Rabu, 27 Februari 2013

JUST LIKE NOW



SEOUL, 6 AM KST
Seorang gadis muda usia sekitar awal duapuluhan tengah berjalan menuju halte bus yang berjarak dua ratus meter dari apartemennya. Gadis itu bernama Choi Dong Kyo. Gadis dengan tinggi 167 cm dengan kulit putih bersih dan rambut hitam kecoklatan melebihi bahu itu terlihat gusar dan terburu-buru. Ini bukan cara yang bagus untuk mengawali harinya pagi ini. Ia setidaknya harus menghabiskan waktu selama satu jam penuh didalam bus yang akan membawanya kekampus yang berada pusat kota Seoul, Seoul National University. Merupakan sebuah keberuntungan bagi Kyo bisa masuk dalam salah satu univerisitas terbaik diKorea ini. Ia ingat bagaimana perjuangannya untuk memasuki universitas itu. ia ingat ia harus berjuang belajar mati-matian untuk persiapan test masuknya dan harus rela kehilangan teman-temannya, bahkan sahabatnya sendiri yang diam-diam ia cintai, Park Sang Chu. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk satu hal yang amat berharga.

Gadis itu nampak menggerutu sepanjang jalan, bagaiman ia bisa terlambat bangun seperti ini. Ia ingat telah memasang alarm jam setengah lima pagi. Dan ia benar-benar tak mendengar ketika alarm itu berbunyi, alih-alih bangun ia malah menendang alarm itu dengan ganasnya sehingga membuat alarm itu diam seketika. Ia baru tidur jam tiga pagi setelah menyelesaikan tugas presentasinya untuk siang ini. Beruntung ia masih sempat bangun sejam kemudian setelah alarm itu berbunyi dan dapat berdiri di halte bis sekarang.
Omelan gadis itu semakin bertambah parah ketika ia melihat bus yang akan membawanya kekampus itu terlihat penuh, benar-benar pagi yang sempurna untuk hari senin yang sangat dibencinya.
000ooo000
Kyo adalah gadis yang teramat sangat lurus. Ia tak pernah melenceng dari rute perjalanannya. Yang ia tahu hanyalah rute kekampusnya dan ia akan berada disekitaran gedung kuliahnya saja dan bonus gedung perpustakaan, selebihnya ia buta soal kampusnya sendiri. Jalan-jalan disekitar apartemennya yang ia tahu juga hanya rute yang akan membawanya ke halte bus dan supermarket saja, selebihnya ia belum pernah mengelilingi kota itu walaupun sudah tiga tahun belakangan ini ia berada di Seoul. Gadis itu berasal dari Daejoon dan terpaksa tinggal di apartemen yang berada di daerah Gwangjin karena keputusannya yang tiba-tiba untuk kuliah disana.
Ia hampir tak mempunyai waktu untuk sekedar berkumpul bersama teman-teman sekelasnya. Ia lebih suka menyendiri, tenggelam dalam buku-buku yang penuh dengan huruf-huruf yang menyesakkan mata itu. ia hanya mempunyai seorang teman dekat, Han Hye Sun. Mereka berteman hanya karena kebetulan mereka berada pada satu gedung apartemen yang sama dan berada pada kelas yang sama.
Selama ini, Hye sun lah yang banyak bercerita pada Dong Kyo dan gadis itu hanya mencoba menjadi pendengar yang baik. Hanya mengomentari seperlunya ketika dimintai pendapat dan ia cukup tertutup terhadap Hye sun. Ia hanya selalu menampakkan wajah cerianya dan wajah kesalnya karena masalah sepele, selebihnya tidak.
000ooo000
Nowon, Seoul 7 pm
Seorang pria tampan dengan tinggi 180cm dan kulit putih bersih terlihat memasuki sebuah sedan hitam yang terpakir didepan sebuah restoran terkenal. Wajahnya nampak merah padam menahan amarahnya. Pria itu membanting pintu mobilnya dengan keras sesaat setelah memasuki mobil itu. ia kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi.
“Argghh.. kenapa eomma masih mengingat janji itu? padahal aku sudah berusaha untuk mengalihkan perhatian eomma dari janji konyol masa kecilku. Arghhh~~ apa ini!” pria itu memukul setirnya kesal dan sesaat kemudian mulai menghidupkan mesinnya dan melesat pergi meninggalkan restoran itu.
000ooo000
Nowon, Februari 1999
Seorang wanita muda awal tiga puluh tahun menghela nafas berat. Disampingnya duduk suaminya yang tak kalah muram daripada wanita itu. dalam ruang keluarga yang cukup hangat itu terdapat pula anak laki-laki berusia sebelas tahun dengan tampang nakal tengah menekuk wajahnya, gusar sambil sesekali memutar kotak rubiknya.
“Cho Seung Joon” kata-kata Cho Gun Woo, laki-laki paruh baya yang tak lain adalah ayah dari bocah laki-laki yang tengah duduk tadi. Ia mengangkat wajahnya dengan malas, menatap ayahnya.
“kami sudah memutuskan hal ini sejak lama karena melihat kelakuanmu yang selalu seenaknya seperti itu,” bocah itu sudah hendak membuka mulutnya, berusaha mengeluarkan protesnya namun urung karena melihat tatapan tajam sang ayah.
“Joonie-ya! kami sudah bosan dengan keluhan para orangtua yang setiap hari datang kesini hanya karena kau menyuruh anak-anak mereka melakukan segala yang kau perintahkan dengan sesuka hatimu. Dan kau akan memaki mereka jika mereka tidak melakukan apa yang kau perintahkan dan mengancam mengeluarkan mereka dari sekolah. Kami sudah mencapai pada kesepakatan kami..” Nyonya Cho Hye Ra menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
“apa kalian ingin membuang anak kalian satu-satunya ini keluar negeri? “tanya Seung Joon dengan tatapan terluka dan tak percaya. Untuk anak berusia sebelas tahun seperti dirinya, ini merupakan hal yang sangat menyakitkan.
