Langit malam
kota Seoul terlihat pekat tanpa bintang. Butiran-butiran air itu turun dengan
meriahnya menemani malam yang tengah merangkak. Seorang yeoja muda awal
duapuluhan tengah asyik memandangi butiran air itu. entah sejak kapan ia mulai
menyukai hujan. Yang jelas ada perasaan bahagia yang terselip dalam dadanya
ketika tangannya berhasil menggapai butiran air itu. melihat hujan dibawah
cahaya lampu jalanan ini memberikan efek yang jauh lebih baik.
“anehnya, hujan
tak pernah semenarik ini sebelumnya bagiku,” gumam gadis itu sambil tersenyum
simpul dan tetap memandangi gerimis yang menerpa wajahnya dengan lembut.
Gadis itu
kembali melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya setelah selesai
berbelanja di salah satu minimarket dekat apartemennya.
“apa ini? Sejak
kapan aku mulai tersenyum sendiri seperti ini? Apa aku sudah gila?” kata yeoja
itu sendiri bingung.
Sesosok namja
yang dari tadi mengikuti yoja itu secara diam-diam hanya tersenyum menanggapi
tingkah aneh yeoja itu.
000ooo000
Seberapa kuat
aku mencoba untuk melepasmu
Seberapa
keras aku mencoba untuk mengabaikanmu,
Kemanapun aku
pergi
Nyatanya
hanya kau yang berada didepan mataku
“siapa
sebenarnya namja itu? aku merasa wajahnya tak asing bagiku, seperti ada yang
hilang dari pikiranku. Siapa dia sebenarnya?” yeoja itu mengetuk-ngetuk
kepalanya dengan pensil mencoba mencari penjelasan atas namja yang dilihatnya
tadi malam dijalan.
“mengapa aku
merasa jantungku berdebar dua kali lebih cepat? Apa sebenarnya ini? Hanya
melihat wajah datarnya saja sudah membuatku cukup bahagia,” renungnya lagi
sambil menatap halaman kosong buku catatannya.
“apa aku sedang
jatuh cinta? Mana mungkin! Bahkan aku tak mengenalnya, apakah benar jatuh cinta
seperti ini? Kalau memang ini cinta, aku dapat artikan cinta adalah perasaan
paling konyol sepanjang masa yang dimiliki oleh manusia.” Ucapa yeoja itu
sambil kembali menatap buku catatannya itu, bersiap untuk menuangkan kata-kata
pertamannya untuk pagi ini.
“Dong Kyo-ya!
Sedang apa kau disini sendirian? Mana Joon?” tanya seorang yeoja manis bernama
Shin Ha Ni. Yeoja itu menoleh sebentar pada Hani dan tersenyum simpul sebelum
membalas,
“Molla, aku
belum melihatnya sejak tadi.”
“aish~ anak itu,
bahkan menghilang disaat aku membutuhkannya, “ gerutu Ha Ni tak jelas.
“waeyo? Kau
butuh bantuan?” tanya Kyo lagi sambil menutup catatannya itu perlahan.
“eo. Aku ingin
mengajaknya ketoko buku, aku malas pergi sendiri,” bibir Ha Ni mengerucut.
“haruskah dengan
Dong Joon? Kurasa kau harus meminta ijin Park sang Mi terlebih dahulu jika kau
ingin mengajaknya lagi, “ Kyo terkekeh.
“waeyo? Apa
mereka sudah berkencan?” mata Hani membulat sempuran.
“ne!” jawab Kyo
sambil mengangguk mantap.
“aish~ bocah
kecil itu, padahal Noonanya saja belum punya pacar, bagaimana bisa dia dengan
lancang mendahuluimu?” cecar Hani tanpa ampun.
“ya~! Kau ini!
Mulutmu itu harus segera dicuci dengan sabun!” sungut Kyo sambil menatap Hani
tajam. Alih-alih takut Hani malah tertawa lebar melihat ekspresi aneh yang
tercipta dari wajah cantik Kyo.
“sudahlah Kyo
hentikan itu! kau bahkan tak punya bakat untuk membentak orang, hahahahaha.
Wajahmu terlihat konyol sekali!” Hani semakin tertawa kencang sambil memegangi
perutnya, matanya sampai berair.
“aish~ bocah
ini!”
000ooo000
Hari ini aku
kembali bertemu dengannya, ditempat yang bahkan tak pernah kusangka sebelumnya,
perpustakaan. Aku adalah mahasiswa Seoul national university yang paling rajin
mengunjungi perpustakaan pusat. Ada banyak hal yang bisa kulakukan diasana
selain mencari bahan-bahan tugasku.
Entah sejak
kapan aku selalu memikirkan wajah itu. aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku
tak pernah bisa melepaskan bayangan wajah itu. ia benar-benar mengingatkanku
pada seseorang, entahlah, aku tidak tahu siapa.
Melihat
kelebatnya saja akan membuat hidupku seharian ini serasa ringan dan lancar.
Perasaan apa ini? Aku tak tahu, jika itu cinta, ini terlalu konyol.
Aku hanya mampu
memandangnya sekilas, tak lebih dari sedetik. Memandangnya lama-lama hanya akan
membuat jantungku kuwalahan seperti mau meloncat dari tempatnya. Perasaan ini
tak tergambarkan. Sekejap dunia serasa mendukungku, dan sedetik kemudian
seperti tidak terjadi apa-apa. Ini sangat... membingungkan(?)
000ooo000
Jika hanya
dua kali bertemu secara tidak sengaja masih dikatakan wajar,
Bagaimana
jika secara ‘tidak sengaja’ pula aku dipertemukan dengannya untuk
ketigakalinya?
Apakah ini
masih disebut kebetulan?
Ataukah ini
sebuah takdir?
Jika cinta
adalah konyol,
Maka takdir
adalah membingungkan
kali ini aku
kembali bertemu dengannya, lagi (?) entah untuk berapa kalinya, sudah tak
terhitung. Aku sudah bosan menghitungnya, karna kenyataannya sekarang aku bisa
dengan mudah berpapasan dengannya sehari tiga kali –mengalahkan waktu makanku
yang hanya dua kali sehari-. Aku bahkan tetap tak dapat memandangnya
berlama-lama, tak lebih dari sedetik. Entahlah, kurasa aku terlalu pengecut
untuk menghadapi kenyataan ini.
Aku bahkan belum
pernah berani untuk menyapanya. Apakah aku perlu melakukan itu? bahkan mungkin
saja ia tak pernah menganggapku ini ada. Menyedihkan sekali.
000ooo000
“Dong Kyo-ya!
Kau mau menemaniku ke acara reuni SMP-ku, kan? Aku benar-benar malas jika harus
pergi sendiri..” kata Hani dengan tampang memelas.
“wae?? Kenapa
harus aku. Aku bahkan tak mengenal teman-temanmu itu. aku akan kelihatan konyol
disana, tidak mau!” sahut Kyo cepat sambil membuang muka.
“aish~~ ayolah,
akan kubelikan kau sekotak penuh susu coklat dan kopi untuk persedianmu selama
sebulan, bagaimana?” Hani menawar.
“apa kau sedang
mencoba melakukan penawaran denganku, nona Shin?” sahut Dong Kyo tanpa minat.
“oh, ayolah,
ahh~~ baiklah,” Ha Ni menarik nafas kelihatan berfikir,
“ditambah....
traktiran makan siang dariku selama seminggu, ne?“ ucap Ha Ni lirih kelihatan
ingin menangis. Kyo tertawa pelan mengamati perubahan wajah sahabatnya itu.
“ani,
gwaenchana. Aku tidak sejahat itu, aku akan menemanimu, hahahah,” ucap Kyo
simpul.
“ne?? Ahh~~~
gomawo~~ gomawoyo~~!”
“ah~ kau perlu
menjawab surveyku yang satu ini, aku sedang ingin menulis cerita, “ sahut Kyo
kemudian.
“dae? Mwoseum
irrieya?”
“emmm, bagaimana
kau bisa tahu jika kau sedang menyukai seseorang?” kata Kyo tanpa basa-basi.
“eo? Molla. Aku
hanya merasa yakin, tanpa harus tahu apa sebabnya. Seperti perasaan tiba-tiba
‘ah~ ini orangnya’, seperti itulah, aku susah menjelaskannya! Kurasa kau harus
jatuh cinta sendiri agar kau mengetahui perasaan itu...” Hani melirik curiga
pada Dong Kyo.
“Omo! Apa kau
sedang merasakan hal seperti itu?” tatap Hani tak percaya.
