Rabu, 13 Maret 2013

_LOVE DISEASE_



_Seoul, Musim Panas 1995_


“Oppa....” pekik seorang yeoja kecil manja.
Yeoja kecil berumur 5 tahun itu berlari-lari senang mengejar seorang namja berumur 10 tahun yang nampak terganggu dan tidak suka dengan kehadiran yeoja itu.
“berhentilah mengikutiku, gadis jelek!” cibir namja itu dengan tatapan tajam.
“waeyo oppa? Namaku Dong Kyo bukan gadis jelek, apa kau lupa?” tanya gadis itu, mengajukan protes.
“bermainlah bersama Hyunra, jangan dekat-dekat denganku!” gertak namja itu lebih keras.
“waeyo, oppa?” tanya gadis kecil itu hampir menangis.
“pergilah,” ucapnya ketus dan meninggalkan yeoja kecil itu ditepi sungai Han sendirian sore itu.
Choi dong Kyo-gadis kecil itu- terpaku ditempatnya. Memandangi punggung Cho Seung Joon-namja yang menggertakknya tadi- dengan tatapan menyedihkan.
“Kyo-ya!” seru seorang namja lain yang seumuran dengan Kyo yang tiba-tiba datang mendekatinya.
“eh, SangChu-ah. Waeyo?” ucap gadis itu kembali ceria.
“ani. Ayo kita ketoko eskrim. Ada eskrim rasa baru yang keluar hari ini. Kau pasti akan menyukainya..” ucap Sang chu ceria.
“jinjja? Bagaimana kau bisa tau?” tanya Kyo dengan mata berbinar.
“eomma mengajakku makan eskrim hari ini, dan aku berpikir untuk mengajakmu ketika aku melihatmu.”
“Kajja kita pergi sekarang?” ucap SangChu sambil menarik lengan gadis itu.
Senja akhir musim panas yang merekah sore ini mengantarkan yeoja kecil itu melewati hidupnya dengan senyuman terkembang. Senyumnya merekah lebar, secerah senja sore itu. lembayung langit yang menjadi lukisan akhir hari itu menjadi pengiring gadis itu menuju sebuah kedai eskrim favoritnya yang nantinya akan sangat ia rindukan.



000ooo000




_Seoul, Awal musim panas 2008_

“oppa...” pekik seorang gadis cantik kesal pada seorang namja yang tengah duduk disebuah bangku taman.
“aku bukan oppamu!” tandas sang namja tajam tanpa berniat mengalihkan pandangannya pada komik jepang yang tengah digelutinya itu.
“oppa!” ulang gadis itu, seakan tak mendengar ucapan namja tadi.
Namja itu tak bersuara lagi dan memilih untuk bangkit berdiri. Namja itu menatap sebal kearah gadis tadi untuk sekilas dan beranjak pergi.
“oppa! Aku tunangannmu, ingat itu!” ucap gadis cantik itu tajam.
“aku ingat,” jawab namja itu tanpa menoleh dengan nada dingin.
“kau sudah mendapatkanku, bersenang-senanglah!” cibir namja itu lagi.
“kau tidak suka dengan perjodohan kita? Orangtua kita sudah menjodohkan kita bahkan sejak sebelum kita lahir,” ucap gadis itu tak percaya.
“aku tidak, tapi keluargaku iya. Apa yang bisa kulakukan? Bahkan aku harus mengurus yeoja jelek yang cerewet dan menyebalkan sepertimu!” namja itu berbalik dan menatap tajam yeoja yang hampir menangis itu.
Gadis itu menunduk untuk beberapa saat dan kemudian menatap namja itu lurus-lurus.
“setidaknya aku masih berperasaan. Aku tidak sepertimu, oppa!” pekik gadis itu histeris.
Gadis itu berlari meninggalkan namja bernama Cho Seung Joon itu. Cho Seung Joon hanya bisa melihat punggung gadis itu yang mulai menjauh darinya. Gadis itu terlihat buru-buru menyeberang jalan tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Hampir saja gadis itu tertabrak mobil yang tengah melintas, hati Seung Joon berjengit ketika melihat kejadian itu.
“gadis ceroboh,” gumamnya lirih dan melangkah pergi dengan arah yang berlawanan dari gadis tadi, Choi DongKyo.



000ooo000


“Eomma, bisakah aku membatalkan perjodohan ini?” gumam Kyo pada sesosok wanita paruh baya dalam bingkai foto itu.
 wanita itu terlihat tersenyum bahagia bersama dengan seorang namja yang tak lain adalah ayahnya dan gadis kecil dengan rambut yang dibiarkan tergerai terkena angin tengah tersenyum lebar dipelukan kedua orangtua itu.
“eomma, appa... aku sangat merindukan kalian,” ucap gadis itu lagi terisak. Butiran hangat itupun meleleh dari sudut matanya.
Kyo adalah seorang yatim piatu. Kedua orangtuanya, Choi Hyun Sang dan Choi Hyewoon meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat saat Kyo berumur tujuh tahun. Gadis itu kemudian dititipkan pada keluarga Cho yang merupakan sahabat kedua orangtuanya sejak kecil.
Choi Dong Kyo-gadis itu- selalu mengikuti kemanapun Seung Joon pergi, walaupun namja itu tak pernah terlihat senang. Kyo selalu berusaha membawakan makanan kesukaan Seung Joon walaupun pada akhirnya makanan itu akan berakhir ditong sampah dengan sia-sia sesaat setelah Kyo menyerahkannya pada Seung Joon. Gadis itu juga selalu menyempatkan mampir kesebuah toko buku langganannya hanya untuk mengecek komik terbaru yang sudah terbit hari itu, hanya untuk diberikan pada Seung Joon, yang pada akhirnya nasibnya juga sama, terdampar mengenaskan diatas tempat sampah sesaat ia memberikannya. Namun Kyo tetap melakukan hal yang sama keesokan harinya. Ia tak pernah bosan.
“eomma, dia tak mencintaiku, sama sekali...” renung gadis itu lagi.
“dia bahkan sangat membenciku, eomma!” raung gadis itu tak terkendali.
“appa, tolong aku! Hentikan semua ini, appa!” gadis itu berteriak-teriak histeris sambil memeluk bingkai foto itu. foto liburan musim panas terakhirnya bersama kedua orang tuanya.
“Appa, aku lelah, bisakah aku ikut bersama kalian?” rutuk gadis itu frustasi.
Gadis itu kembali terisak dan memeluk Christ, boneka Teddy bear coklat besar kesayangannya, hadiah ulang tahun dari ayahnya saat ulang tahunnya yang ketujuh. Hadiah terakhirnya.
“Christ-ah! Apakah menurutmu kita pindah saja dari rumah ini? Bukankah kita punya rumah sendiri?” ucap gadis itu sambil cepat-cepat mengahpus airmata yang menghiasi pipinya.
“ah~ kau pintar sekali Christ-ah! Kita akan pindah, secepatnya, eotte?” Kyo tersenyum lebar dengan ide konyolnya itu.