“tidak, kami tidak setega itu padamu, Seung Joon-ah!” jawab ibunya cepat.
“kau boleh melakukan apapun sesuka hatimu, namun kau tak boleh menolak satu permintaan kami ini,” Cho Gun Woo membuka suaranya lagi.
Seung Joon, bocah laki-laki itu terlihat sedang menimbang-nimbang jawabannya, dan akhirnya mengangguk.
“baiklah, aku setuju. Apa permintaan appa?” tanya bocah itu ringan. Walaupun usianya baru sebelas tahun, namun bocah ini dapat berpikir kritis. Ia adalah bocah laki-laki dengan kepintaran jauh diatas rata-rata. Bisa dibilang ia hampir mendekati superrior, bukan lagi cerdas.
“kau tidak boleh menentang ini lagi, setelah mendengarkan permintaan appa, ini.” Bocah itu hanya mengangguk tak sabaran. Berusaha menghitung keuntungan yang akan ia dapatkan darui perjanjian konyol ini.
“Kau boleh berbuat sesuka hatimu, mendapatkan apapun yang kau inginkan, kelak ketika besar kau boleh berpacaran dengan wanita manapun yang kau inginkan, tapi kau akan tetap menikah dengan gadis pilihan appa, kau sudah tidak bisa menolak yang satu ini. Kau sudah berjanji Seung Joon-ah!” ucap ayahnya dengan senyum kemenangan.
Seung joon nampak gusar dengan keputusan ayahnya itu, namun sedetik kemudian wajanhya berubah tenang lagi,
“tenanglah appa, itu baru akan terjadi setelah aku besar dan jika appa masih ingat perjanjian itu tentunya,” sahut Joon enteng.
“apa kau sedang mencoba membodohiku Seung Joon-ah? Sayangnya aku tidak akan pernah melupakan perjanjian ini bagaimanapun itu. kau harus menandatangi surat perjanjian ini diatas meterai dan aku akan menyerahkan ini kepada pengacara keluarga kita,” lagi-lagi Joon tidak memikirkan kemungkinan ini, ayahnya memang terlalu pintar untuk bermain-main dengan bocah laki-laki berumur sebelas tahun seusianya. Ia hanya pasrah membubuhkan tandatangannya dikertas itu.
000ooo000
Kediaman keluarga Choi, Daejoon.
“Dong Kyo-ya! Kau bisa pulang malam ini? Ada sesuatu yang ingin eomma bicarakan dengan mu, kau tidak boleh membantah eomma, arraseo?”
“ne, eomma. Aku akan pulang lebih cepat daripada yang eomma bisa bayangkan,” sahut Kyo ringan dan mematikan sambungan telponnya. Berjalan dengan menjingkat-jingkat dan memeluk seorang wanita yang tengah duduk membelakanginya.
“eomma, aku pulang” suara Kyo tepat ditelinga wanita itu, yang membuat wanita itu tersentak dan buru-buru berbalik menghadapi tubuh putrinya.
“Dong Kyo-ya! Kau mengagetkanku. Bagaimana kau bisa pulang tanpa memberitahuku terlebih dulu?” kata nyoya Choi Hye Won, ibunya.
“mwo? Bukannya tadi eomma memintaku pulang secepatnya, dan aku sudah sampai bahkan sebelum eomma sempat meletakkan telpon. Apakah masih kurang eomma?” kata Kyo sambil mengerucutkan bibirnya.
“ne, kau memang anak eomma yang paling pintar,” sahut ibunya sambil menarik Kyo kedalam pelukannya.
000ooo000
Malam telah beranjak. Sebuah sedan hitam terlihat memasuki sebuah pekarangan rumah didaerah Daejoon. Rumah itu bergaya minimalis dengan halaman yang dipenuhi dengan banyak bunga-bunga dan pohon-pohon yang membuat rumah ini terasa sejuk saat siang terik. Seorang wanita setengah baya tampak turun dari sedan mewah itu sambil menarik lengan putra kesayangannya. Sang putra yang terlihat lebih tinggi dari ibunya itu memasang wajah malasnya.
“sampai kapan kau akan memasang wajah jutekmu, Seung Joon-ah! Perlihatkan wajah manismu itu. eomma dan appa sudah emnunggu lama untuk saat-saat seperti ini. Menunggumu dewasa dan menagih janjimu itu,” kata nyonya Cho lembut.
“itu bukan janjiku eomma, itu permintaan kalian, “ sahut Joon mengoreksi.
“baiklah, itu permintaan kami, tapi apakah kau akan mencoba menghianati kesepakatan ini?” tanya eommanya lagi, kali ini menggandeng putranya itu.
“ani... aku adalah seorang pria sejati yang tak pernah melanggar janji, eomma. Aku akan tetap menikahi gadis ini, seberapa jelek pun wajahnya. Aku janji.” Kata Joon sungguh-sungguh yang membuat nyonya Cho terharu.
000ooo000
“Kyo, gantilah bajumu dengan yang agak resmi, kita akan kedatangan tamu malam ini. Kita akan makan bersama mereka malam ini” kata ibunya lagi.
Kyo yang tak menaruh kecurigaan terhadap ibunya mengangguk ringan menanggapi permintaan ibunya dan  langsung mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih pantas.
“jangan lupa berdandanlah sedikit agar kau tidak terlihat pucat, ne?” kata ibunya lagi menambahkan.