“molla”
000ooo000
Seorang namja
berperawakan tinggi dengan kulit putih pucat tengah duduk dipojokan ruang
perpustakan smabil sesekali memainkan ponselnya. Namja itu terlihat beberapa
kali tersenyum mendengar suara bisik-bisik dua yoeja yang entah mengapa sejak
tadi menarik perhatiannya. Mereka berdua terlihat Konyol. Salah seorang dari
mereka menanyakan pertanyaan konyol, ‘bagaimana kau bisa tahu jika kau sedang
menyukai seseorang?’, apakah gadis itu benar-benar bodoh atau ia polos? Namja
itu sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan bacaannya dan memutuskan untuk
keluar dari ruangan itu.
“omo! Gadis
itu lagi! Apakah dunia ini terlalu sempit?” namja itu segera
berlalu sebelum dua yeoja yang tengah asyik mengobrol itu mengetahui kalau dari
tadi ada yang menguping pembicaraan mereka.
“Joonie-ya!”
seru seseorang ketika namja itu baru keluar dari perpustakaan. Namja itu
menoleh tanpa minat ke sumber suara dan matanya membulat sempurna.
“Yak!! Kau tidak
sopan, panggil aku ‘oppa’!”, bentaknya kasar.
“shireo!” jawab
yoeja yang tadi memanggilnya.
“yak! Kau, Cho
Hyun Ra! Lihat saja, kau akan pulang sendirian!” ancam namja itu.
“lakukan saja
dan bersiap-siaplah karna setelah itu semua komik dan rubik koleksimu akan
berakhir mengenaskan,” jawab gadis itu santai.
“kau harus
memanggilku ‘oppa’, apapun alasannya!” jawab namja itu tak mau tahu.
“yak! Hanya karna
kau lahir lima menit lebih dulu daripada aku? Aku tak mau!” gadis itu tetap
ngotot.
Namja itu tak
berminat lagi dengan perdebatan ini dan malah memilih pergi meninggalkan yeoja
yang memiliki wajahnya namun dengan versi perempuan.
“yak! Cho Seung
Joon! Mati kau!”
Cho Seung Joon
dan Cho Hyun Ra adalah saudara kembar. Mereka memiliki banyak kemiripan,
sama-sama keras kepala, selain memiliki wajah yang mirip, tentu saja. Mereka
tak pernah terlihat akur dan selalu meneriaki satu sama lain. Setiap pagi
mereka akan meributkan hal-hal sepele dan berakhir dengan makian dan teriakan.
Tuan dan nyonya Cho hanya bisa pasrah melihat kelakuan kedua anaknya itu dan
terlihat tidak berminat dengan perdebatan mereka yang selalu membuat gaduh
suasana pagi dirumah.
000ooo000
“Hyun Ra-ya!
Kenapa kau berdiri disini sendirian? Sedang apa kau?” tanya seorang yeoja yang
baru keluar dari perpustakaan itu.
“ani, Kyo-ya!
Gwaenchana. Aku sedang mencari kalian berdua,” ucapnya lagi ketika melihat
sosok Choi Dong Kyo dan Shin Ha Ni yang tengah berdiri sambil menatap ekspresi
wajahnya yang acak-acakan.
“kau habis
bertengkar dengan pacarmu, eoh?” tebak Ha Ni sekenanya.
“ani! Aku
baik-baik saja. Kau mau mampir ke cafe, aku suntuk sekali hari ini,” ucapnya
lagi memelas.
“baiklah, kajja”
seru Kyo semangat sambil menarik lengan dua sahabatnya itu.
Pollar Cofee
Shop, 4.30 p.m
“kau terlihat
berantakan sekali, Hyun Ra-ya” ucap Dong Kyo sesaat setelah menyesap
capucinonya yang masih tampak mengepul.
“emm,
gwaenchana.” Sahutnya lemas.
“kau sedang
berbohong, aku tahu itu!” sanggah Hani cepat.
“aku tak pernah
bisa berbohong dengan baik,” akunya lagi.
Pandangan Hyun Ra menerawang jauh. Ia kembali menghela nafas.
“kurasa aku
harus segera mencari pacar,” ucap Hani tiba-tiba yang sukses membuat Hyun Ra
dan Dong Kyo membulatkan matanya sempurna.
“mwo???” sahut
Hyun Ra dan Dong Kyo serempak.
“aku tak mau
terus-terusan merepotkan kalian,” sahut Hani pelan,
“mwoya⎼” Kyo tampak ingin meluncurkan aksi protesnya.
“adikmu juga,
Kyo-ya! Aku tak bisa terus-terusan merepotkannya juga, kasihan Sang Mi,”
tambahnya cepat.
“kurasa kau
harus segera mencari juga, Kyo-ya!” tambah Hyun Ra cepat-cepat sambil
tersenyum.
“aku tidak perlu
mencari, karna ia yang akan mencariku dulu,” sahut Kyo sekenanya.
“aish~ anak ini
memang tak pernah berubah,” gerutu Hani dengan wajah konyol,namun seketika
wajahnya berubah menjadi seperti.. orang ketakutan (?) atau itu terpesona yang
berlebihan, entahlah yang jelas ia terkejut.
“Hyun Ra-ya! Kau
dicari eomma, aish merepotkanku saja. Kau harus segera pulang,” kata seorang
namja dari arah belakang DongKyo.
Sesaat Ha Ni
tampak kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
“Cho Seung
Joon....” desisnya tak percaya. Kyo memutar kepalannya kebelakang mencari tahu
pemilik suara itu.
“aku bisa pulang
sendiri,” sahut Hyun Ra ketus tanpa menoleh.
Dong Kyo melihat
wajah itu lagi. Wajah yang ia lihat kemarin di perpustakaan, wajah yang ia
lihat di minimarket itu, wajah yang selalu ia lihat dalam mimpinya. Namja itu
kini begitu nyata berdiri tepat dihadapannya. Sesaat jantungnya berdetak tak
karuan. Ia ingin berlari menghindar saat ini juga, bumi, telan aku sekarang
juga! Batinnya menjerit ingin keluar dari situasi yang sama sekali tidak
diinginkannya, bertemu dengan pria ini, membuat bernafas saja terasa begitu sulit
untuknya.
Desis suara Ha
Ni yang memanggil nama pria itu mau tak mau menarik Dong Kyo kembali pada
kenyataan.
“kau ? kau
mengenalnya?” tanya Kyo begitu saja tanpa bisa ia cegah. Ha Ni hanya
mengangguk.
Namja bernama
Cho Seung Joon itu menatap dingin kearah saudara kembarnya itu tanpa
memedulikan dua yeoja yang duduk bersama saudaranya itu. sedetik kemudian ia
menarik paksa kembarannya itu sampai kemobil.
“kau, aku benci
padamu!” ucap Hyun Ra pada Seung Joon
“aku lebih
membencimu” sahut Joon dingin
“ada apa dengan
mereka? Apakah itu pacar Hyun Ra?” tanya Dong Kyo sesaat setelah dapat
menguasai dirinya sendiri. Hani tersenyum lemah, namun detik berikutnya ia
kembali pada wajah konyolnya yang biasa ia perlihatkan,
“ani, dia
saudara kembar Hyun Ra,” jawab Ha Ni tanpa berminat untuk meneruskan
penjelasannya.
“kau? Bagaimana
bisa tahu? Kau mengenalnya?” tanyanya lagi ingin tahu.
“eo. Kami satu
SMA dulu, bodoh!” ejek Ha Ni. Kyo hanya
mengangguk, namun sejurus kemudian ada perasaan ingin tahu yang menggelitik
hatinya.
“kau, kelihatan
aneh saat melihatnya tadi, apa aku salah?” selidik Kyo lagi.
“ani, kau memang
benar. Aku, dulu aku pernah ditolak oleh Seung Joon. Kurasa dia hanya korban
pelarianku saja,” kata Ha Ni lirih.
“mwo?? Kau??
Apa??”
“yak! Jangan
menggodaku!” bentak Hani kesal.
“kau masih
menyukainya?” goda Kyo lagi.
“bodoh, itu
sudah tiga tahun yang lalu, itu hanya perasaan sesaat. Kau tahu seperti hari
itu kau sangat menginginkannya, namun sesudahnya seperti kau bahkan tidak
mengetahui kenapa kau menginginkannya, dan disaat semua terjadi kau baru
mengetahui bahwa itu hanya sesaat, seperti itulah.,” jelas Hani panjang lebar.
“kau mengerti?”
tambah Hani lagi ketika mendapati ekspresi konyol yang tengah terpampang dalam
wajah cantik sahabatnya itu.
“eoh, hehehe”
kyo nyengir lebar.
“sudah kuduga.
Kau harus belajar mencintai seseorang,” kata Hani sambil menepuk bahu
sahabatnya itu.
“bagaimana
caranya, dari mana aku harus memulainya?” tanya Kyo polos. Hani nampak
kehilangan kesabarannya.