000ooo000



“eomma, aku sudah mulai ujian kelulusan sekolah dua minggu lagi,” ucap Kyo membuka pembicaraan dimeja makan malam itu. berusaha mengutarakan niatnya.
“emm, eomma tau. Kau ingin eomma siapkan apa?” tanya Cho Hyera ibu SeungJoon.
Kyo yang waktu itu masih kecil dan kehilangan kedua orangtuanya selalu merasa sedih saat anak lain dapat memanggil eomma dan appa pada kedua orang tuannya. Karena tak tega nyonya dan tuan Cho menyuruh Kyo untuk memanggil mereka dengan sebutan appa dan eomma.
“ani, eomma. Aku tidak butuh apa-apa. Kurasa, aku butuh ketenangan. bisakah aku mengungsi kerumahku dulu, eomma? Aku... aku tiba-tiba merindukan suasana rumah itu, “ucap Kyo dengan seyum yang dipaksakan.
“kenapa tiba-tiba ingin kesana?” ucap tuan Cho akhirnya.
“emm, hanya ingin saja appa. Aku ingin merasakan kehadiran appa dan eommaku lagi seperti dulu,” Ucap Kyo lagi, kali ini menunduk.
“kau, ada masalah kyo?” tanya Hyunra angkat bicara.
Kyo cepat-cepat menggeleng.
“tidak. Hanya rindu saja,” sanggah Kyo cepat.
“em, baiklah. Kapan kau akan kesana,?” tanya nyonya Cho tanpa curiga.
“besok. Kurasa lebih cepat lebih baik. Aku sudah rindu sekali pada kamarku,” ucap Kyo lagi sambil pura-pura tersenyum senang.
“baiklah, setelah ini eomma bantu berkemas, ne?” ucap nyonya Cho lagi.
“emm, aku juga ikut !” ucap Hyunra.
Kyo mengangguk semangat, rencananya berjalan lancar tanpa halangan.
“mianhae,” rutuk Kyo dalam hati,  tersenyum tipis dan melanjutkan makan malam terkhirnya dengan keluarga ini.



000ooo000


“kau hanya pergi selama sebulan, dan kau membawa habis semua barangmu?” tanya Shin Hani, sahabat Kyo tak percaya sesaat setelah tiba di rumah Kyo.
“siapa bilang sebulan?” ucap Kyo santai.
“maksudmu? Kau takkan kembali kesana?” tebak Hani cepat. Kyo hanya mengangguk sekali. Mantap.
“mwo? Kenapa tiba-tiba seperti ini?” nada bicara Hani terlihat khawatir.
“aku sudah dewasa. Aku bisa hidup sendiri. Mungkin aku akan mengambil part time. Aku tidak mau terus-terusan bergantung pada keluarga Cho.
“Kyo-ya! Pasti ada alasan mengapa tiba-tiba kau meninggalkan rumah itu. bukankah dulu kau bilang tidak ingin meninggalkan keluarga itu. kenapa tiba-tiba seperti ini?”
“kau tau, dia tidak mencintaiku. Bahkan dia membenciku, sejak dulu,” ucap Kyo tertunduk sambil memandangi sandal kamarnya.
“Seung Joon oppa?” tanya Hani konyol. Kyo hanya mengangguk.
“aku tidak tahan dengan sikapnya yang terus menghindar bertemu denganku. Sejak malam pertunangan itu, dia bahkan tidak pernah makan malam ataupun sarapan bersama keluarga lagi. Ia selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang saat malam larut.” Jelas Kyo frustasi.
“tapi kalian akan menikah tahun depan , Kyo-ya!” Hani mengingatkan.
“setahun itu, bukanlah waktu yang sebentar. Akan banyak sesuatu terjadi, dan kau takkan pernah tau. Mungkin saja kami tidak jadi menikah,?” ucap Kyo putus asa.
“ya! Kau akan membuat orang tuamu sedih Kyo.”
“entahlah, Hani-ya! Aku juga tidak ingin membuatnya tersiksa menikah dengan gadis yang dibencinya.” Ucap Kyo lagi.
Kyo merenungi kata-katanya. Mungkin benar, lebih baik putuskan sekarang saja sebelum semuanya terlambat dan malah akan menyakiti banyak orang.
“ah~ aku kesini untuk belajar bukan, jangan kacaukan pikiranku dengan masalah konyol seperti itu!” ucap Kyo kemudian berusaha menyembunyikan kesedihannya.
“aku harus lulus dengan nilai terbaik, harus! Aku bukan gadis menyedihkan, ne?” ucap Kyo lagi seakan memberi semangat pada dirinya sendiri.
“ne, kau harus!” timpal Hani memberikan semangat.


000ooo000

Sepasang camar terbang rendah menukik kearah birunya air laut senja itu. beberapa detik kemudian, camar itu kembali melesat keudara sambil membawa hasil buruannya. Seorang gadis dengan seragam sekolah menengahnya tengah duduk digundukan pasir putih itu sambil menikmati bau pantai yang sudah lama tak dihirupnya.
Kapan terakhir kali ia datang kepantai ini? Sebelas tahun? Ah ya, sebelas tahun yang lalu saat keluarganya masih lengkap dan dunia serasa berpihak padanya.
Gadis itu mendongak menatap langit senja sambil tersenyum tipis,
“appa, eomma, aku lulus, kalian senang? Aku akan melanjutkan ke Universitas MyongJi, eomma! Aku tidak mau satu universitas dengan namja bodoh itu, eomma!” Kyo berbicara pada langit senja sore itu.
“aku ingin segera bertemu kalian, eomma. Aku rindu sekali,” ucap Kyo lemah. Butiran hangat itu langsung saja meleleh disudut matanya.
Ini sudah dua bulan sejak Kyo pindah kerumahnya sendiri. Nyonya Cho mersa khawatir pada Kyo dan terus menelponnya, bertanya kapan gadis itu akan kembali kerumah. Tapi Kyo selalu mengelak untuk pulang dan meberi alasan ini-itu. dan alasan rindu suasana rumahnya sukses membuat Kyo bisa bertahan lebih lama dirumahnya sendiri.
Selama itu pula, Kyo tak pernah bertemu dengan Seung Joon, tidak mengantarkan makan siang untuk Seung Joon seperti biasa, dan tidak juga mengantarkan komik terbitan terbaru untuk Seung Joon. Gadis itu benar-benar telah bertekad untuk menghilang dari kehidupan namja itu.
Kyo merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan menghirup udara laut itu dalam-dalam. Dimasa mendatang, pasti dia akan sangat sulit sekali mengunjungi tempat ini lagi. Ia kembali tersenyum tipis sambil memandangi garis cakrawala untuk terakhir kalinya, sunset sudah berlalu lima menit yang lalu dan ia harus segera pulang.
Kyo baru melangkahkan kakinya meninggalkan pantai itu dan mendapati ponselnya bergetar hebat. Sebuah panggilan masuk dari Hyunra. Aneh sekali, gadis ini tak pernah menelpon Kyo walaupun dalam keadaan sangat membutuhkan bantuan sekalipun, ia hanya akan berteriak-teriak lewat pesan masuk saja. Tapi kali ini? Apa terjadi sesuatu?
“waeyo, Hyunra-ya?” ucap Kyo sesaat setelah menempelkan ponselnya ketelingan kirinya.
“eonnie-ya! Cepat pulang, eomma sakit! Dia terus-terus mengigaukan namamu, sejak tadi siang,” suara Hyunra terdengar begitu khawatir.
Kyo belum sempat menanggapi perkataan Hyunra namun sambungan telah diputuskan secara sepihak.
Kyo segera bergegas menuju halte bus dan mengambil bus jurusan Nowon.

