itu
dan mencari gadis lain, misalnya,” jelas Eunbin panjang lebar.
“itu jelas tidak mungkin, aku bisa dicincang ayahku kalau aku
sampai melakukannya, Eunbin-ah!” Joon terkekeh mendengar pemikiran Eunbin.
“kau bahkan tidak pernah mempunyai pacar, Oppa! Kau selalu
bersama gadis menyebalkan itu..”
“apa.. jangan-jangan...” Eun bin melirik Seung Joon dengan
tatapan menyelidik.
“apakah tunanganmu gadis menyebalkan itu?” tebak Eunbin tepat
sasaran.
“maksudmu,?”
“Kyo. Choi Dong Kyo. Apakah dia tunanganmu?” tanya Eunbin
dengan tatapan ngerih.
“bagaimana kau bisa tau? Apa dia menyebarkan berita semacam
itu dikampus?” terdengar nada khawatir dalam suara Joon.
“ah~ benar dugaanku! Kau memang selalu mencintainya, Oppa!
Sejak dulu!” ucap Eunbin kalem.
“mwoya, kau jangan bercanda Eunbin-ah!” ucap Joon mengelak.
“aigoo~~ oppa, kau terlihat seperti yeoja yang sedang
tertangkap basah jatuh cinta saja. Kalau begitu, apakah kau mempunyai gadis
lain dihatimu?” pancing EunBin lagi.
“bagaimana aku bisa memikirkan gadis lain saat ada seorang
yeoja yang selalu saja merecoki hidupku setiap waktu, Eunbin-ah! Aku selalu
memikirkan cara agar dapat menghindar dari yeoja menyebalkan itu, tak sempat
memikirkan yang lain,” ucap Joon dengan terkekeh.
“ I see.” Ucap Eunbin dengan nada penuh kemenangan.
“oppa harus menraktirku eskrim, karna aku takkan datang
kepernikahanmu. Aku tidak mau bertemu dengan yeoja menyebalkan itu,” sungut
Eunbin.
“aish~ dasar bocah, baiklah jja!” ucap Joon bangkit dari
bangku kayu sejak tadi didudukinya sambil menarik pinggang sahabatnya itu
mendekat ketubuhnya.
“waeyo, oppa? Apa kau berpikir untuk berpaling padaku?” ejek
Eunbin sambil menunjuk lengan Joon yang melingkar manis dipinggangnya.
“hahaha, aku ingin belajar menggamit pinggang istriku, dan kau
korbanku, hahahaha” Joon tertawa puas sambil memandangi wajah Eunbin yang
memerah karena malu.
“kau menyukaiku, eoh?” ejek Joon lagi.
“enak saja! Aku bahkan sudah bertunangan oppa, kau tak tahu?
Dia di China sekarang,” bisik Eunbin ditelinga kiri Joon.
Joon dan Eunbin tertawa bersama sambil bergandengan tangan
menuju sebuah toko eskrim terdekat.
Setelah acara makan eskrim itu selesai, Joon merasa ada yang
kurang. Sial! Dia melupakan Dong Kyo.
“Aish~ ini semua gara-gara kau, Eunbin, aku melupakan istriku
dan malah menemanimu makan eskrim. Aku harus segera mencarinya. Aku pergi dulu,
ne?” ucap Joon sambil beranjak dari tempat duduknya.
“hati-hati, Oppa!” ucap Eunbin untuk yang terakhir kalinya.
“kau beruntung sekali, gadis menyebalkan.” Ucap Eunbin lirih
sambil memandangi punggung Joon yang semakin menjauh dari pandangannya.
000ooo000
“selamat jalan, Kyo-ya! Jaga kesehatanmu, ne? Jangan tidur
larut,” ucap Nyonya Cho saat mengatarkan putrinya itu ke bandara Incheon.
“ne eomma. Aku akan sering-sering mengirim email untuk eomma.
Jaga kesehatan eomma, ne? Hyunra-ya! Jaga eomma baik-baik, ne?” ucap Kyo dengan
senyum yang dipaksakan.
“ne, eonnie. Aku akan menjaga eomma dengan baik. Serahkan
padaku! Aku akan menyusulmu semester depan Eonnie.” Ucap Hyunra semangat.
“ne, aku akan menunggumu.” Ucap Kyo sambil menepuk pundak
Hyunra.
“kau tidak menungguku?” ucap seorang namja yang sontak membuat
ketiga wanita itu menoleh.
“oppa?” desis Kyo tak percaya.
“kau tidak menunggu suamimu ini, eoh?” tanya Joon lagi.
“ah~ kurasa kalian harus bicara berdua, kami pergi dulu, ne?”
ucap Nyonya Cho yang kemudian menyeret paksa Hyunra yang terlihat enggan
meninggalkan Kyo.
“kau? Bukannya ada rapat, Oppa? Kenapa bisa disini? Cepatlah
kembali!” ucap Kyo berusaha menutupi kebahagiaannya karna mengetahui Joon
menyusulnya kebandara.
“rapatnya ditunda, chagi-ya!” ucap Joon dengan senyum
tulus.
Tiba-tiba Joon menarik Kyo kedalam pelukannya. Kyo hanya dapat
berdiri mematung, tanpa reaksi sedikitpun.
“cepatlah pulang, aku menunggumu disini, Chagi-ya! Saranghaeyo..”
kata-kata terakhir itu menghantam alam sadar Kyo. Ia cepat-cepat mendongakkan
kepala untuk meneliti ekspresi suaminya itu.
“ne?” gumam Kyo tak percaya.
“aku mencintaimu, Kyo-ya! Aku akan menuggumu disini,”
“kau hanya kuberi waktu satu setengah tahun, kalau kau tidak
pulang-pulang aku akan menculikmu dari sana,” Ucap Joon dengan seringai nakal.
“bukankah kau? Bagaimana dengan Eunbin?” tanya Kyo masih
bertahan dengan logikanya.
“bisakah kita tidak membicarakan orang lain? aku ingin membuat
kenangan yang indah bersama istriku sebelum meninggalkanku untuk setahun
kedepan,” ucap Joon lagi.
“kau? Apa kau keracunan oppa? Salah makan?” tanya Kyo
khawatir. Gadis itu masih menganggap Joon membencinya dan hanya mencintai
Eunbin.
“yak! Aku sehat! Kau yang meracuni hidupku, gadis jelek! Cepatlah
pulang, atau aku akan menyeretmu dengan paksa untuk kembali kesini,” ucap Joon
lagi.
“kau... kau mencintaiku, oppa?” tanya Kyo lagi tak percaya
yang menyisakan sebuah wajah konyol Kyo.
“apa aku harus mengulanginya lagi? AKU MENCINTAIMU, gadis
BODOH!” teriak joon sambil menarik Kyo kedalam pelukannya lagi.
“saranghae...” bisik Joon ditelinga kiri Kyo, tepat saat
pegumuman keberangkatan pesawat Kyo terdengar.
“ne, Oppa. Saranghaeyo..” ucap Kyo yang kemudian melepaskan
pelukan pria itu dan menuju keruang pemeriksaan tiket.
Gadis itu menoleh kebelakang sebentar, menatap suami yang
selalu ia cintai itu. Gadis itu melambaikan tangannya pada Joon, yang dibals
oleh Joon dengan bersemangat.
“tunggu aku, oppa..” gumam Kyo dalam hati.
000End000
anyoeng :D
BalasHapusuwwwwwwaaaaaaa... ko gantung gitu siihh, gimna itu??? lanjutan dong *maksa*
BalasHapus