“haruskah, eomma?” tanya Kyo yang mulai terusik dengan permintaan ibunya yang satu ini.
“ya. Harus.”kata ibunya tegas
“bisakah aku melewatkan yang satu itu?” tawar Kyo lagi yang hanya dihadiahi gelengan tegas dari ibunya. Ia menyerah dan mulai memoleskan make up tipis kewajahnya. Ia tak pernah menolak apapun yang dikatakan ibunya, kecuali satu kali ketika ia dengan keras kepala memilih tempat kuliah dan jurusannya sendiri. waktu itu Ibunya sudah tidak bisa mencegahnya karena diakuinya pilihan anaknya memang bagus.
000ooo000
Malam itu setelah semua orang berkumpul diruang makan, acara makan pun dimulai. Ada tujuh orang yang mengitari meja makan itu, Choi Dong Kyo, Choi Hyun Sang, ayahnya, Choi Hye Woon, ibunya, Choi Dong Joon, adik laki-laki dong Kyo yang dua tahun lebih mudah darinya, Cho Gun Woo, Cho Hye Ra, dan Cho Seung Joon.
Kyo belum menyadari apa sebenarnya yang terjadi. Kesan pertama yang ia tangkap ketika melihat keluarga Cho, mereka sangat ramah kecuali putranya Cho Seung Joon yang sejak tadi memasang senyum yang dipaksakan.
“sudah lama sejak kita menggelar acara seperti ini, Hye Woon-ah. Kapan terakhir kaliannya?” kenang nyonya Cho dengan senyum terkembang.
“kukira itu sudah belasan tahun yang lalu ketika aku masih mengandung Dong Kyo,” jawab nyonya Choi kalem. Mereka berdua tertawa bersama mengenang mas muda mereka.
“apakah ini Dong Kyo?” kata nyonya Cho mengalihkan pandangannya ke Dongkyo yang dibalas dengan senyum manis Kyo.
“ne, ahjumma. Aku Choi Dong Kyo” katanya sopan.
“dan yang ini?” kini menatap kearah Doong Joon yang tersenyum kikuk.
“malam, ahjumma. Aku Choi Dong Joon, senang bertemu dengan anda” katanya yang disambut dengan anggukan dan senyum ramah nyonya Cho.
“dia adikknya Kyo, dua tahun lebih mudah. Baru kelas dua SMA” jelas nyonya Choi.
“emmm, begitu.”
“dan apakah itu seung Joon? Aigoo, kau sudah besar dan tampan, seung Joon-ah. Terakhir ahjumma melihatmu itu kita kau masih TK, dan kau manis sekali,” kata nyonya Choi menggebu-gebu yang membuat Joon mati gaya.
“kedatangan kami kemari malam ini adalah untuk merealisasikan perjanjian kita waktu kalian menikah dulu,” tuan Cho terlihat membua suaranya.
“benarkah?” sambut tuan Choi tak percaya.
“ah, baiklah. Mereka memang sudah sama-sama dewasa.” Tambah tuan Choi lagi sambil tersenyum memandang kearah Kyo dan Seung joon secara bergantian.
Kyo tak berani menaggapi apa-apa, karena menurutnya ini adalah urusan orang tua dan ia tak berhak ikut campur. Joon malah terlihat semakin gusar ditempat duduknya. Seung Joon terlihat tampan dengan setelan jas hitam itu, dan dasi kupu-kupu yang melilit lehernya membuat ia terlihat merana sekali.
“kyo-ya!” kata nyonya Choi sambil memegang tangan putrinya lembut. Ia hanya menoleh sekilas kearah eommanya.
“dulu waktu masih muda, eomma dan appa adalah sahabat dari paman dan bibik Cho, saat kami memutuskan untuk menikah, kami telah berjanji untuk menjodohkan anak kami saat mereka dewasa kelak, dan malam ini keluarga Cho datang untuk melamarmu.” Jelas nyonya Choi panjang lebar. Wajah Kyo menunjukkan kalau gadis itu benar-benar erkejut sampai tak bisa berkata-kata.
“jadi bagaimana, Kyo? Apa kau menyutujuinya?” tanya nyonya Cho basa-basi.
“Seung Joon kami sudah menyetujuinya,” tambah nyonya Cho kuat yang mengisyaratkan, kau tidak boleh menolak perjodohan ini.
“tentu saja Kyo setuju,” sahut nyonya Choi cepat sebelum putrinya itu mengutarakan isi hatinya.
“aku ingin mendengar persetujuan itu dari mulutnya sendiri, bolehkah, ahjumma?” kata Seung Joon kemudian. Ia baru berani mengeluarkan suara dan menatap tajam kearah Kyo, berharap Kyo akan menolaknya dan membebaskan dirinya dari perjanjian konyol ini.
Kyo merasa mendapat tekanan dari mana-mana. Ia sudah bisa menebak, jawaban apapun yang keluar dari mulutnya tidak akan mempunyai efek apapun, ia tetap akan dijodohka, ia sudah amat hafal watak ibunya.
“tapi aku masih ingin sekolah dulu,” jawab Kyo terbata.
“kau masih tetap bisa sekolah setelah menikah, sayang!” jawab nyonya Cho cepat. Sudah diduga akan begini akhirnya, dan Kyo dan Joon pun hanya bisa tersenyum miris, pasrah.
000ooo000
Kediaman keluarga Cho, Nowon.
“eomma, kau membohongiku!” seru Joon sengit ketika mereka telah sampai dirumah. Nyonya Cho hanya tersenyum kalem menanggapi tingkah anaknya.
“berbohong soal apa?”
“kau menggunakan kenakalanku sebagai alasan agar aku menerima perjodohan itu, padahal kalian sudah merancang perjodohan itu, jauh sebelum kalian menikah” Joon berteriak frustasi dan mengacak-acak rambutnya.