“yak! Choi Dong
Kyo! Kenapa ada gadis polos seperti dirimu ini??? Ah~ ani, kurasa kata boodoh
lebih tepat untukmu, hahahahah” Ha Ni tertawa dengan penuh kemenangan.
“yak!”
000ooo000
“aigo~ kenapa
gerimis ini selalu datang disaat seperti ini?” gerutu Hani pelan.
“waeyo?? Bukankah
gerimis ini terlihat indah, lembut sekali” ucap Kyo sambil menengadahkan
wajahnya kelangit dan merentangkan tangannya lebar menangkap butiran-butiran
air dari langit itu.
“sejak kapan kau
menyukai gerimis?” tanya Ha Ni curiga.
“entahlah, aku
tidak tahu. Saat tak ada hal yang bisa kulakukan, aku memandang gerimis yang
selama ini tak menarik bagiku, tapi setelah kuperhatikan, ternyata indah
sekali,” jelas Kyo sambil tersenyum.
“itu pelajaran
pertamanya, kau sudah mendapatkannya,” ucap HaNi misterius.
“apa?” tanya Kyo
dengan tampang bingung.
“kau, sedang
jatuh Cinta,” ucap Ha Ni kalem yang sukses membuat mata Kyo membulat sempurna.
Saat hal-hal
sepele seperti ini terlihat indah dimataku
Saat itulah
aku tahu
Aku mulai
mencintaimu,
Kurasa
000ooo000
Malam tengah
merangkak, namun alunan musik POP RnB masih menggema melalui sudut-sudut
ruangan ini. Walaupun ini acara reuni SMP, tapi ini diluar dugaan Kyo. Mereka⎼orang-orang itu⎼terlalu berisik. Mereka tertawa, mengobrol
keras-keras. Kyo kehilangan HaNi sesaat setelah mereka memasuki ruangan. Kyo
merasa seperti orang hilang berada ditengah-tengah orang yang benar-benar tidak
ia kenal. Tadinya ia ingin bertahan lima menit saja dalam ruangan itu, namun ia
berubah pikiran ketika ia menemukan sebuah balkon yang agak tenang. Terlihat
sebuah bangku kayu dipojokan sana. Tempat yang lumayan bagus untuk menyendiri
samapai Hani menyadari dia berada disini.
“lumayan juga
balkon ini, setidaknya aku bisa makan dan minum dengan lebih santai disini,”
gumam Kyo sambil menjatuhkan pantatnya dibangku kayu tadi.
Kyo mulai
menyantap hidangannya itu, sambil memandang langit malam. Tidak ada bintang yang terlihat. Tentu saja ini tengah kota, akan sangat sulit menemukan bintang
ataupun bulan yang bersinar ditengah kota padat seperti ini.
Kyo menikmati
terpaan angin malam yang membelai pipi dan rambutnya. Rasanya lebih mnyegarkan
daripada diruangan yang penuh asap rokok tadi. Kyo memejamkan matanya dan
menghirup udara malam itu dengan rakusnya dan menghembuskannya perlahan. Ia
kembali asyik dengan dunianya, sambil memandangi langit pekat dan tersenyum
manis.
“semenarik
itukah langit hitam dimatamu hingga kau bisa tersenyum sendiri, nona?” suara
seorang namja memecah keheningan di balkon itu.
Kyo tak pernah
merasa nyaman jika ada orang asing yang tiba-tiba bergabung. Ia sudah hampir
pergi, namun teringat bahwa dia harus bersikap ramah terhadap teman-teman Hani,
walaupun dia tak ingin.
Kyo menampilkan
sebuah senyum yang ia harap cukup sopan dalam keengganannya. Wajah namja itu
terlihat begitu jelas sampai namja itu duduk disebelah Kyo. Kyo hanya ingin
menoleh sebagai sopan santun, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat namja
yang duduk disampingnya itu.
“kurasa kau
tidak pernah bersekolah disini, apa aku salah?” tanya namja itu sambil
menelengkan wajahnya, memandangi wajah Kyo yang tertimpa cahay lampu.
“ne, aku memang
bukan alumni sekolah ini. Aku hanya mengantar temanku saja,” jawab Kyo canggung.
“mm, siapa?”
tanya namja itu datar
“HaNi. Shin Ha
Ni.”
“aku bertanya
namamu,” ucap namja itu lagi.
“eh?” Kyo
sedikit terkejut dan wajah konyol itu langsung terpampang begitu saja.
“Dong Kyo. Choi
Dong Kyo” jawab Kyo lagi.
“Park Sang Chu,”
kata namja itu sambil mengulurkan tangannya. Kyo terlihat menimbang akan
membalas atau tidak. Namja itu tetap menunggu dan akhirnya ia menerima uluran
tangan itu dan menjabatnya.
“senang
berkenalan denganmu, Dong Kyo-ssi!” ucap Sang Chu kembali. Kyo hanya tersenyum
manis.
“kau, berteman
baik dengan Hani?” tanya Kyo penasaran.
“mm, kami selalu
berada pada kelas yang sama selama tiga tahun berturut-turut,” ujar Sang Chu
mengenang.
“eo. Mengapa kau
disini sendirian, dimana Hani?” tambahnya lagi.
“mollaseoyo. Dia
tadi pamit untuk menghampiri temannya sebentar dan aku tak melihatnya lagi,”
jelas Kyo merana, meras terabaikan.
“hahaha, sabar
Dongkyo-ssi! Dia memang selalu seperti itu,” ujar Sang Chu. Tawa Sang Chu itu
memecah kecanggungan diantara keduanya.
“kau mengenalnya
dengan baik, Sangchu-ssi?” tanya Kyo lagi.
“tentu saja,
kami berada pada kelas yang sama selama tiga tahun berturut-turut. Bagaimana
aku tidak mengenalnya,” ada sorot kesakitan yang nampak pada wajah namja ini.
“kau,
menyukainya?” tanya Kyo lebih hati-hati.
“kau bisa
menjaga rahasia, Dong Kyo-ssi?” tanya sangchu sambil mendekatkan wajahnya
kewajah Kyo, sekilas terlihat seperti ingin mencium. Kyo hany tersenyum
mengangguk mantap.
“kau bisa
percayakan padaku, Sangchu-ssi,” sahut Kyo ringan.
“aku tidak hanya
menyukainya, kurasa aku mencintainya.” Sangchu masih menatap lekat wajah Kyo.
Kyo hanya mengamati wajah tampan yang tengah berada tepat didepan matanya tanpa
jara berarti. Kyo melihat kesungguhan dalam setiap kata-kata namja itu.
tercetak jelas dimatanya.
“aku sudah bisa
menebaknya,” sahut Kyo simpul kemudian megalihkan pandangannya kearah langit
hitam itu lagi dan tersenyum.
000ooo000
Seorang yeoja
yang mengenakan gaun berwarna pink pucat tengah melintasi ruangan mencari sosok
sahabatnya yang sejak tadi secara tak sengaja terlupakan dan terabaikan
olehnya. Ia telah bertanya pada teman-temannya yang kebetulan melihat Dong Kyo,
ia berada dibalkon.
Gadis itu⎼Hani⎼ langsung berjalan ringan menghampiri
satu-satunya balkon yang ada diruangan itu. langkahnya terhenti seketika ketika
melihat sahabatnya, SangChu dan DongKyo terlihat begitu akrab. Apa itu? apa
mereka tengah berciuman? Mengapa tiba-tiba Hani merasa sesak? Dia tak dapat
bernafas dengan benar dan memilih pergi meninggalkan mereka tanpa berniat
menegurnya terlebih dulu.
Menegurnya??
Bukankah itu akan menjadi hal terbodoh jika ia memergoki mereka seperti itu.
kenapa bisa sesakit ini??
000ooo000
Dari atas balkon
sini, kyo dapat melihat keluar dengan jelas. Ada seorang yeoja berjalan keluar
dengan tergesa-gesa menuju parkir mobil. Sepertinya Kyo tak asing dengan
gerak-gerak yeoja itu. yeoja itu berjalan menuju sebuah mobil hyundai merah
diparkiran. Bukankah itu mobil Hani? Tunggu. Apa itu hani? Shin Hani? Dia mau
kemana?? Dia mau pulang? Kenapa tidak mengajak Kyo? Apa gadis itu lupa
membawanya kemari tadi. Aish~ anak ini benar-benar.
Kyo segera
bangkit dari bangku kayu yang sejak tadi menopang tubuhnya. Sangchu yang
melihat pergerakan tiba-tiba Kyo spontan menarik pergelangan tangan gadis itu,
meminta penjelasan.
“aku harus
segera menyusul Hani. Aish~ dia benar-benar membuatku hampir gila. Aku pergi
dulu, Sangchu-ssi! Kuharap kau akan segera menyatakan perasaanmu padanya. Dia
sepertinya sedang menunggu seseorang yang tepat. Kau tau maksudku, kan?” kata
Kyo kemudian segera berlari menyeberangi ruangan dan keluar dari gedung itu.