000ooo000


“eomma-ya! Gwaenchana?” tanya Kyo saat mendapati nyonya Cho, wanita yang selama ini telah merawatnya dengan penuh kasih sayang itu terbaring lemah diranjang hijau toska itu.
Wanita paruh baya itu membuka matanya pelan,  tersenyum tipis dan mengangguk lemah. Kyo nampak merasa bersalah.
“kau sudah datang?” ucap nyonya Cho susah payah, tanganya terentang lebar, dan Kyo segera menghambur kedalam pelukan wanita itu.
“eomma rindu sekali padamu, Kyo-ya!” ucap wanita paruh baya itu lagi.
“kau hidup dengan baik disana?” tanyanya lagi sambil memandangi wajah gadis yang selam sebelas tahun ini telah dianggapnya sebagai anak sendiri.
“ne, eomma! Mianhae,” ucap Kyo menunduk, butiran hangat itupun melelh dari sudut mata Kyo.
“uljima, eomma merasa senang kau berada disini lagi,” ucap nyonya Cho menghibur.
“eomma sudah makan?” tanya Kyo kemudian.
“ne, kau bau laut, Kyo-ya! Dari mana kau?” telisik nyonya Cho khawatir.
“busan,” jawab Kyo pendek.
“hmm, kau pasti sangat meridukan mereka Kyo-ya, eomma tau itu...” ucap wanita paruh baya itu lemah sambil membelai rambut gadis itu.
“kau harus tidur disini, malam ini, Kyo-ya!” ucap nyonya Cho memaksa.
“ne, eomma.”
“mandilah,” perintah nyonya Cho dengan berat hati.
“kuharap eomma sudah sehat saat bangun besok pagi-pagi,” ucap Kyo dengan senyum tulus.
Gadis itu keluar dari kamar eommanya dan berbalik menuju kamarnya sendiri yang berhadapan dengan kamar Joon.
Gadis itu menatap pintu kamar itu dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan. Pintu itu tertutup rapat. Entahlah, apakah seung Joon sudah pulang atau belum, gadis itu tak ingin mempedulikan keadaan namja itu lagi. Ia disini karna nyonya Cho, wanita yang sudah dengan suka rela merawatnya selama sebelas tahun terakhir ini.

000ooo000

Matahari sudah sepenggalah naik. Sinarnya menerobos lurus masuk kesetiap bagian ruangan kamar Kyo, menggantikan kegelapan dan mengisinya dengan banyak sekali cahaya yang berhasil membuat dahi Kyo berkerut karna silau. Gadis itu sudah hendak menarik rapat selimutnya lagi ketika sebuah tangan menahan selimut itu.
“bangunlah!” ucap seorang namja dengan suara dingin.
Kyo yang mendengar suara itu malah semakin mempererat matanya untuk tetap terpejam, alih-alih membukanya dan bangun.
Ia benar-benar belum siap jika harus berhadapan dengan namja ini setelah tiga bulan tak berkomunikasi.
“yak gadis bodoh, bangunlah! Eomma sudah menunggumu dibawah,” nada suara namja itu meninggi, nampak emosi.  Namun Kyo tetap bergeming.
“aish~ gadis ini!”
Joon langsung menarik selimut Kyo dengan kasar dan menarik lengan gadis itu dengan keras membuat Kyo langsung membelalakan matanya. Gadis itu langsung membuang muka ketika tatapan mata mereka bertemu untuk beberapa detik.  Ia takkan berbicara pada namja itu lagi, apapun yang terjadi.
Alih-alih menanggapi makian Joon, Kyo malah langsung menyambar handuk hijaunya dan melesat masuk kekamar mandi seperti seaka-akan tidak ada orang lain didalam kamar itu.
Joon langsung menuju ke ruang makan begitu melihat Kyo masuk kekamar mandi.


_Dinning Room Cho’s Family_
“mana, Kyo?” tanya nyonya Cho saat melihat Joon memasuki ruang makan itu sendirian.
“mandi,” jawab Joon pendek
“kalian bertengkar?” tanya Hyunra ingin tahu.
“tentu saja tidak,” ucap Joon dengan tatapan membunuh kearah Hyunra.
“baguslah, bagaimanapun juga kalian akan menikah,” ucap tuan Cho yang membuat nafsu makan Joon menguap seketika.
“bisakah kita tidak membahas itu, appa? Aku ingin sarapan dengan tenang.” Ujar Joon gusar.
“ah~ baiklah.” Ucap sang ayah mengalah.
Tak berapa lama kemudian Kyo turun dengan menggunakan kaos dan celana pendek milik Hyunra karna semua pakaian benar-benar tak tersisa dirumah ini.
“eonni-ya, kau sudah mandi? Pakaianmu masih sama seperti semalam,”
“tentu saja aku sudah mandi, aku tidak bawa pakaian saat kemari, jadi aku memakainya lagi,” ucap Kyo cuek sambil mengecup pipi ayah dan ibunya.
Kyo baru saja menjatuhkan pantatnya kekursi saat Joon membuka suara,
“kau memang gadis jorok,” cibir Joon memulai, berharap mendapat balasan atas ejekannya barusan.
Diluar dugaannya, Kyo malah memandang Joon sekilas dan mengendikkan pundaknya seakan tak ada masalah.
“eomma, aku mau selat coklat,” ucap Kyo kemudian, benar-benar mengabaikan Joon.
Ada apa dengan gadis ini? Seung Joon menggeram dalam hati.
“eonnie, hari ini aku mau ketoko buku, kau mau ikut?” tanya Hyunra lagi.
Kyo nampak berpikir sejenak, menelengkan kepalanya, menimbang-nimbang.
“pergilah dengan SangChu, aku malas.” Jawab Kyo pendek sambil menggigit bagian pinggir rotinya.
“mwo?? Kenapa tiba-tiba jadi Sang Chu oppa?”
“dia mengajakku tadi malam, tapi aku sedang ingin bersama eomma, hari ini. Jadi kau pergi saja bersama Sangchu, eotte?” tawar Kyo lagi.
“ah~ baiklah, kau tidak menitip sesuatu? Komik, mungkin? Kau sangat menyukainya, eonnie-ya!”
“ani. Aku tidak suka komik. Aku bahkan tidak bisa membacannya dengan baik, apa lagi memahami ceritanya, itu terlalu kekanakan menurutku” ucap Kyo lancar dengan nada yang terdengar benar-benar menusuk bagi telinga Joon.
“eomma, apakah hari ini sudah sehat? mau mengajariku memasak?” tanya Kyo kemudian menoleh kearah eommanya yang sejak tadi diam melihat tingkah kedua putrinya itu.
“ne, eomma sehat. Kau mau memasak, ah~ kau memang calon istri yang baik, Kyo-ya!” ucap nyonya Cho seraya melirik kearah Joon dengan tatapan jahil.
Joon mendengus sebal. Gadis itu-Dong Kyo- sudah banyak berubah rupanya.
“sepertinya kita harus mempercepat pernikahan kalian,” ucap tuan Cho tiba-tiba.
“wae, appa?” sahut Kyo dan Joon hampir bersamaan.
“hahaaha... aigo~~ lihatlah, bahkan kalian terlihat sangat serasi, hahahah” tuan Cho tergelak melihat tingkah kedua anaknya itu.
“aku ingin sekolah dulu, appa. Menikahnya kapan-kapan saja,” ucap Kyo cepat.
“bukankah menikah sambil sekolah juga tak masalah?” goda Hyunra.
“andwe! Aku mau sekolah dulu, titik!” ucap Kyo bersikeras.
“ayah lihat, bukan aku tapi dia!” ucap Joon sinis penuh kemenangan.
“ah~ baiklah,. Terserah kau, Kyo-ya!”