“itu hukuman untukmu, karna kau telah berbuat keterlaluan” ucap tuan Cho tajam.
“aish~ appa! Padahal waktu itu aku masih kecil. Aku hanya bermain-main saja!” bela Joon tak mau kalah.
“menyuruh seorang gadis kecil untuk menjadi pacarmu diusia enam tahun, dan mengancamnya akan mengeluarkan dari sekolah dan menjamin semua sekolah tak akan menerimanya lagi, apakah itu tidak keterlaluan?” kata tuan Cho, nadanya meninggi menahan emosi.
“kau sudah berjanji dan kau harus menikahinya, apapun yang terjadi. Itu sudah keputusanku.” Tuan Joon mengakhiri perdebatan itu dengan menatap tajam pada anak yang sangat ia sayangi itu.
000ooo000
Daejoon, 10.00 p.m
“noona, kau belum tidur?” tanya seorang bocah laki-laki 18 tahun sambil membuka sedikit pintu kamar Kyo.
“ne, aku belum tidur. Waeyo, Joonie-ya?” tanyanya lembut sambil meletakkan buku yang sedang ia baca diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.
“ani, aku boleh masuk?” tanyanya lagi.
“tentu,” jawab Kyo ringan sambil menepuk tempat tidur disampingnya.
“noona, kau terlihat tertekan sekali, benarkah? Kau mersa tak nyaman dengan perjodohan ini?” tanya Joon setelah duduk disamping noonanya itu.
“apakah terlihat jelas?” tanya Kyo sambil menatap adiknya lembut. Ia tersenyum kecut.
“eo. Terlihat jelas diwajah cantikmu itu, noona!”
“apa aku bisa menolaknya? Aku ingin sekali,”
“apa sudah ada orang lain dihati noona?” tebak Joon tepat sasaran.
“entahlah, Dong Joon-ah, aku tak tahu. Itu sudah lama sekali, aku bahkan tak yakin dengan perasaanku. Hanya saja aku merasa tidak ingin saja.” Kata Kyo sambil menyandarkan kepalanya kepundak adiknya itu.
“eomma pasti memberikan yang terbaik untukmu, noona! Kau harus percaya yang satu itu, tak ada orang tua yang menginginkan keburukan untuk anaknya, mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk kita,”  Dong Joon memeluk noonannya, berusaha menenangkan gemuruh hati kakaknya itu.
“bahkan ia terlihat tidak menyukaiku sama sekali”  kyo membatin. Ia terisak dalam pelukan adiknya.
000ooo000
Semua terasa berjalan terlampau cepat. Kyo tak pernah bisa menolak keinginan ibunya, dan pagi ini, ia harus bangun pagi-pagi seperti biasanya. Namun hari ini ia tidak akan pergi ke kampus, hari ini ia akan menikah. Ini hanya berjarak seminggu setelah pertemuan malam itu.
Tiga orang penata rias telah bersiap untu merias wajah Kyo. Gadis itu hanya bisa pasrah dan berharap pagi ini cepat-cepat berlalu. Dan besok ia akan menjadi Choi Dong Kyo seperti biasanya. Bahkan ia khawatir apakah ia akan bertahan sampai besok?
Ibunya dan keluarga Cho benar-benar sudah gila, bagaimana bisa mereka mengadakan pernikahan sehari sebelum ujian semester dimulai? Ini benar-benar membuat Kyo merasa tertekan. Ia berharap dapat menyelesaikan acara konyol ini dan sesegera mungkin kembali keapartemennya dan menemui buku-bukunya dan menggeluti mereka semalaman untuk siap tempur pagi harinya.
Kyo kembali menghela nafas kasar.
000ooo000
Janji pernikahan itu baru saja mereka ucapkan, dan kini mereka Dong Kyo dan Seung joon tengah memasang senyum manis dan bersalaman pada tamu-tamu yang datang. Kyo yang baru pertama kali dalam hidupnya mengenakan high heels ini meringis kesakitan karena harus bertahan dengan sepatu itu tiga jam terakhir. Joon yang menyadari keadaan Kyo hanya tersenyum mengejek.
“bagaiman bisa aku menikahi anak kecil yang bahkan tak becus memakai sepatu hak tinggi seperti ini,” sindir Seung Joon tajam.
“mwoya?” sahut Kyo dengan tatapan tak kalah tajam. Mereka buru-buru tersenyum lagi ketika tamu-tamu itu kembali datang. Tuhan, kapan semua ini berakhir?? Kyo merintih dalam batin.
000ooo000
Sesuai dengan permintaan Kyo atas tindakan ibunya yang seenaknya memilih hari pernikahan yang mendekati hari ujiannya, maka setelah acara pernikahan itu selesai kedua mempelai langsung pergi ke apartemen Kyo. Setibanya didalam apartemen Kyo langsung melepas sepatu hak tinggi yang dari tadi menyiksa kakinya itu. bahkan Seung Joon pun tak menolongnya sedikit saja.
Begitu masuk seung Joon langsung menghambur kesofa didepan Tv, sedangkan Kyo langsung masuk kekamar mandi dan mengganti pakaiannya kemudian sibuk dengan buku-bukunya. Seung Joon yang terlihat lelah memasuki kamar, dan merebahkan diri di kasur Kyo tanpa permisi. Kyo belum pernah membawa temannya masuk ke apartemennya, apa lagi seorang laki-laki. Namun Seung Joon bukanlah temannya, ia suaminya kini. Mengetahui kenyataan ini Kyo mendesah kasar. Mereka belum bicara sama sekali sejak pembicaraan terakhir dipesta tadi. Untuk saat ini Kyo lebih suka mendiamkan Joon seperti ini karena ia menginginkan ketenangan untuk belajar. Seung Joon seakan mengerti hal itu dan lagsung terlelap tidur alih-alih mengganti bajunya terlebih dahulu.