000ooo000
Dong kyo berlari
keluar dari gedung secepat kilat dan menuju kearah parkiran. Kyo sudah ingin
meneriaki Hani namun batal dilakukan. Ada hal yang mnyesakkan dadanya yang
tengah terjadi didepan matanya. Hani, Shin Hani temannya itu kini tengah
berpelukkan dengan saudara kembar Hyunra yang entah siapa namanya itu karena
Kyo memang tak pernah berminat untuk mengetahui nama namja itu. ia tak ingin
terlibat semakin jauh. Ini sudah sangat membuatnya merasa frustasi. Harus
dicukupkan sampai disini.
Kyo memutar
tubuhnya dan berjalan menjauhi Hani dengan perasaan berkecamuk. Ia merasa sesak
melihat sahabatnya itu berpelukan dengan namja yang diam-diam ia cintai(?).
entahlah, hanya saja ia merasa sakit ketika melihat mereka berpelukan seperti
itu.
Tak terasa air
mata itupun leleh dari sudut mata Kyo. Kenapa semua berakhir secepat ini? Bahkan
ia belum benar-benar memulainya. Haruskah ia membuang perasaan ini lagi, kali
ini demi sahabatnya.
Mungkinkah Hani
dan saudara kembar Hyunra itu sudah resmi berkencan? Tapi kenapa Hani tidak
memberitahu Kyo. Tapi apakah ia benar-benar ingin tahu? Bukankah lebih baik
tidak tahu?
Haruskah aku
membuang semua perasaanku ini? Aku bahkan belum sepenuhnya memenuhi perasaanku
pada namja sialan itu! aish~ kenapa aku begini cengeng hanya kerena seorang
namja yang bahkan belum tentu mengenalkan dan mngetahui keberadaanku?
Kyo bergelut
dengan pemikirannya sendiri. Kakinya melangkah tanpa arah. Pandangannya kosong.
Sampai ia terhenti pada sebuah halte bus dan dia memutuskan untuk duduk disana
sampai hatinya merasa baikkan.
Takkan ada
yang menyadari keberadaanku, aku bukan siapa-siapa....
Air mata itu
kembali meleleh untuk kesekian kalinya. Ia sudah tak sanggup mengusap air
matanya itu lagi. Bahunya terlihat berguncang-guncang hebat, naik turun tanpa
terkendali.
Saat bus
terakhir malam itu tiba, Kyo mengerahkan segenap tenaganya untuk melangkah
masuk kedalam bus dan pulang. Ia ingin sampai diapartemennya dan cepat-cepat
tidur.
Aku
mencintaimu,
Teramat dalam
aku mencintaimu,
Sampai rasa
ini terasa sesak memenuhi hatiku,
Bahkan disaat
aku benar-benar tidak tahu siapa dirimu,
Aku tetap
saja mencintaimu
Apakah aku
terlalu bodoh?
Aku terlalu
naif?
Yang kutau
hanya satu,
Aku
mencintaimu
000ooo000
Shin Hani
berjalan tergesa-gesa menuju parkir mobil. Pikirannya kacau balau saat melihat
Park Sangchu⎼pria yang tanpa sadar telah merebut seluruh
hatinya itu⎼ berciuman dengan sahabatnya sendiri, Choi
Dongkyo. Mengapa takdir begitu kejam padanya?
Hani berjalan
dengan pandangan kabur karna air mata yang berdesakan ingin keluar dari
matanya. Mobil hyundai merah miliknya terletak beberapa meter didepannya. Saat
ia sibuk mencari kunci mobilnya dengan frustasi, secara tidak sengaja ia
bertabrakan dengan seseorang.
BRUUKK
“maaf, tuan. Aku
tidak sengaja,” katanya sambil membungkuk dalam. Saat menegakkan tubuhnya kembali,
matanya membulat sempurna melihat sosok Seungjoon tengah berdiri didepannya.
Hani ingin
segera menghilang dari sosok namja setan ini sekarang juga, ia tidak ingin
memperburuk suasana hatinya. Belum sempat Hani melangkahkan kakinya,
pergelangan tangannya telah dicekal dengan kuat oleh Seung Joon.
“kau menangis”
kata namja itu datar.
“bukan urusanmu”
jawab Hani dingin.
Tanpa babibu,
seungjoon langsung menarik Hani kedalam pelukannya.
“lepaskan
aku,”desis Hani parau
“kau boleh
menangis dipelukanku, hari ini,” namja itu mengeratkan pelukannya pada Hani.
“wae?” tanya
Hani lebih dingin lagi,
“aku butuh
seseorang untuk dipeluk,” jawab namja itu lirih, hampir tak terdengar. Sesaat
kemudian, hanya terdengar isakan mereka berdua.
“kau menangis?
Wae?” tanya Hani sambil mencoba melepaskan pelukan namja itu. menatap heran.
“hanya ingin
saja,” jawab namja itu pendek.
“aku pulang
dulu,” sahut Hani dan pergi melesat meninggalkan Seungjoon dengan perasaan
campur aduk.
Saat kau
melihat orang yang kau cintai bersama dengan orang lain,
Apakah kau
akan merelakannya bahagia?
Walaupun itu
berarti kau harus berpisah dengannya?
000ooo000
“dong Kyo-ya!
Kau tidak terlihat sehat. Kau sakit? Mau kuantar berobat?” tanya Hyunra
khawatir.
“ani, Hyunra-ya!
Aku baik-baik saja,” sahut Kyo tanpa minat.
“ada lingkaran
hitam dibawah matamu, kau tak tidur semalam?” tanya Hyunra lagi, nadanya
terdengar khawatir.
“eo. Aku
berusaha keras untuk belajar semalam, dan hasilnya sia-sia,” ucap Kyo merana.
“kau terlalu
keras pada dirimu sendiri, Kyo-ya!” ucap Hyunra sambil mengelus punggung tangan
sahabatnya itu. Kyo hanya tersenyum lemah.
“kau melihat
Hani? Aku tak menemukannya sepagian ini, padahal ada tugas yang harus
kuserahkan padanya,” Hyunra berusaha mengalihkan pembicaraan.
“molla. Kau sudah
menghubunginya?” kata Kyo berusaha menampilkan nada bicara senormal mungkin.
“ponselnya tidak
aktif. Dia tidak berangkat bersamamu tadi pagi?” tanya Hyunra lagi yang hanya
dibalas dengan gelengan lemah Kyo dan senyum simpul.
“kalian tidak
sedang bertengkar, kan?”
“tidak....
Kurasa.... tidak....” gumam Kyo lambat-lambat.
“baiklah, aku
menyerah. Aku mau pulang saja, kau mau ikut?” ucap Hyun Ra kemudian. Kyo
berniat untuk menolak, namun
“aku tidak
menerima penolakan, Kyo-ya!” tambah Hyunra cepat.
“baiklah. Kajja~~”
jawab Kyo dengan senyum yang dipaksakan.
000ooo000
Kediaman
keluarga Cho, 1.30 p.m, Nohwon.
“bagaimana acara
reuninya, semalam? Kau mendapat kenalan?” tanya Hyunra penuh minat setelah
merebahkan tubuhnya disamping Kyo, diatas ranjangnya. Kyo hanya mengangguk
ringan.
“Jinjayo??”
tanya Hyunra dengan mata membulat sempurna.
“eo. Dia
temannya Hani. Tentu saja, teman siapa lagi?? Kenapa aku bodoh sekali,” Kyo
menggeleng-geleng konyol.
“hahaha~~ kau
ternyata cepat beradaptasi Kyo. Bagaiman Kau menyukainya?”
“pertanyaan
macam apa itu? kau bahkan tidak menanyakan kenalanku itu laki-laki atau
perempuan, tapi kau malah langsung menennyakan apakah aku menyukainya atau
tidak. Kau parah sekali..” Kyo menggeleng-geleng melihat tingkah temannya ini.
“hahaha, sudah
kupastikan kenalanmu itu laki-laki. Aku tahu itu,” sahut Hyunra misterius.
“jangan bilang
kau memata-mataiku?” tuduh Kyo asal.
“hah? Yang benar
saja? Anak ini? Percaya diri sekali, kau! Aku bahkan lebih senang pergi
berkencan dengan pacarku daripada memata-mataimu!” cibir Hyunra.
“benarkah?”
tanya Kyo berusaha mengalihkan pembicaraan.
“kau hanya perlu
menjawab pertanyaanku, bodoh! Kau mneyukainya?” todong Hyunra lagi.
“emm~~ bagaimana
aku mengatakannya?? Dia namja yang cukup menarik, menurutku. Cukup baik, teman
mengobrol yang menyenangkan,” ucap Kyo gamblang.