000ooo000


_Seodaemun-gu, Seoul, awal musim dingin 2013_
Ini sudah lima tahun sejak perdebatan terselubung yang dilancarkan Kyo dimeja makan itu. Kyo yang saat itu memilih melanjutkan studinya di Universitas Myong Ji lebih memilih tinggal dirumahnya sendiri di daerah Seodaemun dari pada di Nowon.
Kemarin adalah hari kelulusan Kyo dan kini mau tak mau ia harus kembali lagi ke Nowon karna memang sudah tidak ada alasan untuk mengelak lagi. Kyo hanya membawa sebuah koper berukuran kecil berisi baju-baju terakhirnya karna semua barang-barangnya telah diangkut sehari sebelum upacara kelulusan.
Jarak antara Nohwon dan Seodaemun tidak lah jauh, namun pada hari kerja seperti ini, akan memakan berjam-jam lamanya untuk mencapai Nowon, ditambah lagi banyak orang yang masih mengunjungi Seodaemun akibat upacara kelulusan itu.
Kyo sedang menunggu bus yang akan mengantarkannya sampai di Nowon ketika ia melihat sesosok namja yang sangat ia kenali berjalan bersama seorang gadis dengan bergandengan tangan. Mereka terlihat bahagia sekali. Sang gadis melingkarkan tangannya ke sekeliling pinggang namja itu. refleks Kyo menutup mulutnya karna kaget. Mendapati tunangannya Seung Joon berjalan dengan gadis paling populer di kampusnya, Go Eun Bin, kenapa rasanya sakit sekali.
Setetes air mata jatuh menuruni pelupuk mata Kyo. Gadis itu menangis. Entah untuk apa ia menangis. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk ke Nowon malam ini, dan berbalik arah kembali menuju rumahnya yang berjarak lima ratus meter dari halte bus.
Gadis itu menangis dalam diam sepanjang jalan tak mempedulikan tatapan aneh orang-orang yang berpapasan dengannya. Yang ia butuhkan hanya menangis, tidak lebih.
Bagaimana bisa kau melihat orang yang akan menikah denganmu seminggu lagi berjalan bergandengan dengan gadis lain dengan wajah bahagia yang belum pernah ia tunjukkan bahkan didepan calon istrinya sekalipun. Ini terlalu menyakitkan.
Kyo memutuskan masuk kedalam sebuah Coffee Shop  dan memesan sebuah kopi hitam kental tanpa gula. Kopi adalah yang terbaik didunia ini ketika kau sedih, bukan coklat. Itulah prinsip Kyo.
Kyo menatapi cairan hitam pekat yang masih mengepul itu dengan tatapan terluka. Kenapa bisa seperti ini rasanya. Apakah benar ia mulai mencintai pria itu? pria yang tak pernah menganggap keberadaannya. Bukankah itu hanya obsesi masa kecil tentang cinta monyet?
Kyo menggeleng-gelengkan kepalanya keras, mencoba mengenyahkan perasaannya.
“apakah aku harus menolakknya lagi kali ini, menundahnya lagi?” ucap Kyo linglung. Ia mulai menyesap cairan hitam itu. rasanya pahit sekali. Tapi ia tak pernah bisa melepaskan aroma harum kopi itu. terlalu sulit.
“kau butuh teman ngobrol, nona? Kulihat kau frustasi sekali!” namja itu terkekeh yang disambuti senyuman simpul Kyo.
“aku boleh duduk disini,” ucap namja itu lagi sambil menunjuk kursi kosong didepan Kyo.
“aku tidak suka minum kopi sendirian,”tambah namja itu lagi cepat.
“baiklah, silahkan,” ucap Kyo sopan.
“Choi Min Woo, “ ucap namja tampan itu sambil mengulurkan tangannya pada Kyo,
“Choi Dong Kyo,” ucap Kyo sambil menerima uluran namja itu.
“mwoya? Margamu juga Choi, nona? Ah~ kebetulan yang aneh sekali, bukan?” ucap namja itu terkekeh.
“ne, Minwoo-ssi!”
“kau tidak sedang menunggu seseorang, kan?” ucap Minwoo lagi. Kyo hanya menggeleng.
Min Woo adalah namja asing pertama yang mengajak Kyo berkenalan disebuah kafe seperti ini. Ia adalah namja yang menyenangkan, dan cukup baik dan sopan menurut Kyo. Entahlah, Kyo  merasa nyaman saat pertama kali bertemu dengan MinWoo.
“MinWoo-sii, datanglah kepernikahanku seminggu lagi, ne. Ini alamatnya,” ucap Kyo kemudian sambil memberikan alamat rumah keluarga Cho di Nowon.
“Mwo? Kau sudah mau menikah? Kenapa cepat sekali?” nada Minwoo dibuat sedih.
“hahaha, mwoya? Ini bahkan sudah terlambat. Harusnya pernikahanku terjadi lima tahun yang lalu, namun aku menolak dengan alasan ingin kuliah dulu, saat aku sudah lulus kuliah, aku tidak punya pilihan lain selain menerima bukan,” ucap Kyo ringan.
“hahaha, kau gadis unik Dong Kyo-ssi!” ucap MinWoo.
“kau lebih unik, MinWoo-sii!” balas Dong Kyo. Sejenak ia dapat melupakan sakit hatinya akrna bertemu dengan teman baru yang mempunyai hobi sama seperti dirinya, membaca novel dan pecinta kopi kelas berat.
“baiklah, kurasa aku harus pulang, “ ucap Kyo kemudian. Namun Minwoo buru-buru menahan pergelangan tangan Kyo.
“waeyo?” tanya Kyo bingung.
“kuantar kau, sampai ke Nowon,” ucap Minwoo lembut.
“ah~ gwaenchanayo, aku tidak mau merepotkanmu,” tolak Kyo lembut.
“tidak baik seorang wanita pulang sendirian malam-malam. Aku akan memastikanmu sampai dirumahmu dengan selamat, ne?” ucap MinWoo dengan senyum tulus.
“aku tidak menerima kata penolakan, nona!” tambahnya lagi.
“ne, baiklah.”


000ooo000


“jja! Kita sampai” ucap Minwoo dengan senyum sumringah.
“mungkin ini terakhir kalinya aku melihatmu sebagai gadis bebas,” ucap Minwoo terdengar merana. Kyo hanya terkekeh menanggapi kata-kata MinWoo.
“baiklah, kuharap kau datang ke pernikahanku, besok. Jaljayo, MinWoo-sii!” ucap Kyo  saat keluar dari mobil namja itu.
Namja itu buru-buru melompat keluar dari mobilnya dan menarik Kyo kedalam pelukannya tepat saat mobil SeungJoon tiba didepan rumah mereka.
“mwoya...” ucap Kyo sambil memberontak melepaskan pelukan MinWoo.
“biarkan aku dalam posisi ini sebentar saja. Untuk terakhir kalinya, sebelum kau menjadi milik namja brengsek yang selalu membuatmu menangis itu,” ucap MinWoo setengah berteriak.
Joon yang berada disana menggeram kesal mendapati calon istrinya dipeluk oleh namja lain didepan matanya sendiri. Bahkan ia belum pernah memeluk gadis itu seperti itu. Joon merasa sesak didadanya.
“Kyo-ya! Aku berbohong padamu,” ucap MinWoo masih dalam posisi memeluk Kyo.
“sebenarnya aku sudah tau hidupmu sejak kau masuk sekolah menengah, kau bahkan tidak mengenaliku sebagai sunbaemu karna pikiranmu selalu disibukkan oleh namja brengsek bernama Cho Seung Joon itu. Kyo-ya! Aku hany aingin kau tau, aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu!’ teriak namja itu Frustasi.
TTTTTTTTTTIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNNN
Kyo hanya dapat berdiri mematung ditempatnya. Disaat yang sama Kyo mendengar suara klakson keras yang memekakan telinga. Dan mendapati sosok Seung Joon tengah duduk didalam mobil dengan muka merah padam menahan emosi.
Min Woo dengan berat hati melepaskan pelukannya dari gadis itu dan tersenyum simpul,
“jaljayo, Dong Kyo-ya! Saranghaeyo!” bisik pria itu tepat ditelinga kiri Kyo.
Joon terlihat kesal dan langsung memasuki garasi mobil rumah itu dan naik kekamarnya tanpa menyapapa Kyo yang berpapasan dengannya dilorong rumah itu.


000ooo000




_Seminggu kemudian_
“Kyo-ya! Kau cantik sekali, akhirnya eomma bisa melihatmu menikah juga,” Ucap nyonya Cho sambil memandangi wajah putrinya dicermin sambil tersenyum.
“eomma dan appamu pasti bahagia,” tambah Hyunra yang entah sejak kapan sudah berada disisinya.
“gomawo, eomma, Hyunra-ya!” ucap Kyo sambil mengenggam tangan kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.
“aigo~~ bagaiman ini, SangChu mengalami demam sejak semalam, dan sekarang keadaannya semakin memburuk. Bagaimana dengan pendamping pengantin wanitanya?” ucap Hani panik saat memasuki kamar Kyo yang bernuansa putih dan biru itu.
“mwo? SangChu? Eomma, eotte?” tanya Hyunra ikut-ikutan panik.
“aku bisa mendampingimu, Kyo-ya!” ucap seorang namja yang entah sejak kapan sudah berada dalam kamar itu.