000ooo000
Kyo terbangun saat suara berat singgah digendang telinganya. Itu suara laki-laki. Kesadaran belum sepenuhnya menguasai Kyo dan ia terperanjat menyadari ada seorang laki-laki didalam kamarnya. Bagaimana ia bisa seceroboh itu sehingga seseorang bisa masuk.
“bangun..” ucap suara itu serak sambil mengguncang bahu Kyo.
“yya~~!! Siapa kau? Mengapa kau bisa dikamarku??” teriak Kyo panik.
“dasar bodoh. Apa kau tidak mengingatku? Aku Cho Seung Joon, suamimu! Apa kau lupa?” tanya Seung Joon sambil mendekatkan wajahnya kewajah Kyo. Kyo terdiam sebentar sambil mengingat-ingat sesuatu. Lalu ia menghindar, sedikit menjauh dari Seung Joon dan bergumam tak jelas.
“apa kau tak mendengar bunyi alarm itu? berisik sekali, bahkan ini masih terlalu pagi untuk membunyikan alarm.” Joon mulai menggerutu.
“alarm?? Jam berapa sekarang??” kata Kyo sambil mencari-cari jam mungil itu.
“apa kau selalu tidur di meja belajarmu itu?” tanya Joon iseng yang tidak direspon oleh Kyo yang langsung melesat masuk kamar mandi.
“aish~ gadis ini! Bahkan tidak  menjawab pertanyaan suamimu sendiri!”
Joon kembali beranjak naik ketempat tidur Kyo dan meraih selimut saat mendengar pintu kamar mandi dibuka dan bau sabun menguar keluar.
“apa kau benar-benar mandi? bahkan tidak ada lima menit.” Ucapnya lagi dengan menatap istrinya tak percaya.
Kyo tak menanggapi ucapan Joon dan malah sibuk memasukkan buku-bukunya yang benar-benar ia geluti semalaman dan mengambil mantel tebal yang tergantung di lemari. Ia sudah hampir meninggalkan kamarnya itu ketika sebuah tangan menahannya dengan kuat agar ia tetap bertahan dikamar itu.
“kenapa kau mengacuhkanku? Apa kau marah padaku?” tanya Joon mukanya merah padam menahan emosi.
“aku hanya sedang tidak ingin berdebat denganmu dan aku sedang konsentrasi untuk ujianku hari ini, jadi biarkan aku pergi,” kata Kyo sambil menatap tajam tangan Joon yang menahan tangannya.
Tak ada pilihan lain bagi Joon selain melepaskan pegangannya. Kyo segera melesat pergi, nampak terburu-buru. Sedangkan Joon lebih memilih tidur lagi ketimbang mengantar Kyo sampai keluar apartemen. Ia akan kekantor jam delapan nanti sedangkan ini masih jam setengah enam pagi. Ya ampun, apa yang ada dipikiran gadis itu? bahkan mataharipun belum keluar pada jam segini. Benar-benar gadis aneh. Joon tersenyum dengan pemikirannya sendiri dan kembali memejamkan matanya.
Dan dua minggu selanjutnya selalu sama seperti itu, Kyo berangkat pagi-pagi dan pulang menjelang sore yang kemudian disibukkan dengan buku-bukunya. Sedangkan Seung Joon pulang menjelang petang, sejam selang Kyo pulang dan tidak menganggu gadis itu sama sekali. Joon merasa heran dengan dirinya sendiri, mengapa setelah menikah ia tidak merasakan perbedaan yang berarti, ia bahkan belum menyentuh Kyo sama sekali, melakukan hubungan layaknya suami istri. Jangankan melakukan itu, memeluk Kyo pun tak pernah Joon lakukan, terakhir yang ia ingat ia hanya mencium bibir Kyo sesaat setelah janji pernikahan itu diucapkan, dan kalau itu masih bisa disebut ciuman karna itu hanya terjadi sekias, Joon baru saja menempelkan bibirnya pada bibir Kyo, tak sampai tiga detik karena gadis itu buru-buru menarik dirinya menjauh dari Joon. Apa yang ada dalam pikiran gadis itu? joon tak mengerti.
000ooo000
Setelah nilai semesternya keluar, Kyo sudah tak punya alasan untuk menghindari Joon. Eommanya dan ibu mertuanya sudah menyiapkan tiket liburan untuk acara bulan madu Kyo dan Joon dengan dalih sebagai hadiah karena Kyo mendapat nilai yang tinggi. Kyo sama sekali tidak menaruh curiga akan rencana kedua orang tuanya. Bagaimanapun juga ia harus segera berbicara dengan Joon dan menganggap laki-laki itu ada disekitarnya. Bagaimanapun juga mereka akan berlibur ke luar negeri selama dua minggu berdua saja, dan Kyo belum pernah keluar negeri sebelumnya.
Incheon airpot, 10 a.m
Dalam keramaian bandara itu, terlihat seorang laki-laki berusia 25 tahun tengah menyeret koper besar, dan dibelakangnya terlihat gadis berusia 20 tahun mengikuti dibelakangnya dengan berlari-lari kecil. Joon menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Kyo menabrak koper yang berada dibelakang Joon. Laki-laki itu menoleh sambil menurukan kacamata hitam yang dari tadi bertengger indah dihidungnya itu.
“bisakah kau berhenti berbuat konyol seperti itu?” kata Joon mencibir, sekilas pandangan mereka bertemu.