“kau telah
menunjukkan sinyal-sinyal itu, Kyo-ya!” tanggap Hyunra senang.
“hahaha, apa
yang kau bicarakan?”
“jangan
pura-pura bodoh, atau kau akan menjadi gadis yang benar-benar bodoh karna tak
peka terhadap perasaanmu sendiri,” ucap Hyun Ra mencibir.
“terserah kau
saja, Hyunra-ya. Aku lebih mengetahui isi hatiku ini sendiri,” ucap Kyo enteng
sambil menepuk dadanya dan tertawa.
“aku sudah
memperingatkanmu Kyo-ya! Jangan sampai kau terlambat menyadarinya, atau semua
akan berakhir begitu saja,” ucap Hyunra dengan nada kelam.
“yak! Jangan
coba-coba menakut-nakutiku, bodoh!”
“kau takut?”
“tentu saja,
TIDAK!!” ucap Kyo kesal.
Hahahaha
000ooo000
“aku pulang
dulu, Hyunra-ya!” pamit Kyo pada Hyunra yang hanya dibalas dengan anggukan
ringan dan senyum lebar.
“hati-hati,
Kyo-ya! Maaf tak bisa mengantarmu,” ucap Hyunra menyesal.
“gwaenchana. Aku
bisa pulang sendiri. Masuklah,”ucap Kyo yang kemudian melangkah menjauhi pintu
utama rumah itu.
Setidaknya hari
ini, Kyo bisa sedikit melupakan masalah perasaanya yang sedang patah hati. Ia
tak perlu menceritakan semuanya pada Hyunra sampai detail. Setidaknya,
sahabatnya itu tahu, dia sedang ada masalah dan sudah bersedia menghiburnya
dengan acara memasak konyol yang membuat mereka kewalahan menghabiskan masakan
hancur hasil karya mereka sendiri.
“aku benar-benar
payah sebagai, seorang gadis,” gumam Kyo sambil menantap ujung sepatunya dan
tersenyum simpul mengingat acara memasaknya bersama Hyun Ra tadi.
“bagus kalau kau
menyadarinya,” ucap seorang namja dengan nada tajam yang kini telah berdiri
tepat dihadapannya. Kyo terkejut mendengar ucapan itu dan berusaha melihat
wajah namja menyebalkan yang melempar tatapan menusuk -yang tak bisa
dijelaskan- kepadanya.
“eh? Kau bicara
padaku?” tanya Kyo konyol.
“siapa lagi.
Kau, kau adalah gadis yang sangat memuakkan!” ucap namja itu tajam.
“kau tak berhak
menilaiku seperti itu, kau bahkan tak mengenalku!” ucap Kyo setengah berteriak.
Nafasnya memburu, emosinya memuncak cepat.
“aku tahu kau!
Cukup untuk mengetahui siapa dan bagaimana dirimu itu, memuakkan sekali!”
“apa alasanmu
mengatakan hal-hal seperti itu?” ucap Kyo dengan memandang wajah namja itu
dengan pandangan tak bersahabat.
Kyo sudah hendak
melangkah pergi meninggalkan rumah Hyunra ketika tangan namja itu menahan
pergelangan tangannya dan menarik tubuh Kyo kepagar terdekat, dan menguncinya.
Wajah namja itu
semakin mendekat ke wajahnya, Kyo merasa ketakutan dan mulai memberontak.
Memejamkan mata dan memukul-mukul namja itu agar menjauh dari wajahnya.
Kyo merutuki
kebodohannya, mengapa ia sampai lupa waktu dan pulang selarut ini. Harusnya dia
pulang ketika masih petang tadi.
Tak ada gunanya
penyesalan, toh penyesalan tak akan menolong Kyo lepas dari namja gila ini. Kyo
mulai frustasi dan mengisak. Dia menangis, namja itu menghentikan usahanya
untuk mencium Kyo dan malah terperangah melihat Kyo yang menangis ketakutan.
“wae? Kenapa kau
menangis? Bukankah kau kemarin juga telah berciuman dengan namja yang baru kau
kenal dibalkon itu?” cibir Seung Joon, namja tadi.
“mwo??” ucap Kyo
parau, tanpa berpikir panjang tangannya telah mendarat dengan keras diwajah
tampan seungJoon.
“kau...” desis
Seung Joon dengan tatapan marah.
“kau tidak
mengenalku, dan menyangkaku yang bukan-bukan. Kau bahkan tidak lebih baik
dariku,” ucap Kyo dingin.
Yeoja itu lalu
melangkah pergi meninggalkan Seung Joon yang berdiri mematung, memandangi
punggung ramping yeoja itu yang semakin menjauh dari pandangannya.
000ooo000
Hujan mulai
turun perlahan, menyamarkan tangisan dimata Dong Kyo yang tak mau berhenti
sejak tadi. Apa ia telah memilih namja yang salah? Apa yang ada dipikiran namja
itu? apa kemarin dia melihat kejadian ketika Dong Kyo bersama Sang Chu? Tapi
tak ada sesuatu hal yang penting yang terjadi antara Dong Kyo dan SangChu.
Kaki Kyo
berhenti tepat didepan gedung apartemennya. Hari ini ia lupa tidak membawa
payung dan hujan cukup menyelamatkannya, setidaknya orang-orang tidak dapat
melihat kalau gadis itu sedang menangis sepanjang jalan.
Kyo kembali
menengadahkan wajahnya pada langit malam. Membiarkan udara malam membelai
pipinya dengan lembut dan butiran hujan itu menerpa wajahnya secara beruntutan.
“kau hanya perlu
kuat. Lupakan namja tak berguna itu! kau tidak perlu memikirkannya lagi, Dong
Kyo-ya!” ucap Kyo pada dirinya sendiri.
Mencintaimu,
Mengapa bisa
sesakit ini?
Adakah cinta
yang lebih sederhana?
Hanya ada
rasa cinta,
Tanpa ada
rasa sakit.
Hanya ada
rasa cinta,
Tanpa harus
ada rasa kecewa,
Hanya ada
rasa cinta,
Hanya ada
dirimu dan aku,
Kita...
000ooo000
“Hani-ya!” ucap
seorang namja dengan wajah ceria.
Alih-alih
memandang namja itu, Hani malah berbalik arah dan pergi menghindar.
“yak! Mau kemana
kau?” ucap namja itu gusar, saat tangan telah berhasil mencekal tangan yeoja
itu.
“apa pedulimu?
Aku tak ada urusan denganmu,” ucap Hani dingin tanpa berniat memandang wajah
namja itu.
“kau mungkin
tidak, tapi aku ada,” ucap namja itu kalem.
“kau
meninggalkan temanmu kemarin,” lanjutnya lagi.
“aku tidak
meninggalkannya, dia bersamamu. Apa aku salah?” ucap gadis itu masih tetap
dingin.
“ani. Kau tidak
salah. Tapi dia mengejarmu saat melihatmu menuju parkir mobil, kau bertemu
dengannya?”
“tentu saja
tidak,” ucap gadis itu pendek dan berniat meninggalkan namja itu. namun sedetik
kemudian ia memandang jijik pada namja itu.
“kau
menanyakannya? Kenapa? Kalian sudah resmi berkencan, bukan? Kenapa tidak
tanyakan langsung padanya. Kalian membuatku muak saja,” cibir yeoja itu.
“kau? Kenapa?
Apa ada yang salah denganku? Aku hampir tak
mengenalimu saat kau bersikap seperti ini,” ucap namja itu masih tak
mengerti dengan arah pembicaraan yeoja itu.
"kau memang tak
pernah mengenalku, asal kau tahu!” tambah yeoja itu pedas.
“aku
mengenalimu, tapi tidak dengan sikapmu yang satu ini. Apa ada sesuatu kesalahan
yang pernah kulakukan hingga membuatmu jadi seperti ini padaku?” tuntut namja
itu lagi.
“lebih baik kau
menemui gadismu itu, jangan biarkan dia lama menunggu,” sahut Hani ketus sambil
mengibaskan genggaman tangannya dari SangChu dan menatap sinis wajah Kyo yang
berdiri dibelakang SangChu.
“ada apa dengan
gadis ini, aish~~” Sang chu menggerutu, sebentar kemudian ia membalikkan
badannya dan menemukan Kyo tengah berjalan menuju kearahnya dengan wajah pucat,
tak terlihat sehat.
“Dong Kyo-ssi!
Kau, sakit?” tanya SangChu, khawatir.
“tidak. Aku
baik-baik saja,”sahut Kyo sopan dan membungkukan badannya, berniat pergi.
“dong Kyo-ssi,
sepertinya ada yang tidak beres disini, kau mau menjelaskannya padaku?” pinta
SangChu lembut.
Kyo hanya
mengangguk pelan dan mengajak Sangchu duduk disalah satu bangku kayu terdekat.