000ooo000

Kyo berjalan di altar suci dengan ditemani oleh seorang pria yang menyatakan perasaannya padanya. Kyo merasa bersalah pada MinWoo, tapi tidak ada pilihan lain. Daripda ia harus berjalan sendiri dibawah tatapan orang-orang satu ruangan ini, ia lebih memilih mengorbankan perasaan Minwoo.
Mianhae Minwoo, hari ini aku harus egois.

Joon membulatkan matanya dengan sempurna saat mengetahui bahwa yang menggandeng calon istrinya adalah namja yang telah dengan lancang memeluk calon istrinya itu dan menyatakan perasaannya pada calon istrinya.
Wajah Joon sudah terlihat merah padam saat Kyo sudah semakin mendekatinya. Joon buru-buru memasang senyumnya kembali agar para tamu tidak curiga tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.


Janji pernikahan yang ditunda selama lima tahun itupun akhirnya terucap juga hari ini. Dengan susah payah mengesampingkan perasaannya yang kacau, Kyo mencoba memasang senyum terbaik diwajahnya dan bersalaman dengan tamu-tamu yang datang.
Joon masih tak mau bicara dengannya sejak malam itu. Kyo tak ambil pusing karna sebenarnya Kyo juga kesal ketika melihat Joon berjalan bersama Go Eun Bin pada hari yang sama.
Mereka tetap berdiri pada jarak yang dekat, namun mereka berusaha agar pandangan mereka tak bertemu. Ini adalah hari penyiksaan bagi Kyo, karna setelah pesta ini selesai, Kyo harus mengejar pesawat yang akan membawanya dan Joon ke New York untuk acara bulan madu mereka.

000ooo000

_New York, Amerika Serikat_

Kyo dan Joon baru saja mendarat di New York beberapa jam yang lalu, dan langsung menuju hotel terlebih dahulu karena malam telah merangkak. Sesampainya dikamar Hotel, Kyo langsung ambruk dikasur karna kelelahan. Joon yang melihat tingkah Kyo hanya mendengus dan menuju kamar mandi untuk mandi.
Selesai mandi, Joon menghampiri ranjang yang ditiduri Kyo sejak tadi dan menyeret gadis itu secara paksa kekamar mandi. Kyo yang menyadari kelakuan Joon langsung melotot.
“mandi! Aku tidak mau tidur dengan gadis bau!” ucap Joon tanpa melihat Kyo.
Kyo tidak menjawab, tidak membantah. Masuk kekamar mandi selama sepuluh menit dan keluar dengan memakai piyama tidur doraemon berwarna biru telur. Gadis ini terlihat sangat kekanakan sekali, namun tak bisa dipungkiri ia tetap cantik dalam segala jenis pakaian apapun.
Joon sudah ingin melayangkan protesnya, namun Kyo langsung melemparkan tubuhnya keranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Joon menghela nafas kesal, dan menyusul menjatuhkan diri disamping Kyo. Menarik selimut itu sampai menutupi wajahnya. Joon yang tak terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain sebelumnya terlihat merana sekali, ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya walaupun rasa kantuk yang hebat sudah menyerangnya.
Tiba-tiba pikiran jail memenuhi otaknya. Joon menarik selimut yang menutupi Kyo itu sampai Kyo tak tertutup selimut sama sekali. Kyo yang kesal dengan perlakuan Joon langsung mengomel tanpa membuka matanya.
“ya! Apa yang kau lakukan? Kembalikan selimutku!” ucap Kyo jengkel.
Joon masih tak bergeming dan menunggu reaksi berikutnya dari Kyo.
“berikan selimut itu padaku, Seung Joon bodoh!” ucap Kyo lagi terdengar Frustasi. Kali ini matana sedikit terbuka.
“aku tidak mau, dasar gadis jelek!”
“Mwo?” kali ini mata Kyo terbuka sempurna. Terlihat merah karna mengantuk.
“jangan mengajakku berdebat saat tengah malam seperti ini, aku tidak akan melayani omelanmu itu!” ucap Kyo sambil bangkit duduk dan mencoba menggapai selimut yang berada dibawah kuasa Joon. Benar-benar kekanakan sekali.
“sayangnya aku hanya bisa mengajakmu berdebat,” cibir Joon kemudian yang mulai bangun dari posisi tidurnya.
“ya! Kembalikan selimutku!” Kyo menarik paksa selimut itu, namun Joon juga melakukan hal yang sama dengan tenaga yang lebih besar tentunya.
“aku tidak mau...” ucap Joon Ngotot dan akhirnya Kyo malah jatuh menubruk tubuh Joon. Gadis itu mengerang kesakitan.
“aw! Sakit! Badanmu itu, mengapa tulang semua?” ucap Kyo frustasi dan berusaha bangun dari atas tubuh Joon. Namun Joon malah mengunci Kyo dengan buru-buru melingkarkan lengannya kesekeliling punggung ramping Kyo sehingga membuat Kyo tak bisa bergerak.
“yak! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, atau aku akan berteriak!”
“berteriak untuk apa? Karna dipeluk suamimu sendiri?” cibir Joon yang membuat wajah Kyo memerah.
“apa itu, wajahmu memerah hanya dengan kupeluk seperti ini? Dasar bocah!” cibir Joon lagi.
“yak! Lepaskan aku!” berontak Kyo.
“kau berteriak seperti itu saat suamimu memelukmu, dan kau bahkan dengan sukarela dipeluk oleh pria brengsek itu?” ucap Joon tajam.
“lepaskan aku,” ucap Kyo parau.
“kenapa? Kau lebih menyukai pelukan pria brengsek itu dari pada pelukanku?” cibir Joon lagi.
Tentu saja Kyo lebih menyukai pelukan Joon dari pada MinWoo, karna Kyo sadar bahwa ia hanya mencintai Joon, bukan yang lain.
“setidaknya pria brengsek itu tidak sebrengsek pria yang sedang memelukku saat ini,” ucap Kyo tajam dengan air mata yang mulai mengalir membasahi piyama Joon.
Joon segera menggulingkan tubuh Kyo kesamping sehingga posisinya jadi berubah dan Joon yang berada diatas tubuh Kyo. Joon menatap tajam pada Kyo, sejenak wajahnya terlihat terluka.  Ia kemudian bergegas bangkit dan meninggalkan kamar mereka dengan membanting pintu secara keras.
Kyo meringkuk, menangis dalam diam.
“eomma, appa, aku benar-benar merindukan kalian, bawa aku bersama kalian,” ucap Kyo lirih berulang-ulang sambil memeluk bantal yang tadi digunakan Joon untuk tidur.
“eomma, appa, jemput aku.. aku ingin bersama kalian, eomma....” igau Kyo kacau.

000ooo000

Kyo terbangun keesokan harinya dengan perasaan kacau dan mata bengkak. Ada garis hitam yang menggantung dibawah matanya. Kyo berjalan menuju lemari es dan mengambil beberapa batu es untuk digunakan mengompres matanya. Akan lebih baik jika dilakukan dikamar mandi, pikir Kyo.
Semalam bukanlah malam yang diharapkan pernah terjadi dalam hidup Kyo. Namun semuanya sudah terlanjur. Ia tak mungkin dapat memutar waktu. Yang terjadi kali ini, hubungannya dengan Joon semakin merenggang, sempurna sekali.
Kyo mendengar suara pintu dibuka, dan ia cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Saat keluar dari kamar mandi itu ia mendapati keadaan Joon yang berantakan, tapi ia tak berani bertanya.
Joon melemparkan tatapan tajam dan terluka kearah Kyo, namun Kyo menunduk sambil memandangi sandal kamarnya. Joon merangsek maju mendekati Kyo, namun secara reflek Kyo melangkah mundur. Ia tak tahu kenpa, tapi saat itu hanya mundur yang terlintas dalam pikirannya. Tubuhnya menyentuh tembok, ia tak punya pilihan lagi. Kyo semakin menunduk dan ia memmerintahkan dirinya sendiri untuk cepat-cepat mengambil nafas.
Kyo menarik nafas kasar, ia terlihat Frustasi sekali, dan Joon sudah berdiri tepat dihadapannya.
“mianhae,” ucap Kyo lirih.
“untuk apa?” ucap Joon sambil tersenyum kecut.
“bisakah kita selesaikan liburan ini, dengan damai?”
“kau sudah merebut hidupku, dan sekarang masih berani memerintahku?” ucap Joon dengan emosi memuncak.
“apa salahnya, aku hanya ingin memeluk istriku. Dimana letak kesalahanku?” bentak Joon kemudian dengan wajah kacau.
“kau.. tidak salah,” ucap Kyo dengan suara gemetar. Ketakutan seolah menyelimuti dirinya kali ini. Ia tak pernah melihat Joon sekacau ini, bahkan ketika Kyo dengan sengaja menyuruh eommanya agar Joon mengajak Kyo pergi ke acara komonitas pecinta komiknya dan mengacaukan seluruh rangkaian acara komunitas itu, Joon tetap mau mengajaknya pada waktu berikutnya.
Joon masuk kekamar mandi dengan perasaan kalut. Sedangkan Kyo jatuh terduduk, merosot begitu saja saat Joon meninggalkannya.
“op..pp..ppa..” ucap Kyo susah payah sambil menelan harga dirinya bulat-bulat.
Ia tak mungkin bertengkar dengan Seung Joon dalam keadaan ia berada dinegara asing dan hanya mengenal Seung Joon saja disana.
“oppa, mianhae” ucap Kyo yang masih terduduk dipojok ruangan itu dengan memeluk lututnya sendiri.
Kyo membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya dan terisak dalam.
Seung Joon yang baru selesai mandi mendapati Kyo tengah duduk disudut ruangan itu nampak enggan, namun akhirnya namja itu menghampiri gadis itu dan menariknya kedalam pelukannya.
“oppa, mianhae” ulang Kyo lagi masih tetap dalam posisi semula.
“oppa, mianhae,” ulangnya lagi, pudaknya bergerak naik turun tak terkendali.
“oppa...” ucap Kyo lagi dengan lemah. Ia sudah tidak mempunyai tenaga untuk berbicara lagi. Ia tetap memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, disamping Seung Joon juga memeluknya.
“aku selalu menyusahkanmu, oppa. Setelah ini, aku tidak akan menjadi beban hidupmu lagi oppa. Hiduplah dengan bahagia...” ucap Kyo masih dalam isakannya.
“bersama Go Eun Bin,” ucapnya susah payah.
“aku akan melepasmu, oppa, setelah ini...” ucap Kyo dengan isak yang semakin menjadi.
“aku akan pergi, asal itu membuatmu bahagia, oppa. Kau tidak bisa menghalangi perasaanmu, begitu juga aku, aku akan bahagia untukmu,” ucap Kyo pasrah.

000ooo000


Gadis ini, ah tidak Istriku, dia menyebutkan nama Go Eun Bin.

 Apa dia mengenalnya? Kenapa tiba-tiba Eunbin? Ada apa antara aku dan EunBin?

 Kami hanya sahabat.

Gadis ini benar-benar membuatku gila.

 Mengapa dia jadi serapuh ini gara-gara bentakkanku?

Aku sudah biasa membentak dan memakinya, tapi dia seperti tidak punya telinga untuk mendengarkan ocehanku.

Sebagai tunanganku bahkan ia mau dipeluk laki-laki lain didepan mataku.

Apa aku salah jika aku cemburu padanya?

Apa ini?

Cemburu?

Ah tidak, aku hanya marah, bukan cemburu.


Aku hanya marah ketika pria brengsek itu menyatakan perasaannya.


Ah, ya.. aku hanya marah tidak lebih.

000ooo000

Bulan madu yang jauh dari gambaran Kyo itu akhirnya berakhir juga, selama seminggu, Kyo pergi mengelilingi New York dengan bantuan seorang Tour Guide. Ia lebih nyaman pergi dengan Tour Guide itu. mencoba beberapa kuliner khas kota itu, dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Dua hari terakhir dalam liburannya itu Kyo sering pulang larut, mengurus beberapa hala yang menurutnya ini adalah jalan terbaik untuknya.
Jika kau pikir ini tentang surat cerai, tentu saja bukan. Kyo tentu tidak akan membuat keluarga Cho sedih dengan tindakannya yang ceroboh seperti itu. selalu ada cara yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya dengan Joon, selalu ada.
000ooo000

“kyo-ya! Eomma sangat merindukannmu. Kau tambah kurus, apa Joon tidak memberimu makan dengan benar?” tuduh nyonya Cho saat menjemput anaknya itu di bandara Incheon.
“ani, eomma. Aku makan dengan baik. Oppa sangat memperhatikanku,” ucap Kyo senormal mungkin dan berusaha menampilkan senyum terindahnya.
“ayo kita cepat pulang, eomma sudah menyiapkan masakan kesukaan kalian,” ucap nyonya Cho bersemangat sambil menggandeng putri sekaligus menantu kesayangannya itu.
“ne, omma!”
“Apakah Hyunra sudah ada perkembangan dengan SangChu, terakhir kali aku bertemu SangChu dia sangat berterimakasih karna telah meminta Hyunra pergi ketoko buku bersamanya,”
“benarkah? Eomma kira dulu SangChu suka padamu, Kyo-ya?” Kyo terkekeh.
“ani, eomma. Itu hanya trik Sangchu saja agar bisa mendekati Hyunra dengan mudah,”
“ah benarkah?”
“ne..”
Anak dan ibu itu terus bercerita tentang SangChu dan Hyunra sepanjang perjalanan. Joon yang duduk dikursi depan lebih memilih diam dan menyumbatkan earphone ketelingannya dari pada mendengar ocehan kedua perempuan itu.


000ooo000

“bagaiman bulan madu kalian? Appa sudah tidak sabar ingin menimang cucu,”ucap tuan Cho tiba-tiba yang membuat Kyo dan Joon yang tengah menyantap makan malamnya tersedak hebat.
“soal itu, bisakah kita bicarakan nanti appa?” bujuk Kyo sesaat setelah dapat menguasai dirinya lagi.
“aku punya kabar gembira,” lanjut Kyo lagi.
“kau sudah hamil, eonnie-ya?” pekik hyunra tanpa bisa dikendalikan.
“mwoya?” ucap nyonya Cho.
“eonniemu itu menikah baru dua seminggu yang lalu, bagaimana bisa hamil secepat itu, Hyunra-ya!” ucap nyonya Cho mengingatkan.
“hmm, gwaenchana, eomma. Hyunra masih kecil,” cibir Kyo kalem.
“ya! Bahkan kau dan aku hanya berjarak satu bulan, eonie. Ingat itu!” sungut Hyunra.
“ah, ne~ baiklah. Eomma, appa, aku mendapat beasiswa melanjutkan S2 di Universitas Columbia,” ucap Kyo dengan wajah berbinar.
“benarkah? Kenapa kau baru memberitahukannya sekarang?” tanya appanya nampak terlihat senang.
“aku baru mengetahui kalau aku mendapatkannya saat aku berada di New York, eomma. Mereka bilang, aku harus berangkat kesana sekitar seminggu kedepan untuk mengurus administrasiku, disana,” cerita Kyo lebih ceria.
“kau akan tinggal disana, eonnie? Untuk berapa lama?” tanya yunra yang terdengar sedih karna akan berpisah dengan satu-satunya kakak perempuannya.
“ne, paling cepat satu setengah tahun, Hyunra-ya,” ucap Kyo lembut memberi pengertian.
“ah~ eomma aku juga ingin kuliah disana. Appa~~ aku, mau!”
“selesaikan kuliahmu dulu, baru kau boleh menyusul eonnie-mu!” ucap tuan Cho bijak.
“ah, jinjja appa? Kau baik sekali, eonnie, tunggu aku, semeter ini, aku pasti lulus dan akan menyusulmu,” ucap Hyunra semangat.
“eomma, appa. Aku naik dulu, aku harus mengerjakan skripsiku lagi,” pamit Hyunra yang langsung berlari naik menuju kamarnya.
“anak itu~” nyonya dan tuan Cho hanya bisa menggeleng menghadapi tingkah anak bungsunya itu.
“kau juga akan ikut tinggal disana, Joon?” tanya nyonya Cho yang sedari tadi memperhatikan perubahan sikap Joon.
“kurasa tidak bisa, ia harus mengurus perusahaan disini,” sela tuan Cho sebelum Joon sempat berkata-kata.
“aku permisi kekamar dulu,” ucap Joon kemudian.
“joon, “ panggil nyonya Cho sebelum Joon menaiki anak tangga yang akan membawanya menuju kamarnya.
“kau tidak lupakan, Kau sekamar dengan Kyo mulai malam ini,” ucap nyonya Cho kalem.
“ne, eomma!” ucap Joon pasrah.
Setidaknya selama seminggu kemarin ia sudah mencoba berbagi kamar dengan Kyo. Dan hasilnya tidak cukup buruk. Ia tetap bisa tidur seranjang dengan Kyo walaupun ia tak pernah benar-benar tidur.
“kyo, susul suamimu! Dia tidak kelihatan sedang baik-baik saja,” pinta nyonya Kyo yang dijawab dengan anggukan Kyo.

000ooo000

“kau bahkan tidak mengatakan apa-apa padaku tentang beasiswa itu,” Joon memulai.
“kukira akan lebih baik jika aku mengumumkannya didepan semua anggota keluarga,” ucap Kyo tenang.
“kau tidak menganggapku sebagai suamimu?” nada Joon mulai meninggi.
“bukan begitu, aku..”
“kau memang tak pernah menghargaiku!” ucap Joon frustasi.
“kukira akan jauh lebih adil jika kukatakan secara bersamaan,” ucap Kyo berusaha menjelaskan.
“terserah kau,” ucap Joon membuang muka.
“op..pp..ppa..” ucap Kyo takut-takut.
“kkk..kka.. kau.. marah padaku?” tanya Kyo konyol.
“kau pikir aku sedang tertawa?aku ini suamimu! Aku berhak atas dirimu!” ucap Joon setengah berteriak.
“arrasseo, kau suamiku, tapi kau bukan orang tuaku, Seung Joon-sii!” ucap Kyo lirih sambil beranjak meninggalkan ruang itu.
Joon menahan pergelangan tangan Kyo dan memutar tubuh gadis itu cepat hingga posisi mereka berhadapan.
“kau! Bisakah kau tidak membuatku marah sekali saja?” ucap Seung Joon tiba-tiba.
“aku sudah berjanji untuk melepasmu, Oppa. Bukankah ini merupakan kesempatan yang bagus agar kau bisa lepas dariku. Eomma dan Appa tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan ke New York dan melanjutkan hidupku disana, dan kau bisa disini bersama Go Eun Bin. Bukankah itu cukup adil, oppa?”
“kau bisa menceraikanku kapan saja kau mau setelah aku di New York. Buat alasan apapun yang kau inginkan, asalkan kau bisa lepas dariku, oppa!”
“mungkin aku tidak akan kembali lagi kenegara ini saat lulus nanti. Aku akan tinggal disana untuk selamanya.” Ucap Kyo lagi.
Seung Joon hanya diam mematung mendengar perkataan yang keluar dari bibir gadis itu. apakah benar gadis ini sudah menyerah?
“kau terlihat bahagia saat berjalan bersamanya, oppa! Aku tidak pernah melihatmu tersenyum setulus itu pada seorang wanita, aku merasa cemburu.” Kyo tertawa sumbang.
“baiklah Oppa, selamat bersenang-senang dengan EunBin. Seperti kata Min Woo, aku tak kan menangis lagi untukmu, oppa. Dia pria yang baik,” kalimat terakhir Kyo lebih seperti dikatakan pada dirinya sendiri.
“kau menyukainya?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Joon secara tiba-tiba tanpa dapat dicegah lagi.
“tentu saja. Aku menyukainya, oppa! Dia sangat baik sekali,” ucap Kyo lagi sambil tersenyum kecut.
“Tidurlah oppa, aku akan kembali kekamarku,” ucap Kyo.
“kau tidak mendengar ucapan eomma, eoh? Kau tidur bersamaku, mulai malam ini!” ucap Joon tak sabaran.
“kau tidak pernah bisa berbagi ranjang dengan orang lain, Oppa. Aku tahu itu! jangan menyiksa dirimu dirumahmu sendiri, oppa!”
“aku bisa tidur diloteng, aku tak pernah tidur dikamar ini, asal kau tahu.” Ucap Joon cepat tidak ingin melepaskan Kyo dari pandangannya malam ini.
“kau? Apa? Loteng? Aku bahkan tak pernah mengetahui ada loteng dirumah ini,”
“karna kau terlalu sibuk menangisiku, kau tidak pernah benar-benar memperhatikan rumah ini, bodoh!”
“itu salahmu, Oppa!”
“terserah. Kau tidur disini, dan jangan berani-berani untuk kembali kekamarmu itu!” ancam Joon.
“kau begitu bersemangat menahanku disini, Oppa. Kau terlalu senang karna akan segera berpisah dariku, eoh?” tanya Kyo polos.
Joon hanya mematung mendengar pertanyaan polos Kyo.
“anggap saja sebagai ucapan perpisahan dariku, dan permintaan maafku karna selalu merepotkanmu oppa! Aku takkan kembali kekamarku itu, walaupun aku sangat ingin.” Ucap Kyo kemudian.
“jaljayo, oppa!”
“ne,” balas Joon pendek.

000ooo000


“Seung Joon oppa..” pekik seorang yeoja cantik pada Seung Joon yang tengah melintas disekitar kampus Myung Ji untuk mencari Kyo.
“ne?” Joon mengernyit dan berbalik saat mendengar ada yang memanggilnya.
“oppa, kau lupa padaku, Go Eun Bin.” Ucap gadis itu.
“ah~ ne. Eun Bin-ah! Tentu saja aku ingat padamu,” ucap Joon sambil tersenyum lebar.
Go Eunbin adalah teman Joon sejak kecil. Mereka berada pada kelas yang sama saat mengambil pelajaran musik disebuah lembaga kursus. mereka menjdi sahabat karna memiliki hobi yang sama.
“kau kuliah disini?” tanya Joon sambil wajahnya menunjukkan kearah kampus Myung Ji.
“ne, aku semester akhir, oppa. Sedang penelitian.” Ucap gadis itu sambil tersenyum manis.
Joon dan Eunbin akhirnya memutuskan untuk duduk disebuah bangku kayu yang terletak dibawah pohon yang cukup rindang dijalanan pinggir kampus itu.
“kudengar kau sudah bertunangan, Oppa. Apakau sudah menikah?” tanya Eunbin dengan wajah polos sesaat setelah duduk dibangku itu.
“ne, aku sudah bertunangan, tapi aku belum menikah. Sudah lima tahun yang lalu,” jelas namja itu lagi.
“mwoya? Itu lama sekali. Apa terjadi sesuatu?” nada Eun Bin terdengar khawatir.
“ah~ gadis itu ingin fokus kuliah dulu,” jawab Joon sambil menerawang.
“kau pasti sangat mencintainya, Oppa! Beruntung sekali gadis itu,” ucap Eunbin.
“mwo? Maksudmu aku menyukai gadis itu?”
“siapa lagi? Kau mau menunggunya selama ini, lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah umur pertunangan, Oppa. Dalam waktu lima tahun itu, bisa saja kau memilih mengakhiri pertunanganmu dengan gadis itu dan mencari gadis lain, misalnya,” jelas Eunbin panjang lebar.
“itu jelas tidak mungkin, aku bisa dicincang ayahku kalau aku sampai melakukannya, Eunbin-ah!” Joon terkekeh mendengar pemikiran Eunbin.
“kau bahkan tidak pernah mempunyai pacar, Oppa! Kau selalu bersama gadis menyebalkan itu..”
“apa.. jangan-jangan...” Eun bin melirik Seung Joon dengan tatapan menyelidik.
“apakah tunanganmu gadis menyebalkan itu?” tebak Eunbin tepat sasaran.
“maksudmu,?”
“Kyo. Choi Dong Kyo. Apakah dia tunanganmu?” tanya Eunbin dengan tatapan ngerih.
“bagaimana kau bisa tau? Apa dia menyebarkan berita semacam itu dikampus?” terdengar nada khawatir dalam suara Joon.
“ah~ benar dugaanku! Kau memang selalu mencintainya, Oppa! Sejak dulu!” ucap Eunbin kalem.
“mwoya, kau jangan bercanda Eunbin-ah!” ucap Joon mengelak.
“aigoo~~ oppa, kau terlihat seperti yeoja yang sedang tertangkap basah jatuh cinta saja. Kalau begitu, apakah kau mempunyai gadis lain dihatimu?” pancing EunBin lagi.
“bagaimana aku bisa memikirkan gadis lain saat ada seorang yeoja yang selalu saja merecoki hidupku setiap waktu, Eunbin-ah! Aku selalu memikirkan cara agar dapat menghindar dari yeoja menyebalkan itu, tak sempat memikirkan yang lain,” ucap Joon dengan terkekeh.
“ I see.” Ucap Eunbin dengan nada penuh kemenangan.
“oppa harus menraktirku eskrim, karna aku takkan datang kepernikahanmu. Aku tidak mau bertemu dengan yeoja menyebalkan itu,” sungut Eunbin.
“aish~ dasar bocah, baiklah jja!” ucap Joon bangkit dari bangku kayu sejak tadi didudukinya sambil menarik pinggang sahabatnya itu mendekat ketubuhnya.
“waeyo, oppa? Apa kau berpikir untuk berpaling padaku?” ejek Eunbin sambil menunjuk lengan Joon yang melingkar manis dipinggangnya.
“hahaha, aku ingin belajar menggamit pinggang istriku, dan kau korbanku, hahahaha” Joon tertawa puas sambil memandangi wajah Eunbin yang memerah karena malu.
“kau menyukaiku, eoh?” ejek Joon lagi.
“enak saja! Aku bahkan sudah bertunangan oppa, kau tak tahu? Dia di China sekarang,” bisik Eunbin ditelinga kiri Joon.
Joon dan Eunbin tertawa bersama sambil bergandengan tangan menuju sebuah toko eskrim terdekat.


Setelah acara makan eskrim itu selesai, Joon merasa ada yang kurang. Sial! Dia melupakan Dong Kyo.
“Aish~ ini semua gara-gara kau, Eunbin, aku melupakan istriku dan malah menemanimu makan eskrim. Aku harus segera mencarinya. Aku pergi dulu, ne?” ucap Joon sambil beranjak dari tempat duduknya.
“hati-hati, Oppa!” ucap Eunbin untuk yang terakhir kalinya.
“kau beruntung sekali, gadis menyebalkan.” Ucap Eunbin lirih sambil memandangi punggung Joon yang semakin menjauh dari pandangannya.


000ooo000
“selamat jalan, Kyo-ya! Jaga kesehatanmu, ne? Jangan tidur larut,” ucap Nyonya Cho saat mengatarkan putrinya itu ke bandara Incheon.
“ne eomma. Aku akan sering-sering mengirim email untuk eomma. Jaga kesehatan eomma, ne? Hyunra-ya! Jaga eomma baik-baik, ne?” ucap Kyo dengan senyum yang dipaksakan.
“ne, eonnie. Aku akan menjaga eomma dengan baik. Serahkan padaku! Aku akan menyusulmu semester depan Eonnie.” Ucap Hyunra semangat.
“ne, aku akan menunggumu.” Ucap Kyo sambil menepuk pundak Hyunra.
“kau tidak menungguku?” ucap seorang namja yang sontak membuat ketiga wanita itu menoleh.
“oppa?” desis Kyo tak percaya.
“kau tidak menunggu suamimu ini, eoh?” tanya Joon lagi.
“ah~ kurasa kalian harus bicara berdua, kami pergi dulu, ne?” ucap Nyonya Cho yang kemudian menyeret paksa Hyunra yang terlihat enggan meninggalkan Kyo.
“kau? Bukannya ada rapat, Oppa? Kenapa bisa disini? Cepatlah kembali!” ucap Kyo berusaha menutupi kebahagiaannya karna mengetahui Joon menyusulnya kebandara.
“rapatnya ditunda, chagi-ya!” ucap Joon dengan senyum tulus.
Tiba-tiba Joon menarik Kyo kedalam pelukannya. Kyo hanya dapat berdiri mematung, tanpa reaksi sedikitpun.
“cepatlah pulang, aku menunggumu disini, Chagi-ya! Saranghaeyo..” kata-kata terakhir itu menghantam alam sadar Kyo. Ia cepat-cepat mendongakkan kepala untuk meneliti ekspresi suaminya itu.
“ne?” gumam Kyo tak percaya.
“aku mencintaimu, Kyo-ya! Aku akan menuggumu disini,”
“kau hanya kuberi waktu satu setengah tahun, kalau kau tidak pulang-pulang aku akan menculikmu dari sana,” Ucap Joon dengan seringai nakal.
“bukankah kau? Bagaimana dengan Eunbin?” tanya Kyo masih bertahan dengan logikanya.
“bisakah kita tidak membicarakan orang lain? aku ingin membuat kenangan yang indah bersama istriku sebelum meninggalkanku untuk setahun kedepan,” ucap Joon lagi.
“kau? Apa kau keracunan oppa? Salah makan?” tanya Kyo khawatir. Gadis itu masih menganggap Joon membencinya dan hanya mencintai Eunbin.
“yak! Aku sehat! Kau yang meracuni hidupku, gadis jelek! Cepatlah pulang, atau aku akan menyeretmu dengan paksa untuk kembali kesini,” ucap Joon lagi.
“kau... kau mencintaiku, oppa?” tanya Kyo lagi tak percaya yang menyisakan sebuah wajah konyol Kyo.
“apa aku harus mengulanginya lagi? AKU MENCINTAIMU, gadis BODOH!” teriak joon sambil menarik Kyo kedalam pelukannya lagi.
“saranghae...” bisik Joon ditelinga kiri Kyo, tepat saat pegumuman keberangkatan pesawat Kyo terdengar.
“ne, Oppa. Saranghaeyo..” ucap Kyo yang kemudian melepaskan pelukan pria itu dan menuju keruang pemeriksaan tiket.
Gadis itu menoleh kebelakang sebentar, menatap suami yang selalu ia cintai itu. Gadis itu melambaikan tangannya pada Joon, yang dibals oleh Joon dengan bersemangat.
“tunggu aku, oppa..” gumam Kyo dalam hati.



000End000


2 komentar:

  1. uwwwwwwaaaaaaa... ko gantung gitu siihh, gimna itu??? lanjutan dong *maksa*

    BalasHapus