“melakukan apa?” tanya Kyo polos
“kau itu harusnya berjalan disampingku, alih-alih berlari-lari kecil dibelakangku. Kau terlihat seperti asistenku saja dengan berlaku seperti itu” ujar Joon sambil tersenyum miring.
“mwoya??” sahut Kyo sengit. Joon tidak berkata apa-apa lagi, alih-alih menarik kyo kedalam pelukannya sesaat dan melingkarkan tangannya disekeliling pinggang Kyo dan menyeret gadis itu. gadis itu ingin memberontak, ia sudah melancarkan aksi pertamanya dan mendapat tatapan tajam dari Joon yang seketika membuat Kyo terdiam dan berjalan pasrah disamping joon dengan muka ditekuk. Joon yang melihat tingkah istrinya itu malah tertawa konyol.
“tidak akan seburuk itu, chagi-ya!” ucap Joon santai sambil mengeratkan rangkulannya dipinggang Kyo. Gadis itu semakin cemberut.
000ooo000
Bali, Indonesia
Kyo sedang berada dalam taksi yang membawanya dari bandara menuju hotelnya. Joon telah berubah menjadi dingin sejak turun dari pesawat dan membuang muka tidak mau memandang Kyo, apa lagi merangkulnya seperti saat mereka di Korea tadi. Kyo tak berani bertanya pada Joon, harga dirinya terlalu tinggi untuk menanyakan hal-hal yang menurutnya konyol.
Kyo menikmati pemandangan kota itu. ia bahkan belum pernah terpikir akan berlibur kesini alih-alih ke Eropa. Kenapa eommanya tidak sekalian saja mengirimnya berlibur di Afganisthan, itu akan lebih baik. Begitu taksi itu memasuki pelataran hotel ia melihat banyak patung-patung yang dilapisi kain kotak-kotak hitam putih serupa papan catur. Ia belum pernah melihat ini sebelumnya. Sesaat setelah membayar taksi, Joon keluar dan mengambil koper mereka dari dalam bagasi taksi itu. kyo masih belum berani bertanya pada Joon dan hanya mengikuti pria itu dibelakangnya.
Joon berbicara pada resepsionis hotel itu dengan bahasa inggris dan beberapa saat kemudian ia mendapatkan kunci kamar. Ia terus berjalan tanpa mengajak Kyo untuk pergi bersamanya. Ia melihat kelebat kyo yang dengan panik terus mengikutinya dari belakang. Setelah sampai dikamar Joon langsung merebahkan tubuhnya kekasur.
Kyo hanya dapat berdiri canggung didepan kamar itu. dan joon dengan sengaja tidak menawari Kyo untuk sekedar duduk mencoba kasur hotel itu. tidak tahan didiamkan seperti itu, Kyo memilih untuk melihat pemandangan dari kamar hotel itu. kamar itu langsung berhadapan dengan pantai. Kenapa harus pantai? Kyo tak pernah merasa tertarik sedikitpun dengan pantai. Tapi ia akui, pemandangan itu benar-benar indah. Ia tersenyum sendiri menyadari kebodohannya itu.
Puas dengan memandang pantai, Kyo beranjak kekamar mandi karena ia sudah merasa tubuhnya lengket dan penat. Mandi air hangat akan menyegarkan pikirannya. Kyo bergegas menuju kopernya dan mengeluarkan perlengkapan mandi dengan cuek tanpa memperhatikan keberadaan Joon lagi, dia sudah menemukan hal yang akan ia lakukan setelah ini. Joon yang menyadari sikap Kyo menjadi sedikit santai menjadi gusar. Rencananya tak akan berjalan lancar kalau seperti ini.
Saat Kyo masih sibuk dengan barang-barangnya itu, Joon mempunyai ide bagus. Joon segera melompat dari tempat tidur dan melesat menuju kamar mandi.
“ya! Aku yang duluan memakai kamar mandi!” jerit kyo kesal mentahui Joon telah masuk kamar mandi.
“aku ada urusan, jadi aku harus mandi sekarang, jika kau tak keberatan tunggu saja, “ sahut Joon santai.
“aku juga ada urusan, cepat keluar atau kudobrak pintunya,” balas Kyo sengit.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi itupun terbuka dan terlihat Joon yang yang telah bertelanjang dada dan melilitkan handuk ditubuh bagian bawahnya dengan wajah pura-pura gusar.
“kau takut dengan ancamanku, tuan Cho?” ejek Kyo dengan cibiran. Joon tidak menanggapi dan malah menarik Kyo masuk kekamar mandi bersamanya dan mengunci pintu kamar mandi itu.
“jadi, ini yang kau inginkan, chagi-ya? Kau ingin mandi bersamaku, kenapa tidak bilang dari awal, hhmm?” ujar Joon dengan tatapan jahil dan menghalangi pintu keluarnya. Kyo otimatis berjalan mundur dan mendapati punggungnya sudah menempel tembok kamar mandi. Tidak ada pilihan lain, ia sudah tidak bisa kabur lagi.
Joon mengunci tubuh Kyo dan mendekatkan wajahnya ke wajah Kyo membuat jarak antara keduanya lenyap. Kyo menutup matanya erat-erat. Ada ekspresi ketakutan yang terpampang jelas dalam wajah cantik itu. joon merasa bersalah, dan alih-alih mencium Kyo, ia malah pergi meninggalkan Kyo dengan wajah frustasi.
000ooo000
Aku tidak akan pernah menyentuhmu, sampai kau merasa siap.
Kata-kata itu selalu memenuhi pikiran Kyo sesorean ini, membuat rencana yang telah ia susun untuk pergi setelah madi tadi berantakan. Joon yang sejak kejadian dikamar mandi tadi belum kembali sejak pagi, entah pergi kemana. Dan Kyo yang buta arah akhirnya memilih tetap berada dikamar hotel dan merutuki sikapnya sendiri.