Kyo menghirup
nafas perlahan, kemudian memulainya.
“kau ingat saat
kita duduk bersama di balkon saat reuni SMP-mu itu? tanya Kyo memulai, Sangchu mengangguk ringan.
“ada yang
melihatnya, dan menyangka kita telah...” Kyo tak mampu melanjutkan
kata-katanya. Wajahnya terlihat tertekan sekali.
“telah apa?”
“berciuman....”
ucap Kyo tercekat, hampir tak terdengar.
“mwo?? Bahkan
kita tidak melakukan apa-apa,” ucap sangchu kesal.
“entahlah, aku
tidak tahu,” ucap Dong Kyo sambil menghela nafas berat.
“jadi ini
alasannya? Jadi dia marah padaku? Ah tidak, dia cemburu padaku,’ ucap Sang chu
kemudian yang berhasil membuat mata Kyo membulat sempurna. Ia menoleh pada Sang
Chu meminta penjelasan.
“Shin Hani, dia
cemburu padaku,” jelas sangChu kalem
000ooo000
Sangat
menyenangkan mengetahui bahwa kenyataan Hani juga memiliki perasaan yang sama
seperti SangChu. Choi Dong Kyo, gadis bodoh ini hanya bisa memandang bahagia
sahabatnya itu yang kini telah resmi berpacaran dengan SangChu, sedangkan ia
kembali menarik diri kembali dan tidak berminat untuk membuka hatinya kembali
untuk namja manapun, tanpa terkecuali.
Kyo kembali
memasang senyum termanisnya saat melihat Sang Chu dan Hani menghampirinya, yang
tengah duduk dipojokan kantin siang itu.
“ahh~~ cukhae,
aku turut bahagia akhirnya kalian resmi berkencan. Bukankah seharusnya kalian
berdua menraktirku, hmm?” Kyo segera saja memberondong tanpa bisa dihentikan.
“ah~ ne,
DongKyo-ya! Kau boleh memesan makanan lagi kalau begitu, sebagai tanda terima
kasihku,” ucap Sangchu kalem.
“berterimakasih?
Untuk apa?” tanya Kyo tak mengerti.
“karna kau telah
secara tidak sengaja menyadarkan Hani bahwa dia juga mempunyai perasaan yang
sama denganku, gomawo DongKyo-ya,” ucap Sangchu menjelaskan.
Kyo hanya tersenyum
manis mendengar penjelasan Sangchu dan melirik sekilas kearah Hani yang kali
ini mukanya bersemu merah. Gadis itu terlihat lebih pendiam belakangan ini.
“mianhae,” ucap
Hani tiba-tiba, ditujukkan pada Kyo.
“untuk apa?”
“karna menuduhmu
yang bukan-bukan. Jeongmal, mianhae,” ucapnya lagi sambil tertunduk. Wajahnya
terlihat frustasi.
“ani,
gwaenchana. Aku juga pasti akan berbuat yang sama sepertimu jika aku berada
pada posisi itu. aku pasti sangat cemburu. Aku tahu itu, lupakan saja,” ucap
Kyo ringan sambil mengenggam tangan Hani, sahabatnya yang sudah lama ia
rindukan.
“baiklah.
Sepertinya kalian sudah berbaikan, kita pesan makanan sekarang,” ucap Sangchu
ceria.
“aku boleh
bergabung?” tanya seorang yeoja yang tiba-tiba muncul bersama dengan saudara
kembarnya.
“ah~ nona ini,
Cho Hyunra, bukan?” sambut Sangchu ramah,
“ne, dan ini
saudara kembarku, Cho Seung Joon,” Joon terlihat membungkukkan tubuhnya sedikit
pada Sangchu.
“yya~ yya~
yya~~, sejak kapan kalian menjadi akur seperti ini?” ucap Hani yang melihat
aneh pada dua bersaudara itu.
“memang kapan
kami pernah bertengkar? Kami selalu akur, kau saja tak pernah menyadarinya,”
ucap Hyunra ringan dan menyeret paksa kembarannya itu untuk duduk
disatu-satunya tempat yang tersedia disana, disebelah Kyo. Sedangkan
Hyunralangsung duduk disebelah Hani.
“kau yang
traktir, Hani-ya?” tanya Hyunra.
“ne, sebagai
perayaan karna aku telah resmi berkencan dengan Sangchu, serta sebagai
permintaan maaf karna aku telah menyangka Kyo yang bukan-bukan,” ucap Hani
sambil mengarahkan pandangannya kepada Kyo.
Kyo yang sejak
kedatangan Seung Joon menjadi pendiam itu pun salah tingkah saat dirinya
disebut-sebut.
“ah~ seharusnya
aku benar-benar menciummu waktu itu, Kyo-ya!” goda Sangchu yang disambut
tatapan tajam oleh Hani.
“waeyo?? Setidaknya
aku dan Kyo tidak akan merasa dirugikan karena dituduh melakukan hal yang tidak
kami lakukan, bukan?” Sangchu terkekeh dan sukses mendapat pukulan bertubi-tubi
dari Hani.
Seung Joon hanya
diam sambil tersenyum kecut, tak berani menatap Kyo. Ada perasaan malu dan
bersalah atas apa yang telah ia lakukan pada gadis itu tempo hari.
“ah~baiklah, aku
akan memesan makanan untuk kita semua, kalian tunggu disini, ne?” ucap Sangchu
kemudian.
“chagi-ya! Aku
ikut denganmu,” ucap Hani kemudian dan menyusul Sangchu.
“kau sudah
baikkan, Kyo?” ucap Hyunra sesaat setelah keheningan yang muncul sepeninggalan
Hani dan Sangchu.
“em,
gwaenchana.” Ucap Kyo menatap Hyunra, sambil tersenyum.
Sesaat kemudian,
ponsel Hyunra berdering, dan ia pamit keluar untuk menerima telponnya.
Kini dimeja itu
tinggal ada Seung Joon dan Dongkyo. Mereka duduk dalam satu bangku kayu yang
sama. Karena letak kyo yang berda disamping tembok, dan Joon berada pada sisi
luarnya –satu-satunya jalan keluar- membuat Kyo tak mampu berkutik.
Bagaimana bisa
ia ditiggalkan hanya berdua saja bersama namja yang todak ingin ia temui ini.
Kyo memutuskan untuk bermain-main dengan ponselnya, memasang earphonenya dan
tengelam dalam alunan musik yang keluar dari ponselnya itu, dan mulai
mencoret-coret catatannya.
Ia tak
benar-benar bisa berkonsentrasi dengan tulisannya, dan akhirnya ia menyerah.
Joon masih diam dalam posisinya seperti itu, tak berniat membuka pembicaraan.
Kyo mulai
merutuki kebodohannya yang memilih tempat duduk dipojokan sehingga punggungnya
bisa bersender pada tembok yang berada disamping serta belakangnya. Dan
sekarang, berkat pilihan bodohnya itu, ia tak dapat menghilang dari sis namja
yang menyebalkan ini tanpa berbicara padanya.
Sudah hampir
setengah jam Kyo dan Joon ditinggalkan berdua saja disana tanpa sepatah
katapun. Sepertinya ketiga temannya itu tak akan pernah kembali kemeja ini
lagi, sial!
Seung Joon mulai
menggeliat, ia terlihat bosan setengah mati. Tidak mungkin ia pergi begitu saja
sebelum meminta maaf. Joon telah merangkai kata-kata selama setengah jam
terakhir ini untuk meminta maaf pada Kyo, dan belum menemukan kata yang
menurutnya tepat. Namja ini, ia memang tak pernah pandai berkata-kata manis! Ia
hanya bisa membentak orang dengan fasih. Apakah iajuga harus membentak gadis ini
juga untuk mendaptkan permintaan maafnya? Yang benar saja!
Ehemm..
Joon berdehem,
berusaha mengatur nada bicaranya agar tidak terkesan kaku dan gugup.
“mianhae,” ucap
Joon lirih, hampir tak terdengar. Pandangannya lurus kedepan.
Kyo masih tetap
tak bergeming. Ia benar-benar larut dalm musiknya kini. Kepalanya ia sandarkan
ketembok disampingnya. Air matanya jatuh perlahan.
Melihat
perkataannya tak mendapat respon, mau tak mau Joon menoleh juga akhirnya pada
Kyo. Betapa terklejutnya ia ketika mendapati gadis disampingnya itu tengah
menangis tanpa bersuara dengan mat terpejam.
“kau, baik-baik
saja?” tanya Joon panik.
Kyo masih tak
merespon. Joon mencoba mengguncang-guncangkan tubuh Kyo dan gadis itu sedikit
tersentak dan buru-bru menghapus air matanya dengan cepat.
“bagaimana
bisa aku menangis didepan namja setan ini?” Kyo membatin dalam hati.