 Ia merasa sedikit bersalah pada Joon. Kyo benar-benar tidak merasa siap dengan pernikahan dadakan ini. Jika diapartemenya ia bisa tidur di meja belajar dengan alasan ia ketiduran karena kelelahan belajar, tapi sekarang disini tidak ada meja belajar, hanya ada sofa dan ia tidak mungkin membuat alasan kelelahan belajar dan tertidur disofa. Itu sangat konyol.
Kyo memikirkan banyak sekali rencana agar ia bisa menghindar tidur seranjang dengan suaminya itu akhirnya kelelahan dan tertidur diranjang begitu saja, tanpa makan apapun.

Hotel Bali, 08.00 p.m WITA
Joon akhirnya memutuskan kembali kekamarnya setelah puas berkutat dengan pemikirannya tentang kelanjutan rumah tangga kecilnya yang baru berumur sebulan ini. Haruskah ia melanjutkannya? Apakah gadis itu mencintainya, walaupun hanya sedikit saja? Jika gadis itu mengatakan mencintainya atau setidaknya berusaha akan mencintainya, maka ia akan tetap bertahan dengan pernikahan ini.
Kamar hotel itu terlihat gelap. Mengapa Kyo tidak menyalakan lampunya? Apakah gadis itu sedang pergi keluar? Gadis itu selalu bertingkah sesuka hatinya sendiri tanpa meminta persetujuanku sebagai suaminya. Joon menghela nafas berat dan menekan tombol saklar disamping pintu masuk yang membuat ruangan itu terang seketika. Ia mengerjap-ngerjap matanya menyesuaikan terang yang tiba-tiba masuk kematanya. Ia melihat gadis itu sudah tertidur pulas. Joon menghampiri ranjang itu dan duduk ditepiannya. Melihat wajah gadis -yang selama sebulan ini telah mengisi hatinya- itu tertidur lelap, Joon tidak bisa menahan tangannya untuk mengelus pipi halus gadis itu.
“mengapa mencintaimu jadi sesulit ini, hhm?” Joon merenung sambil tangannya membelai wajah Kyo.
“jika kau memintaku untuk bertahan, maka aku akan melakukannya untukmu. Entah sejak kapan aku menjadi tergantungan terhadapmu, aku tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Apakah ini berarti aku jatuh cinta padamu?”
joon masih betah berlama-lama memandangi istrinya itu. usia mereka terpaut liam tahun, Kyo baru berumur dua puluh tahun ketika menikah dengannya dan belum pernah berkencan dengan seseorangpun sebelumnya. Dan jika tiba-tiba ia harus menikah dengan orang yang sama sekali tidak dikenalnya tidak heran jika reaksinya akan seperti ini. Joon bersyukur Kyo tidak meminta cerai padanya pada malam ketika mereka kembali ke apartement Kyo, bukankah itu seharusnya tanda yang bagus untuk Joon? Atau sebenarnya gadis itu hanya tidak ingin membuat orang tuanya sedih? Sepertinya alasan kedua itu lebih masuk akal dari pada yang pertama.
Joon kembali mendesah kasar. ia hanya ingin gadis dihadapannya ini mengerti bahwa ia mencintainya, tidak lebih. Joon menarik selimut yang sejak tadi menutup tubuh istrinya itu, membenarkan posisinya agar menutup tubuh itu dengan sempurna sehingga istrinya tidak merasa kedinginan. Ia hendak melangkah ketika tangannya ditahan.
“kau, mau kemana lagi?” kata Kyo lambat-lambat.
“kemana lagi?” jawab Joon tak bergairah.
Kyo memulihkan kesadarannya, dan memaksakan dirinya untuk duduk.
“aku sudah memikirkan ini selama seharian ini,” Kyo memulai kata-katanya. Joon sudah tidak tahan lagi.
“aku tahu, jika kau benar-benar menginginkan ini, maka aku dengan suka rela mengajukan surat perceraian kita sepulangnya kita pulang dari sini,” Joon memotong cepat sebelum Kyo sempat berkata.
Kyo tak meyangka akan mendengar kata-kata Joon yang membuat dadanya sesak, bahkan disaat ia ingin memulai semua ini. Ada perasaan terluka diwajah keduanya.
“aku tahu kau tidak mempunyai perasaan apapun terhadapku, jadi aku tak akan memaksamu lagi. Aku akan melepasmu,” Joon berkata lambat-lambat.
Kyo mendadak kehilangan kata-katanya. Matanya menatap laki-laki yang selama sebulan ini tinggal bersamanya. Laki-laki yang selalu membangunkannya yang tak pernah mendengar suara alarmnya lagi karna ia selalu tidur dimeja belajarnya. Laki-laki yang selalu membuatnya jengkel dan berdebar dalam waktu bersamaan. Laki-laki yang setiap pagi selalu memanggilnya Chagi hanya untuk membangunkannya. Ia selalu menunggu apakah dipagi berikutnya laki-laki itu akan tetap membangunkannya atau membiarkannya terlambat, dan ternyatanselalu sama, laki-laki itu tak pernah lupa mebangunkan gadis itu pada waktu yang selalu sama. Laki-laki yang tanpa sadar, ia cintai.
Matanya tiba-tiba terasa kabur, dan sedetik kemudian pipinya terasa hangat oleh airmatanya sendiri. Joon terkesiap melihat Kyo tiba-tiba menangis.
“kenapa kau menangis? Apa kau terlalu bahagia karna akan segera berpisah denganku?” cibir Joon tajam.
Kyo mengerahkan sisa-sisa tenaganya dan menelan hargadirinya bulat-bulat.
“apa aku terlihat seperti orang yang sedang berbahagia dimatamu?” balas Kyo tak kalah tajam.
Joon menunduk, menghela nafas berat kemudian menatap kyo lurus.
“aku tau, kau menyukai laki-laki lain saat bertemu denganku?”  kata Joon lirih hampir tak terdengar.
“apa aku salah?”
“apa kau berhak mencampuri masa laluku?” naa suara Kyo terlihat meninggi diluar apa yang diharapkannya.
“kau benar, aku tak berhak atas dirimu, setidaknya waktu itu. dan sekarang aku ini suamimu, aku berhak atas dirimu!” muka Joon merah padam menahan emosi.
“aku tahu itu!” Kyo menjerit frustasi dan kembali terisak.
“kenapa kau menangis? Kau belum menjawab pertanyaanku,” ucap Joon lagi.
“molla, “jawab Kyo serak.
Joon menghela nafas berat, dan menelan egonya dengan susah payah.
“kalau kau mau memintaku untuk bertahan lebih lama lagi, aku dengan senag hati akan melakukannya untukmu. Apa kau mau aku seperti itu?” tanya Joon penuh harap. Ia benar-benar sudah menjatuhkan harga dirinya didepan gadis ini.
“aku tahu, pasti kau tidak akan mengatakannya, “ ucap Joon saat melihat Kyo ingin membuka suara. Kali ini Kyo benar-benar tidak tahan.
“siapa bilang aku begitu?” kata Kyo dingin.
“apa kau mau mengatakannya? Pasti itu akan menjatuhkan harga dirimu, nona!” cibir Joon lagi
“lalu apa yang kau lakukan sejak tadi? Bukankah kau juga telah menginjak-injak harga dirimu sendiri?” jawab Kyo tak kalah sengit. Joon gelagapan mendengar pernyataan Kyo
“baiklah nona, aku tidak ingin membuat ini sulit diantara kita. Jadi apa kau mau aku bertahan atau tidak? Jangan berbelit-belit lagi aku pusing.” Ucap Joon langsung ke intinya.
“ne, aku ingin kau bertahan sebentar saja, sebentar lagi,” sahut Kyo hampir seperti gumaman.
“mwoya?? Aku tak mendengarmu?? Kau ingin aku pergi, Ah~ baiklah,” goda Joon.
“yak! Aku menyuruhmu bertahan, bukan pergi, bodoh!” teriak Kyo frustasi
“benarkah?? Kau menyuruhku bertahan?? Aku akan menunggumu,” ucap Joon lembut.
Dan kemudaian PLEtAkk
“ya! Apa yang kau lakukan padaku?”
“memangnya apa lagi yang kau harapkan selain itu? itu ganjaran karna kau memanggilku bodoh alih-alih memanggilku ‘oppa’! hahahaha”
“ya! Kau, tamat riwayatmu Cho Seung Joon!”
“apa kau berharap aku menciummu? Aku tak pernah mencium wanita yang belum menyatakan perasaanya padaku,”
“siapa yang ingin dicium olehmu? Aku tak sudi!”
“benarkah?” dan joon menempelkan bibirnya sekilas kebibir Kyo.
“itu pengecualian untukmu, dan aku menagih pernyataan cintamu nona!”
“aku tidak menyatakan perasaanku pada orang yang tidak menyatakan perasaannya padaku,” balas Kyo enteng.
“ya! Itu kata-kataku!”
“benarkah?”
“berhenti meniruku!”
“ya! Cho Dong Kyo!
“waeyo Cho seung Joon?”
“saranghae~”
“nado” jawab Kyo enteng.
“pernyataan macam apa itu? ulangi!”
“Shireo!”
“kau cari mati, Cho Dong Kyo!”
“itu perkataanku, berhenti meniruku!”
Hahahahah

000ooo000
Love Love Love,
Love Love Love,
Love Love Love
~
That it’s gonna be okay
That it’s gonna be over right away
That as time goes by, it’s gonna fade away
I’ve been living with that belief
Sometimes because of my bad behaviour
I’ve hurt you
Now little by little
I promise you that I’ll change
Even on cold nights, even on lonely nights
You were always there for me
But where are you (now)?
~
So much that I can see only you
So much that I can love only you
Only you can make my heart
Running toward you, breathing because of you
When you look at me, when you love me
I can’t give you for anything in this world
Now stay in my embrace like this
~
Always stay just like that, just like that
And say that you love me, you love me like this
Always smile just like that, just like that
And say that you’re happy, you’re happy like this
Even on cold nights, even on lonely nights
You were always there for me
But where are you (now)?
~
So much that I can see only you
So much that I can love only you
Only you can make my heart
Running toward you, breathing because of you
When you look at me, when you love me
I can’t give you for anything in this world
Now stay in my embrace like this
~
Sometimes when I’m down, sometimes when I’m tired
As my tears drop, I think of you
Not until now have I realized
The love that you showed me
When you look at me, when you love me
I can’t give you for anything in this world
Now stay in my embrace like this
~
Love Love Love,
Love Love Love
~
And now again, I’m gonna
I’m gonna love you
Always just like now


End


4 komentar:

  1. sweet story....,
    but, I think u must check the spelling of every word/

    BalasHapus
    Balasan
    1. ne, arraseoyo~ emang banyak typo yang bertebaran dimana2, *mian, hehehe
      gomawo uda berkunjung :D

      Hapus
  2. annyeong chingu...
    chonen hwang min rin imnida, bangapta...
    ff nya bgus, ditngkatkan lgi y chingu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. annyeong :D
      makasii udah berkunjung, sering2 aja yak #plak
      gomawo,
      FF terbaru saya segera menyusul,
      keep reading :D

      Hapus