Kyo buru-buru
menegakkan duduknya dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
“bisakah kau
memberiku jalan, aku ingin keluar dari sini,” ucap Kyo kemudian dengan wajah cuek.
“setelah aku
mengatakan apa yang ingin kukatan,” ucap Joon kemudian.
Kyo melirik jam
tangan yang melingkar dipergelangan tangannya dan menghela nafas kasar,
“maaf, kurasa
aku harus segera pergi sekarang, aku ada ujian sekarang,” ucap Kyo sambil
bangkit dari duduknya, memaksa Joon untuk memberi jalan pada gadis itu.
“aku, akan
menunggumu,” ucap SenugJoon sambil menahan pergelangan tangan Kyo sesaat
setelah gadis itu berhasil keluar dari meja itu.
“terserah kau
saja,” sahut Kyo tanpa menoleh kearah Joon.
000ooo000
Hari ini Kyo
berhasil menghindar dari namja menyebalkan bernama Cho Seung Joon itu. entah
cara apa yang akan ia pakai besok untuk menghindar bertemu dengan namja itu.
apa ini? Memangnya namja itu akan benar-benar menunggu Kyo? Percaya diri sekali
kau, Kyo. Memangnya siapa kau? Hanya gadis tak penting, bukan? Sudahlah,
lupakan dia.
Kukira
melupakanmu itu
akan semudah
ketika aku mencintaimu
adakah cara
paling cepat untuk melupakanmu?
Jika memang ada,
beritahu aku,
Jika memang
tidak ada,
Aku akan menyerah,
Aku mencintaimu,
Dengan alasan
yang bahkan tidak pernah kuketahui
Ponsel Kyo
kembali berdering untuk kesekian kalinya. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Cho
Hyunra. Ada apa dengan gadis ini? Sepagian ini, sudah ada lima belas panggilan
tak terjawab dan 50 pesan memenuhi kotak masuknya.
“gadis ini,
benar-benar membuatku gila,” gerutu Kyo.
Hari ini, ia
sedang tak berminat berhubungan dengan dunia luar.sekalipun itu sahabatnya
sendiri, Kyo sudah bertekad takkan menggubris siapapun itu yang coba mengusik
ketenangannya.
Ia takkan
menyia-nyiakan waktunya yang harus rela duduk berjam-jam dalam bus yang
mengantarkannya sampai ketempat terindah ini, desa terpencil dipinggiran kota
Seoul-dimana disinalh tempat neneknya dilahirkan. Ia selalu datang kerumah
hasil peninggalan neneknya ini hanya untuk menenangkan pikirannya ketika ada masalah
berat melandanya. Rumah ini merupakan rumah dengan desaian korea kuno yang
memilki halaman yang luas dan tertutup dari luar, sehingga orang-orang dari
luar tidak dapat melihat kedalam rumah itu secara langsung.
Hujan
yang turun sejak pagi membuat rencana Kyo untuk berjalan-jalan ke bukit itupun
gagal. Dan akhirnya disinilah dia, terdampar diruang tengah, menonton acara tv
tanpa minat sedikitpun.
Sayup-sayup Kyo
mendengar seperti ada yang mengetuk pintu rumah itu. Kyo beranjak keluar untuk
melihat siapa tamu yang kurang kerjaan berkunjung disaat hari mulai petang dan
hujan mengguyur deras.
Kyo membuka sedikit
pagar gerbang yang terbuat dari kayu itu dan terkejut ketika mendapati
SeungJoon berdiri tepat didepannya dengan wajah kacau, nampak frustasi. Namja itu
terlihat basah kuyup dengan bibir pucat. Kyo sudah hampir menutup pintu itu lagi,
namun Joon telah menahan pintu itu sampai akhirnya ia bisa masuk kepekarangan
rumah itu.
“kenapa kau
menghindariku?” serbu Joon dengan tatapan terluka.
“aku bahkan
tidak mengenalmu, kita tak pernah saling mengenal,” ucap Kyo dengan suara
tenang dibawah payung coklatnya.
“kau bohong,
kita saling mengenal, bahkan lebih,” ucap Joon lagi, kini menatap lurus wajah
Kyo.
“apa maksudmu?”
“aku tahu, kau
menyukaiku,”ujar Joon lagi yang seketika membuat mata Kyo membulat sempurna.
“mwo? Mworago??”
“ya, aku tahu,
kau menyukaiku, bahkan mungkin kau juga mencintaiku,” ucapnya sambil tersenyum
sinis.
“inikah tujanmu
datang kemari? Sangat menjijikkan sekali,” ucap Kyo jengah.
“aku tahu, kau
marah padaku,” ucap Joon setengah berteriak mengalahkan suara hujan.
“apa yang
sebenarnya kau inginkan?” ucap Kyo sinis
“Kau! Aku menginginkanmu!”
ucap Jon setengah berteriak.
“aku tidak
bernafsu melayani perdebatanmu ini, jadi pergilah,”
Kyo sudah hampir
meninggalkan Joon namun lagi-lagi seperti yang sudah-sudah Joon berhasil
menahannya, kali ini bukan pergelangang tangannya lagi, tapi lengannya. Cengkeramannya
terlalu kuat, sehingga Kyo tertahan dengan merana.
Diluar dugaan
Kyo, Joon malah melangkah mendekati Kyo dan memelukny dari belakang.
Kyo berusaha memberontak,
tapi namja ini mendekapnya dengan sangat erat sehingga ia sulit untuk
melepaskan diri dan sukses membuat payungnya terjatuh.
Joon
menyandarkan dagunya pada pundak Kyo, membenaman wajahnya disana sambil menghirup
bau tubuh gadis itu. bau campuran antara teh yang wangi dan strowbery yang
manis segera memenuhi indra penciumannya. Ia menikmati wangi itu untuk beberapa
saat, sedangkan Kyo masih dalam posisinya, tak bergerak sama sekali.
“mianhae,” ucap
Joon tepat ditelinga kanan Kyo, gadis itu masih tak menanggapi,
“maaf karna
telah menuduhmu yang bukan-bukan,” ucapnya lagi,
“kenapa kau
meminta maaf? Kau merasa bersalah,eoh?” ucap Kyo masih dingin.
“ya, aku merasa
bersalah. Aku minta maaf atas ucapanku kemarin yang menuduhmu bukan-bukan,”
joon mengambil nafas panjang, mngeratkan pelukannya lagi,
“dan juga atas
perlakukanku, yang memaksa untuk menciummu, waktu itu, aku benar-benar marah. Aku
marah karna kau berciuman dengan orang lain..”
“aku tidak
pernah melakukannya...”potong Kyo cepat.
“aku tahu itu,
aku cemburu padamu,” kata-kata terakhir Joon itu membuat tubuh Kyo menegang. Joon
merasakan perubahan sikap gadis yang berada dalam pelukannya itu,
“lepaskan aku,”
seru gadis itu parau. Pandangannya mulai kabur karna airmata yang telah
mengumpul dipelupuk matanya.
“aku mencintaimu,
DongKyo-ya!” ucap Joon lambat-lambat.
“lepaskan aku..”
teriak gadis itu lebih keras lagi, bahunya bergetar hebat.
Joon yang
mendengar kata-kata Kyo malah semakin erat mengencangkan pelukannya.
“tidak, sampai
kau mengatakan perasaanmu padaku,” ucap Joon ngootot.
“aku membencimu,
aku sangat membencimu, kau puas??” Kyo berteriak histeris dengan air mata yang
entah sejak kapan sudah menghiasi wajah cantik itu.
“lepaskan aku
sekarang!”tambahnya cepat.
Pelukann Joon
mengendur seketika saat mendengar ucapan bahwa Kyo membencinya.
“benarkah kau
membenciku? Kau bohong!” Joon berteriak Frustasi sambil menghadapi wajah Kyo.
“untuk apa aku
berbohong?” ucap Kyo sambil menatap Joon lurus.
Ia benar-benar
menyukai hujan, hujan menyamarkan airmatanya sekarang, sempurna sekali.
“hanya kau yang
tahu,” ucap Joon kemudian. Joon hendak berkata lagi, namun tiba-tiba tubuhnya
terasa lemas dan ia tidak tahan lagi. Yang ia tahu, tiba-tiba ia merasakan
sebuah cahaya putih menyilaukan datang menyerbu matanya dan setelah itu ia
merasakan kegelapan total. Ia mendengar Kyo meneriakan namanya dan setelah itu
ia tidak ingat lagi.
000ooo000
Matahari yang
menerobos melalui jendela besar dikamar itu berhasil mengusik Joon dari
tidurnya yang nyaman. Ia mencoba membuka matanya pelan, berusaha
mengadaptasikan matanya dengan cahaya disekitarnya. Saat matanya telah membuka
sempurna, ia sama sekali tak mengenali ruangan diman ia berada. Ia tengah
tertidur disebuah ranjang dengan ukuran sedang berwarna coklat mocca, saat ia
mencoba menoleh kesamping didapatina sesosok yeoja yang sangat ia cintai tengah
tertidur disamping ranjangnya dengan posisi yang menyedihkan. Joon buru-buru
bangun dan sebuah kain basah jatuh turun dari dahinya.
“kau
mengompresku?” gumam Joon tak percaya bercampur senang.
Joon melangkah
turun secara perlahan dan memindahkan tubuh Kyo yang tengah tertidur dikursi
itu keranjang tempatnya ia tidur tadi.
“apa ini? Bahkan
badannya sendiri panas, bagaimana bisa dia mengurusiku sedangkan ia sendiri
sakit?” ujar Joon tak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu.
Joon yang merasa
sudah lebih sehat, ganti menjaga Kyo yang telah menjaganya semalam. Ia mengambil
air es untuk mengompres Kyo dan pergi kedapur untuk membuat bubur untuk mereka
berdua. Ia benar-benar gila, bahkan ia belum pernah memasak bubur seumur
hidupnya. Ia hanya berhasil memasak air, dan itupun isinya tinggal setengah
dari keadaan seharusnya. Ia memang payah, namun tetap bersikeras mencoba
memasak dengan cara mencari resep lewat internet.
Butuh waktu tiga
jam untuknya membuat semangkuk bubur yang hasilnya tidak karuan itu. ia telah berhasil mengacaukan setengah dapur
Kyo. Lihat sampai gadis itu melihat apa yang telah diperbuatnya dan jangan
harap ia bisa pulang dengan keadaan utuh.
000ooo000
Kyo bangun
menjelang tengah hari dan mendapati Joon tengah berdiri didepan pintu kamarnya
sambil membawa semangkuk besar bubur dan susu coklat hangat kesukaannya.
“kau sudah
bangun? Makanlah ini, dan setelah itu minum obatnya,” sambut Joon yang membuat
Kyo melongo.
“bagaimana
keadaannya bisa berbalik sperti ini?” gumam Kyo tak percaya.
“makanlah dulu,
lalu kau boleh berdebat denganku, buka mulutmu, aa~”
Kyo hanya menurut
saja dan menelan bubur yang bentuknya tidak jelas itu.
“bagaiman
rasanya? Itu masakan pertamaku, butuh waktu tiga jam untuk membuatnya,” jelas
Joon panjang lebar yang mengisyaratkan bahwa ia tak menerima kritik.
“lumayan, untuk
ukuran pemula,” jawab Kyo pendek.
“aku bisa
memakannya sendiri,” lanjutnya kemudian. Joon menyodorkan mangkuknya dan Kyo
segera menyuap bubur itu lagi kedalam mulutnya, dan menelannya dengan susah
payah.
“seburuk itukah
rasnya?” tanya Joon frustasi.
“tidak, kau
harus mencobanya,” Kyo menyuapkan bubur itu bnyak-banyak kemulut Joon.
“kau harus
menelan semuanya!” seru Kyo sadis.
“kau mau
membunuhku dengan memaksakanku menelan makanan aneh ini?” ucap Joon sesaat
setelah berhasil menelan bubur karyanya sendiri dengan susah payah.
“tidak, kau
hanya perlu mersakannya sendiri,” sahut Kyo kalem.
“kau! Cepat minum
obatmu, dan jangan coba-coba sentuh susu itu!” ucap Joon terlihat sadis.
“wae? Apakah ada
racun didalamnya?”
“apa kau sebodoh
itu? obatnya takkan mungkin bekerja jika kau minum susu, bodoh!” jelas Joon.
“ah~ arrasseo. Lalu
kenapa kau membawakannya untukku?” sungut Kyo sebal.
“molla, mungkin
aku lupa,”sahut Joon dengan cengiran lebar.
Tiba-tiba saja
keheningan tercipta diantara mereka. Rasanya baru kemarin mereka berdebat
serius, dan hari ini mereka bahkan sudah seperti teman akrab.
“kau, kenapa mau
merawatku, padahal badannmu juga panas?” ucap Joon memecah keheningan.
“kau merasa
kasihan padaku?” Joon tersenyum kecut.
Kyo tetap diam
tak tahu harus menjawab apa.
“aku memang
menyedihkan sekali,”
“kau bahkan
sudah menolakku,”
“apa yang harus
aku lakukan? Aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini, secepat tumbuhnya, itu
sangat mustahil.”
“jika kau menyuruhku
berhenti mencintaimu, maka aku tidak bisa melakukannya, itu sangat sulit,”
tambahnya lagi.
“kau ternyata
cerewet sekali,” ucap Kyo akhirnya setelah dapat menguasai dirinya.
“perasaan itu,
biarkan ia tetap seperti itu, jangan kau halang-halangi,” ucap Kyo
lambat-lambat.
“kau tidak bisa
menyuruh hatimu untuk memilih kepada siapa ia akan berlabuh, kau juga tidak
bisa memaksakan perasaanmu itu kapan harus memulai dan berhenti,”
“biarkan saja
seperti itu,” ucap Kyo dengan senyum simpul.
“satu yang aku
tahu, aku mencintaimu, dan akan selalu begitu.. “ ucap Joon kemudian.
“kau tak ingin
tahu perasaanku yang lain?” ucap Kyo misterius.
“aku sudah tahu,
sangchu. Diakan orangnya, aku sudah bisa melihatnya dimatamu itu,” ucap Joon
lemah.
“benarkah kau
benar-benar mengetahuinya dan yakin kalau itu Sangchu dan bukan yang lain, ?”
pancing Kyo lagi.
“siapa lagi?”
ucap Joon skeptis.
“kau bisa
benar-benar melihatnya jika kau memperhatikannya dengan seksama.”
Joon segera mendekatkan
wajahnya kewajah Kyo, dan menatap dalam mata Kyo.
“kau sudah menemukan
orang yang kucintai disana?” tanya Kyo pelan.
“hanya ada
wajahku disana, bodoh! Aku seperti sedang bercermin,”
“memang kau berharap
melihat wajah siapa lagi, eoh?”
“maksudmu, orang
yang kau cintai itu, aku?” tanya Joon Konyol.
Ampunn, bahkan
dalam keadaan normal ia takkan bertingkah seperti ini.
“kau bilang kau
membenciku?”
“memang.” Jawab Kyo
mantap
“aku membencimu
karna menuduhku yang tidak-tidak,”tambahnya lagi
“dan aku tidak
pernah berkata bahwa aku tidak mencintaimu, bukan? Kau yang menyimpulkannya
sendiri, bodoh!”
“jadi, kau? Apa kau
juga mempunyai perasaan yang sama sepertiku?” tanya Joon dengan mata berbinar.
Kyo mengangguk ringan,
“Kyo-ya,
saranghae?”
“ne,
saranghaeyo,” ucap Kyo sambil menatap mata Joon dalam.
Joon segera
menarik gadis itu kedalam pelukannya, tak terasa air mata itu turun dari pelupuk
mata Kyo tanpa bisaia tahan lagi.
“kau menangis?”
ucap Joon sambil melepaskan pelukannya.
“tidak, aku
bahagia,” sahut Kyo mantap.
000ooo000
Epilog
“Kau tahu, hujan
begitu menarik dan indah dimataku sejak pertama kali kita bertemu diminimarket
itu,” ucap Kyo mengenang kejadian dua bulan lalu yang serasa sudah lama sekali
terjadi.
“kau tahu? Hujan
telah membukakan hatimu, untuk mengatakan kebenaran bahwa kau mencintaiku,”
balas Joon dengan senyum miring. Heii, sejak kapan dia tersenyum miring seperti
itu? jauh lebih tampan!!
“bagaimana bisa?
Kau mengada-ada,” sanggah Kyo cepat dengan wajah bersemu merah.
“kau hanya perlu
mengetahui yang satu ini, antara kau dan
hujan itu, ada beberapa kesamaan. Jika hujan turun untuk membawakan kehidupan
baru pada bumi, kau membawa kehidupan baru untukku,” ucap Joon sambil tersenyum
lagi.
“perumpaman
macam apa itu, kau memang tak pernah bisa mengatakan isi hatimu dengan kata-ata
manis yang benar. Dasar Cho SeungJoon bodoh!”
“ya! Jangan menyebutku
bodoh,” sungut Joon tak terima.
“tapi
kebodoohanmu itu yang membuatku jatuh cinta padamu,” ucap Kyo kemudian.
“jadi bukan
karna ketampananku?”
“banyak pria
tampan diluar sana, tapi pria tampan dan bodoh itu, hanya kau,!” ucap Kyo yang
kemudian meledak tawanya.
“ya! Berhenti menertawakanku!”
Hahahah
000ooo000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar