SEOUL,
6 AM KST
Seorang
gadis muda usia sekitar awal duapuluhan tengah berjalan menuju halte bus yang
berjarak dua ratus meter dari apartemennya. Gadis itu bernama Choi Dong Kyo.
Gadis dengan tinggi 167 cm dengan kulit putih bersih dan rambut hitam
kecoklatan melebihi bahu itu terlihat gusar dan terburu-buru. Ini bukan cara
yang bagus untuk mengawali harinya pagi ini. Ia setidaknya harus menghabiskan
waktu selama satu jam penuh didalam bus yang akan membawanya kekampus yang
berada pusat kota Seoul, Seoul National University. Merupakan sebuah
keberuntungan bagi Kyo bisa masuk dalam salah satu univerisitas terbaik diKorea
ini. Ia ingat bagaimana perjuangannya untuk memasuki universitas itu. ia ingat
ia harus berjuang belajar mati-matian untuk persiapan test masuknya dan harus
rela kehilangan teman-temannya, bahkan sahabatnya sendiri yang diam-diam ia
cintai, Park Sang Chu. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk satu hal yang
amat berharga.
Gadis
itu nampak menggerutu sepanjang jalan, bagaiman ia bisa terlambat bangun
seperti ini. Ia ingat telah memasang alarm jam setengah lima pagi. Dan ia
benar-benar tak mendengar ketika alarm itu berbunyi, alih-alih bangun ia malah
menendang alarm itu dengan ganasnya sehingga membuat alarm itu diam seketika.
Ia baru tidur jam tiga pagi setelah menyelesaikan tugas presentasinya untuk
siang ini. Beruntung ia masih sempat bangun sejam kemudian setelah alarm itu
berbunyi dan dapat berdiri di halte bis sekarang.
Omelan
gadis itu semakin bertambah parah ketika ia melihat bus yang akan membawanya
kekampus itu terlihat penuh, benar-benar pagi yang sempurna untuk hari senin
yang sangat dibencinya.
000ooo000
Kyo
adalah gadis yang teramat sangat lurus. Ia tak pernah melenceng dari rute
perjalanannya. Yang ia tahu hanyalah rute kekampusnya dan ia akan berada
disekitaran gedung kuliahnya saja dan bonus gedung perpustakaan, selebihnya ia
buta soal kampusnya sendiri. Jalan-jalan disekitar apartemennya yang ia tahu
juga hanya rute yang akan membawanya ke halte bus dan supermarket saja,
selebihnya ia belum pernah mengelilingi kota itu walaupun sudah tiga tahun
belakangan ini ia berada di Seoul. Gadis itu berasal dari Daejoon dan terpaksa
tinggal di apartemen yang berada di daerah Gwangjin karena keputusannya yang
tiba-tiba untuk kuliah disana.
Ia
hampir tak mempunyai waktu untuk sekedar berkumpul bersama teman-teman
sekelasnya. Ia lebih suka menyendiri, tenggelam dalam buku-buku yang penuh
dengan huruf-huruf yang menyesakkan mata itu. ia hanya mempunyai seorang teman
dekat, Han Hye Sun. Mereka berteman hanya karena kebetulan mereka berada pada
satu gedung apartemen yang sama dan berada pada kelas yang sama.
Selama
ini, Hye sun lah yang banyak bercerita pada Dong Kyo dan gadis itu hanya
mencoba menjadi pendengar yang baik. Hanya mengomentari seperlunya ketika
dimintai pendapat dan ia cukup tertutup terhadap Hye sun. Ia hanya selalu
menampakkan wajah cerianya dan wajah kesalnya karena masalah sepele, selebihnya
tidak.
000ooo000
Nowon,
Seoul 7 pm
Seorang
pria tampan dengan tinggi 180cm dan kulit putih bersih terlihat memasuki sebuah
sedan hitam yang terpakir didepan sebuah restoran terkenal. Wajahnya nampak
merah padam menahan amarahnya. Pria itu membanting pintu mobilnya dengan keras
sesaat setelah memasuki mobil itu. ia kemudian mengacak-acak rambutnya
frustasi.
“Argghh..
kenapa eomma masih mengingat janji itu? padahal aku sudah berusaha untuk
mengalihkan perhatian eomma dari janji konyol masa kecilku. Arghhh~~ apa ini!”
pria itu memukul setirnya kesal dan sesaat kemudian mulai menghidupkan mesinnya
dan melesat pergi meninggalkan restoran itu.
000ooo000
Nowon,
Februari 1999
Seorang
wanita muda awal tiga puluh tahun menghela nafas berat. Disampingnya duduk
suaminya yang tak kalah muram daripada wanita itu. dalam ruang keluarga yang
cukup hangat itu terdapat pula anak laki-laki berusia sebelas tahun dengan
tampang nakal tengah menekuk wajahnya, gusar sambil sesekali memutar kotak
rubiknya.
“Cho
Seung Joon” kata-kata Cho Gun Woo, laki-laki paruh baya yang tak lain adalah
ayah dari bocah laki-laki yang tengah duduk tadi. Ia mengangkat wajahnya dengan
malas, menatap ayahnya.
“kami
sudah memutuskan hal ini sejak lama karena melihat kelakuanmu yang selalu
seenaknya seperti itu,” bocah itu sudah hendak membuka mulutnya, berusaha
mengeluarkan protesnya namun urung karena melihat tatapan tajam sang ayah.
“Joonie-ya!
kami sudah bosan dengan keluhan para orangtua yang setiap hari datang kesini
hanya karena kau menyuruh anak-anak mereka melakukan segala yang kau
perintahkan dengan sesuka hatimu. Dan kau akan memaki mereka jika mereka tidak
melakukan apa yang kau perintahkan dan mengancam mengeluarkan mereka dari
sekolah. Kami sudah mencapai pada kesepakatan kami..” Nyonya Cho Hye Ra
menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
“apa
kalian ingin membuang anak kalian satu-satunya ini keluar negeri? “tanya Seung
Joon dengan tatapan terluka dan tak percaya. Untuk anak berusia sebelas tahun
seperti dirinya, ini merupakan hal yang sangat menyakitkan.
“tidak,
kami tidak setega itu padamu, Seung Joon-ah!” jawab ibunya cepat.
“kau
boleh melakukan apapun sesuka hatimu, namun kau tak boleh menolak satu
permintaan kami ini,” Cho Gun Woo membuka suaranya lagi.
Seung
Joon, bocah laki-laki itu terlihat sedang menimbang-nimbang jawabannya, dan
akhirnya mengangguk.
“baiklah,
aku setuju. Apa permintaan appa?” tanya bocah itu ringan. Walaupun usianya baru
sebelas tahun, namun bocah ini dapat berpikir kritis. Ia adalah bocah laki-laki
dengan kepintaran jauh diatas rata-rata. Bisa dibilang ia hampir mendekati
superrior, bukan lagi cerdas.
“kau
tidak boleh menentang ini lagi, setelah mendengarkan permintaan appa, ini.”
Bocah itu hanya mengangguk tak sabaran. Berusaha menghitung keuntungan yang
akan ia dapatkan darui perjanjian konyol ini.
“Kau
boleh berbuat sesuka hatimu, mendapatkan apapun yang kau inginkan, kelak ketika
besar kau boleh berpacaran dengan wanita manapun yang kau inginkan, tapi kau
akan tetap menikah dengan gadis pilihan appa, kau sudah tidak bisa menolak yang
satu ini. Kau sudah berjanji Seung Joon-ah!” ucap ayahnya dengan senyum
kemenangan.
Seung
joon nampak gusar dengan keputusan ayahnya itu, namun sedetik kemudian wajanhya
berubah tenang lagi,
“tenanglah
appa, itu baru akan terjadi setelah aku besar dan jika appa masih ingat
perjanjian itu tentunya,” sahut Joon enteng.
“apa
kau sedang mencoba membodohiku Seung Joon-ah? Sayangnya aku tidak akan pernah
melupakan perjanjian ini bagaimanapun itu. kau harus menandatangi surat
perjanjian ini diatas meterai dan aku akan menyerahkan ini kepada pengacara
keluarga kita,” lagi-lagi Joon tidak memikirkan kemungkinan ini, ayahnya memang
terlalu pintar untuk bermain-main dengan bocah laki-laki berumur sebelas tahun
seusianya. Ia hanya pasrah membubuhkan tandatangannya dikertas itu.
000ooo000
Kediaman keluarga Choi, Daejoon.
“Dong
Kyo-ya! Kau bisa pulang malam ini? Ada sesuatu yang ingin eomma bicarakan
dengan mu, kau tidak boleh membantah eomma, arraseo?”
“ne,
eomma. Aku akan pulang lebih cepat daripada yang eomma bisa bayangkan,” sahut
Kyo ringan dan mematikan sambungan telponnya. Berjalan dengan menjingkat-jingkat
dan memeluk seorang wanita yang tengah duduk membelakanginya.
“eomma,
aku pulang” suara Kyo tepat ditelinga wanita itu, yang membuat wanita itu
tersentak dan buru-buru berbalik menghadapi tubuh putrinya.
“Dong
Kyo-ya! Kau mengagetkanku. Bagaimana kau bisa pulang tanpa memberitahuku
terlebih dulu?” kata nyoya Choi Hye Won, ibunya.
“mwo?
Bukannya tadi eomma memintaku pulang secepatnya, dan aku sudah sampai bahkan
sebelum eomma sempat meletakkan telpon. Apakah masih kurang eomma?” kata Kyo
sambil mengerucutkan bibirnya.
“ne,
kau memang anak eomma yang paling pintar,” sahut ibunya sambil menarik Kyo
kedalam pelukannya.
000ooo000
Malam
telah beranjak. Sebuah sedan hitam terlihat memasuki sebuah pekarangan rumah
didaerah Daejoon. Rumah itu bergaya minimalis dengan halaman yang dipenuhi
dengan banyak bunga-bunga dan pohon-pohon yang membuat rumah ini terasa sejuk
saat siang terik. Seorang wanita setengah baya tampak turun dari sedan mewah
itu sambil menarik lengan putra kesayangannya. Sang putra yang terlihat lebih
tinggi dari ibunya itu memasang wajah malasnya.
“sampai
kapan kau akan memasang wajah jutekmu, Seung Joon-ah! Perlihatkan wajah manismu
itu. eomma dan appa sudah emnunggu lama untuk saat-saat seperti ini. Menunggumu
dewasa dan menagih janjimu itu,” kata nyonya Cho lembut.
“itu
bukan janjiku eomma, itu permintaan kalian, “ sahut Joon mengoreksi.
“baiklah,
itu permintaan kami, tapi apakah kau akan mencoba menghianati kesepakatan ini?”
tanya eommanya lagi, kali ini menggandeng putranya itu.
“ani...
aku adalah seorang pria sejati yang tak pernah melanggar janji, eomma. Aku akan
tetap menikahi gadis ini, seberapa jelek pun wajahnya. Aku janji.” Kata Joon
sungguh-sungguh yang membuat nyonya Cho terharu.
000ooo000
“Kyo,
gantilah bajumu dengan yang agak resmi, kita akan kedatangan tamu malam ini.
Kita akan makan bersama mereka malam ini” kata ibunya lagi.
Kyo
yang tak menaruh kecurigaan terhadap ibunya mengangguk ringan menanggapi
permintaan ibunya dan langsung mengganti
bajunya dengan pakaian yang lebih pantas.
“jangan
lupa berdandanlah sedikit agar kau tidak terlihat pucat, ne?” kata ibunya lagi
menambahkan.
“haruskah,
eomma?” tanya Kyo yang mulai terusik dengan permintaan ibunya yang satu ini.
“ya.
Harus.”kata ibunya tegas
“bisakah
aku melewatkan yang satu itu?” tawar Kyo lagi yang hanya dihadiahi gelengan
tegas dari ibunya. Ia menyerah dan mulai memoleskan make up tipis kewajahnya.
Ia tak pernah menolak apapun yang dikatakan ibunya, kecuali satu kali ketika ia
dengan keras kepala memilih tempat kuliah dan jurusannya sendiri. waktu itu
Ibunya sudah tidak bisa mencegahnya karena diakuinya pilihan anaknya memang
bagus.
000ooo000
Malam
itu setelah semua orang berkumpul diruang makan, acara makan pun dimulai. Ada
tujuh orang yang mengitari meja makan itu, Choi Dong Kyo, Choi Hyun Sang,
ayahnya, Choi Hye Woon, ibunya, Choi Dong Joon, adik laki-laki dong Kyo yang
dua tahun lebih mudah darinya, Cho Gun Woo, Cho Hye Ra, dan Cho Seung Joon.
Kyo
belum menyadari apa sebenarnya yang terjadi. Kesan pertama yang ia tangkap ketika
melihat keluarga Cho, mereka sangat ramah kecuali putranya Cho Seung Joon yang
sejak tadi memasang senyum yang dipaksakan.
“sudah
lama sejak kita menggelar acara seperti ini, Hye Woon-ah. Kapan terakhir
kaliannya?” kenang nyonya Cho dengan senyum terkembang.
“kukira
itu sudah belasan tahun yang lalu ketika aku masih mengandung Dong Kyo,” jawab
nyonya Choi kalem. Mereka berdua tertawa bersama mengenang mas muda mereka.
“apakah
ini Dong Kyo?” kata nyonya Cho mengalihkan pandangannya ke Dongkyo yang dibalas
dengan senyum manis Kyo.
“ne,
ahjumma. Aku Choi Dong Kyo” katanya sopan.
“dan
yang ini?” kini menatap kearah Doong Joon yang tersenyum kikuk.
“malam,
ahjumma. Aku Choi Dong Joon, senang bertemu dengan anda” katanya yang disambut
dengan anggukan dan senyum ramah nyonya Cho.
“dia
adikknya Kyo, dua tahun lebih mudah. Baru kelas dua SMA” jelas nyonya Choi.
“emmm,
begitu.”
“dan
apakah itu seung Joon? Aigoo, kau sudah besar dan tampan, seung Joon-ah.
Terakhir ahjumma melihatmu itu kita kau masih TK, dan kau manis sekali,” kata
nyonya Choi menggebu-gebu yang membuat Joon mati gaya.
“kedatangan
kami kemari malam ini adalah untuk merealisasikan perjanjian kita waktu kalian
menikah dulu,” tuan Cho terlihat membua suaranya.
“benarkah?”
sambut tuan Choi tak percaya.
“ah,
baiklah. Mereka memang sudah sama-sama dewasa.” Tambah tuan Choi lagi sambil
tersenyum memandang kearah Kyo dan Seung joon secara bergantian.
Kyo
tak berani menaggapi apa-apa, karena menurutnya ini adalah urusan orang tua dan
ia tak berhak ikut campur. Joon malah terlihat semakin gusar ditempat duduknya.
Seung Joon terlihat tampan dengan setelan jas hitam itu, dan dasi kupu-kupu
yang melilit lehernya membuat ia terlihat merana sekali.
“kyo-ya!”
kata nyonya Choi sambil memegang tangan putrinya lembut. Ia hanya menoleh
sekilas kearah eommanya.
“dulu
waktu masih muda, eomma dan appa adalah sahabat dari paman dan bibik Cho, saat
kami memutuskan untuk menikah, kami telah berjanji untuk menjodohkan anak kami
saat mereka dewasa kelak, dan malam ini keluarga Cho datang untuk melamarmu.”
Jelas nyonya Choi panjang lebar. Wajah Kyo menunjukkan kalau gadis itu
benar-benar erkejut sampai tak bisa berkata-kata.
“jadi
bagaimana, Kyo? Apa kau menyutujuinya?” tanya nyonya Cho basa-basi.
“Seung
Joon kami sudah menyetujuinya,” tambah nyonya Cho kuat yang mengisyaratkan, kau
tidak boleh menolak perjodohan ini.
“tentu
saja Kyo setuju,” sahut nyonya Choi cepat sebelum putrinya itu mengutarakan isi
hatinya.
“aku
ingin mendengar persetujuan itu dari mulutnya sendiri, bolehkah, ahjumma?” kata
Seung Joon kemudian. Ia baru berani mengeluarkan suara dan menatap tajam kearah
Kyo, berharap Kyo akan menolaknya dan membebaskan dirinya dari perjanjian
konyol ini.
Kyo
merasa mendapat tekanan dari mana-mana. Ia sudah bisa menebak, jawaban apapun
yang keluar dari mulutnya tidak akan mempunyai efek apapun, ia tetap akan
dijodohka, ia sudah amat hafal watak ibunya.
“tapi
aku masih ingin sekolah dulu,” jawab Kyo terbata.
“kau
masih tetap bisa sekolah setelah menikah, sayang!” jawab nyonya Cho cepat.
Sudah diduga akan begini akhirnya, dan Kyo dan Joon pun hanya bisa tersenyum
miris, pasrah.
000ooo000
Kediaman
keluarga Cho, Nowon.
“eomma,
kau membohongiku!” seru Joon sengit ketika mereka telah sampai dirumah. Nyonya
Cho hanya tersenyum kalem menanggapi tingkah anaknya.
“berbohong
soal apa?”
“kau
menggunakan kenakalanku sebagai alasan agar aku menerima perjodohan itu,
padahal kalian sudah merancang perjodohan itu, jauh sebelum kalian menikah”
Joon berteriak frustasi dan mengacak-acak rambutnya.
“itu
hukuman untukmu, karna kau telah berbuat keterlaluan” ucap tuan Cho tajam.
“aish~
appa! Padahal waktu itu aku masih kecil. Aku hanya bermain-main saja!” bela
Joon tak mau kalah.
“menyuruh
seorang gadis kecil untuk menjadi pacarmu diusia enam tahun, dan mengancamnya
akan mengeluarkan dari sekolah dan menjamin semua sekolah tak akan menerimanya
lagi, apakah itu tidak keterlaluan?” kata tuan Cho, nadanya meninggi menahan
emosi.
“kau
sudah berjanji dan kau harus menikahinya, apapun yang terjadi. Itu sudah
keputusanku.” Tuan Joon mengakhiri perdebatan itu dengan menatap tajam pada
anak yang sangat ia sayangi itu.
000ooo000
Daejoon,
10.00 p.m
“noona,
kau belum tidur?” tanya seorang bocah laki-laki 18 tahun sambil membuka sedikit
pintu kamar Kyo.
“ne,
aku belum tidur. Waeyo, Joonie-ya?” tanyanya lembut sambil meletakkan buku yang
sedang ia baca diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.
“ani,
aku boleh masuk?” tanyanya lagi.
“tentu,”
jawab Kyo ringan sambil menepuk tempat tidur disampingnya.
“noona,
kau terlihat tertekan sekali, benarkah? Kau mersa tak nyaman dengan perjodohan
ini?” tanya Joon setelah duduk disamping noonanya itu.
“apakah
terlihat jelas?” tanya Kyo sambil menatap adiknya lembut. Ia tersenyum kecut.
“eo.
Terlihat jelas diwajah cantikmu itu, noona!”
“apa
aku bisa menolaknya? Aku ingin sekali,”
“apa
sudah ada orang lain dihati noona?” tebak Joon tepat sasaran.
“entahlah,
Dong Joon-ah, aku tak tahu. Itu sudah lama sekali, aku bahkan tak yakin dengan
perasaanku. Hanya saja aku merasa tidak ingin saja.” Kata Kyo sambil
menyandarkan kepalanya kepundak adiknya itu.
“eomma
pasti memberikan yang terbaik untukmu, noona! Kau harus percaya yang satu itu,
tak ada orang tua yang menginginkan keburukan untuk anaknya, mereka selalu
mengusahakan yang terbaik untuk kita,”
Dong Joon memeluk noonannya, berusaha menenangkan gemuruh hati kakaknya
itu.
“bahkan
ia terlihat tidak menyukaiku sama sekali” kyo membatin. Ia
terisak dalam pelukan adiknya.
000ooo000
Semua
terasa berjalan terlampau cepat. Kyo tak pernah bisa menolak keinginan ibunya,
dan pagi ini, ia harus bangun pagi-pagi seperti biasanya. Namun hari ini ia
tidak akan pergi ke kampus, hari ini ia akan menikah. Ini hanya berjarak
seminggu setelah pertemuan malam itu.
Tiga
orang penata rias telah bersiap untu merias wajah Kyo. Gadis itu hanya bisa
pasrah dan berharap pagi ini cepat-cepat berlalu. Dan besok ia akan menjadi
Choi Dong Kyo seperti biasanya. Bahkan ia khawatir apakah ia akan bertahan
sampai besok?
Ibunya
dan keluarga Cho benar-benar sudah gila, bagaimana bisa mereka mengadakan
pernikahan sehari sebelum ujian semester dimulai? Ini benar-benar membuat Kyo
merasa tertekan. Ia berharap dapat menyelesaikan acara konyol ini dan sesegera
mungkin kembali keapartemennya dan menemui buku-bukunya dan menggeluti mereka
semalaman untuk siap tempur pagi harinya.
Kyo
kembali menghela nafas kasar.
000ooo000
Janji
pernikahan itu baru saja mereka ucapkan, dan kini mereka ⎼Dong Kyo dan Seung joon⎼ tengah memasang senyum manis dan
bersalaman pada tamu-tamu yang datang. Kyo yang baru pertama kali dalam
hidupnya mengenakan high heels ini meringis kesakitan karena harus bertahan
dengan sepatu itu tiga jam terakhir. Joon yang menyadari keadaan Kyo hanya
tersenyum mengejek.
“bagaiman bisa aku menikahi anak kecil
yang bahkan tak becus memakai sepatu hak tinggi seperti ini,” sindir Seung Joon
tajam.
“mwoya?” sahut Kyo dengan tatapan tak
kalah tajam. Mereka buru-buru tersenyum lagi ketika tamu-tamu itu kembali
datang. Tuhan, kapan semua ini berakhir?? Kyo merintih dalam batin.
000ooo000
Sesuai dengan permintaan Kyo atas tindakan
ibunya yang seenaknya memilih hari pernikahan yang mendekati hari ujiannya,
maka setelah acara pernikahan itu selesai kedua mempelai langsung pergi ke
apartemen Kyo. Setibanya didalam apartemen Kyo langsung melepas sepatu hak
tinggi yang dari tadi menyiksa kakinya itu. bahkan Seung Joon pun tak
menolongnya sedikit saja.
Begitu masuk seung Joon langsung
menghambur kesofa didepan Tv, sedangkan Kyo langsung masuk kekamar mandi dan
mengganti pakaiannya kemudian sibuk dengan buku-bukunya. Seung Joon yang
terlihat lelah memasuki kamar, dan merebahkan diri di kasur Kyo tanpa permisi.
Kyo belum pernah membawa temannya masuk ke apartemennya, apa lagi seorang
laki-laki. Namun Seung Joon bukanlah temannya, ia suaminya kini. Mengetahui
kenyataan ini Kyo mendesah kasar. Mereka belum bicara sama sekali sejak
pembicaraan terakhir dipesta tadi. Untuk saat ini Kyo lebih suka mendiamkan
Joon seperti ini karena ia menginginkan ketenangan untuk belajar. Seung Joon
seakan mengerti hal itu dan lagsung terlelap tidur alih-alih mengganti bajunya
terlebih dahulu.
000ooo000
Kyo terbangun saat suara berat singgah
digendang telinganya. Itu suara laki-laki. Kesadaran belum sepenuhnya menguasai
Kyo dan ia terperanjat menyadari ada seorang laki-laki didalam kamarnya.
Bagaimana ia bisa seceroboh itu sehingga seseorang bisa masuk.
“bangun..” ucap suara itu serak sambil
mengguncang bahu Kyo.
“yya~~!! Siapa kau? Mengapa kau bisa
dikamarku??” teriak Kyo panik.
“dasar bodoh. Apa kau tidak mengingatku?
Aku Cho Seung Joon, suamimu! Apa kau lupa?” tanya Seung Joon sambil mendekatkan
wajahnya kewajah Kyo. Kyo terdiam sebentar sambil mengingat-ingat sesuatu. Lalu
ia menghindar, sedikit menjauh dari Seung Joon dan bergumam tak jelas.
“apa kau tak mendengar bunyi alarm itu?
berisik sekali, bahkan ini masih terlalu pagi untuk membunyikan alarm.” Joon
mulai menggerutu.
“alarm?? Jam berapa sekarang??” kata Kyo
sambil mencari-cari jam mungil itu.
“apa kau selalu tidur di meja belajarmu
itu?” tanya Joon iseng yang tidak direspon oleh Kyo yang langsung melesat masuk
kamar mandi.
“aish~ gadis ini! Bahkan tidak menjawab pertanyaan suamimu sendiri!”
Joon kembali beranjak naik ketempat tidur
Kyo dan meraih selimut saat mendengar pintu kamar mandi dibuka dan bau sabun
menguar keluar.
“apa kau benar-benar mandi? bahkan tidak
ada lima menit.” Ucapnya lagi dengan menatap istrinya tak percaya.
Kyo tak menanggapi ucapan Joon dan malah
sibuk memasukkan buku-bukunya yang benar-benar ia geluti semalaman dan
mengambil mantel tebal yang tergantung di lemari. Ia sudah hampir meninggalkan
kamarnya itu ketika sebuah tangan menahannya dengan kuat agar ia tetap bertahan
dikamar itu.
“kenapa kau mengacuhkanku? Apa kau marah
padaku?” tanya Joon mukanya merah padam menahan emosi.
“aku hanya sedang tidak ingin berdebat
denganmu dan aku sedang konsentrasi untuk ujianku hari ini, jadi biarkan aku
pergi,” kata Kyo sambil menatap tajam tangan Joon yang menahan tangannya.
Tak ada pilihan lain bagi Joon selain
melepaskan pegangannya. Kyo segera melesat pergi, nampak terburu-buru.
Sedangkan Joon lebih memilih tidur lagi ketimbang mengantar Kyo sampai keluar
apartemen. Ia akan kekantor jam delapan nanti sedangkan ini masih jam setengah
enam pagi. Ya ampun, apa yang ada dipikiran gadis itu? bahkan mataharipun belum
keluar pada jam segini. Benar-benar gadis aneh. Joon tersenyum dengan
pemikirannya sendiri dan kembali memejamkan matanya.
Dan dua minggu selanjutnya selalu sama
seperti itu, Kyo berangkat pagi-pagi dan pulang menjelang sore yang kemudian
disibukkan dengan buku-bukunya. Sedangkan Seung Joon pulang menjelang petang,
sejam selang Kyo pulang dan tidak menganggu gadis itu sama sekali. Joon merasa
heran dengan dirinya sendiri, mengapa setelah menikah ia tidak merasakan
perbedaan yang berarti, ia bahkan belum menyentuh Kyo sama sekali, melakukan
hubungan layaknya suami istri. Jangankan melakukan itu, memeluk Kyo pun tak
pernah Joon lakukan, terakhir yang ia ingat ia hanya mencium bibir Kyo sesaat setelah
janji pernikahan itu diucapkan, dan kalau itu masih bisa disebut ciuman karna
itu hanya terjadi sekias, Joon baru saja menempelkan bibirnya pada bibir Kyo,
tak sampai tiga detik karena gadis itu buru-buru menarik dirinya menjauh dari
Joon. Apa yang ada dalam pikiran gadis itu? joon tak mengerti.
000ooo000
Setelah nilai semesternya keluar, Kyo
sudah tak punya alasan untuk menghindari Joon. Eommanya dan ibu mertuanya sudah
menyiapkan tiket liburan untuk acara bulan madu Kyo dan Joon dengan dalih
sebagai hadiah karena Kyo mendapat nilai yang tinggi. Kyo sama sekali tidak
menaruh curiga akan rencana kedua orang tuanya. Bagaimanapun juga ia harus
segera berbicara dengan Joon dan menganggap laki-laki itu ada disekitarnya.
Bagaimanapun juga mereka akan berlibur ke luar negeri selama dua minggu berdua
saja, dan Kyo belum pernah keluar negeri sebelumnya.
Incheon airpot, 10 a.m
Dalam keramaian bandara itu, terlihat
seorang laki-laki berusia 25 tahun tengah menyeret koper besar, dan
dibelakangnya terlihat gadis berusia 20 tahun mengikuti dibelakangnya dengan
berlari-lari kecil. Joon menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Kyo menabrak
koper yang berada dibelakang Joon. Laki-laki itu menoleh sambil menurukan
kacamata hitam yang dari tadi bertengger indah dihidungnya itu.
“bisakah kau berhenti berbuat konyol
seperti itu?” kata Joon mencibir, sekilas pandangan mereka bertemu.
“melakukan apa?” tanya Kyo polos
“kau itu harusnya berjalan disampingku,
alih-alih berlari-lari kecil dibelakangku. Kau terlihat seperti asistenku saja
dengan berlaku seperti itu” ujar Joon sambil tersenyum miring.
“mwoya??” sahut Kyo sengit. Joon tidak
berkata apa-apa lagi, alih-alih menarik kyo kedalam pelukannya sesaat dan
melingkarkan tangannya disekeliling pinggang Kyo dan menyeret gadis itu. gadis
itu ingin memberontak, ia sudah melancarkan aksi pertamanya dan mendapat
tatapan tajam dari Joon yang seketika membuat Kyo terdiam dan berjalan pasrah
disamping joon dengan muka ditekuk. Joon yang melihat tingkah istrinya itu
malah tertawa konyol.
“tidak akan seburuk itu, chagi-ya!” ucap
Joon santai sambil mengeratkan rangkulannya dipinggang Kyo. Gadis itu semakin
cemberut.
000ooo000
Bali, Indonesia
Kyo sedang berada dalam taksi yang
membawanya dari bandara menuju hotelnya. Joon telah berubah menjadi dingin
sejak turun dari pesawat dan membuang muka tidak mau memandang Kyo, apa lagi
merangkulnya seperti saat mereka di Korea tadi. Kyo tak berani bertanya pada
Joon, harga dirinya terlalu tinggi untuk menanyakan hal-hal yang menurutnya
konyol.
Kyo menikmati pemandangan kota itu. ia
bahkan belum pernah terpikir akan berlibur kesini alih-alih ke Eropa. Kenapa
eommanya tidak sekalian saja mengirimnya berlibur di Afganisthan, itu akan
lebih baik. Begitu taksi itu memasuki pelataran hotel ia melihat banyak
patung-patung yang dilapisi kain kotak-kotak hitam putih serupa papan catur. Ia
belum pernah melihat ini sebelumnya. Sesaat setelah membayar taksi, Joon keluar
dan mengambil koper mereka dari dalam bagasi taksi itu. kyo masih belum berani
bertanya pada Joon dan hanya mengikuti pria itu dibelakangnya.
Joon berbicara pada resepsionis hotel itu
dengan bahasa inggris dan beberapa saat kemudian ia mendapatkan kunci kamar. Ia
terus berjalan tanpa mengajak Kyo untuk pergi bersamanya. Ia melihat kelebat
kyo yang dengan panik terus mengikutinya dari belakang. Setelah sampai dikamar
Joon langsung merebahkan tubuhnya kekasur.
Kyo hanya dapat berdiri canggung didepan
kamar itu. dan joon dengan sengaja tidak menawari Kyo untuk sekedar duduk
mencoba kasur hotel itu. tidak tahan didiamkan seperti itu, Kyo memilih untuk
melihat pemandangan dari kamar hotel itu. kamar itu langsung berhadapan dengan
pantai. Kenapa harus pantai? Kyo tak pernah merasa tertarik sedikitpun dengan
pantai. Tapi ia akui, pemandangan itu benar-benar indah. Ia tersenyum sendiri
menyadari kebodohannya itu.
Puas dengan memandang pantai, Kyo beranjak
kekamar mandi karena ia sudah merasa tubuhnya lengket dan penat. Mandi air
hangat akan menyegarkan pikirannya. Kyo bergegas menuju kopernya dan
mengeluarkan perlengkapan mandi dengan cuek tanpa memperhatikan keberadaan Joon
lagi, dia sudah menemukan hal yang akan ia lakukan setelah ini. Joon yang
menyadari sikap Kyo menjadi sedikit santai menjadi gusar. Rencananya tak akan
berjalan lancar kalau seperti ini.
Saat Kyo masih sibuk dengan
barang-barangnya itu, Joon mempunyai ide bagus. Joon segera melompat dari
tempat tidur dan melesat menuju kamar mandi.
“ya! Aku yang duluan memakai kamar mandi!”
jerit kyo kesal mentahui Joon telah masuk kamar mandi.
“aku ada urusan, jadi aku harus mandi
sekarang, jika kau tak keberatan tunggu saja, “ sahut Joon santai.
“aku juga ada urusan, cepat keluar atau
kudobrak pintunya,” balas Kyo sengit.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi itupun
terbuka dan terlihat Joon yang yang telah bertelanjang dada dan melilitkan
handuk ditubuh bagian bawahnya dengan wajah pura-pura gusar.
“kau takut dengan ancamanku, tuan Cho?”
ejek Kyo dengan cibiran. Joon tidak menanggapi dan malah menarik Kyo masuk
kekamar mandi bersamanya dan mengunci pintu kamar mandi itu.
“jadi, ini yang kau inginkan, chagi-ya?
Kau ingin mandi bersamaku, kenapa tidak bilang dari awal, hhmm?” ujar Joon
dengan tatapan jahil dan menghalangi pintu keluarnya. Kyo otimatis berjalan
mundur dan mendapati punggungnya sudah menempel tembok kamar mandi. Tidak ada
pilihan lain, ia sudah tidak bisa kabur lagi.
Joon mengunci tubuh Kyo dan mendekatkan
wajahnya ke wajah Kyo membuat jarak antara keduanya lenyap. Kyo menutup matanya
erat-erat. Ada ekspresi ketakutan yang terpampang jelas dalam wajah cantik itu.
joon merasa bersalah, dan alih-alih mencium Kyo, ia malah pergi meninggalkan
Kyo dengan wajah frustasi.
000ooo000
Aku tidak akan pernah menyentuhmu, sampai
kau merasa siap.
Kata-kata itu selalu memenuhi pikiran Kyo
sesorean ini, membuat rencana yang telah ia susun untuk pergi setelah madi tadi
berantakan. Joon yang sejak kejadian dikamar mandi tadi belum kembali sejak
pagi, entah pergi kemana. Dan Kyo yang buta arah akhirnya memilih tetap berada
dikamar hotel dan merutuki sikapnya sendiri.
Ia
merasa sedikit bersalah pada Joon. Kyo benar-benar tidak merasa siap dengan
pernikahan dadakan ini. Jika diapartemenya ia bisa tidur di meja belajar dengan
alasan ia ketiduran karena kelelahan belajar, tapi sekarang disini tidak ada
meja belajar, hanya ada sofa dan ia tidak mungkin membuat alasan kelelahan
belajar dan tertidur disofa. Itu sangat konyol.
Kyo memikirkan banyak sekali rencana agar
ia bisa menghindar tidur seranjang dengan suaminya itu akhirnya kelelahan dan
tertidur diranjang begitu saja, tanpa makan apapun.
Hotel Bali, 08.00 p.m WITA
Joon akhirnya memutuskan kembali
kekamarnya setelah puas berkutat dengan pemikirannya tentang kelanjutan rumah
tangga kecilnya yang baru berumur sebulan ini. Haruskah ia melanjutkannya?
Apakah gadis itu mencintainya, walaupun hanya sedikit saja? Jika gadis itu
mengatakan mencintainya atau setidaknya berusaha akan mencintainya, maka ia
akan tetap bertahan dengan pernikahan ini.
Kamar hotel itu terlihat gelap. Mengapa
Kyo tidak menyalakan lampunya? Apakah gadis itu sedang pergi keluar? Gadis itu
selalu bertingkah sesuka hatinya sendiri tanpa meminta persetujuanku sebagai
suaminya. Joon menghela nafas berat dan menekan tombol saklar disamping
pintu masuk yang membuat ruangan itu terang seketika. Ia mengerjap-ngerjap
matanya menyesuaikan terang yang tiba-tiba masuk kematanya. Ia melihat gadis
itu sudah tertidur pulas. Joon menghampiri ranjang itu dan duduk ditepiannya.
Melihat wajah gadis -yang selama sebulan ini telah mengisi hatinya- itu
tertidur lelap, Joon tidak bisa menahan tangannya untuk mengelus pipi halus
gadis itu.
“mengapa mencintaimu jadi sesulit ini,
hhm?” Joon merenung sambil tangannya membelai wajah Kyo.
“jika kau memintaku untuk bertahan, maka
aku akan melakukannya untukmu. Entah sejak kapan aku menjadi tergantungan
terhadapmu, aku tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Apakah
ini berarti aku jatuh cinta padamu?”
joon masih betah berlama-lama memandangi
istrinya itu. usia mereka terpaut liam tahun, Kyo baru berumur dua puluh tahun
ketika menikah dengannya dan belum pernah berkencan dengan seseorangpun
sebelumnya. Dan jika tiba-tiba ia harus menikah dengan orang yang sama sekali
tidak dikenalnya tidak heran jika reaksinya akan seperti ini. Joon bersyukur
Kyo tidak meminta cerai padanya pada malam ketika mereka kembali ke apartement
Kyo, bukankah itu seharusnya tanda yang bagus untuk Joon? Atau sebenarnya gadis
itu hanya tidak ingin membuat orang tuanya sedih? Sepertinya alasan kedua itu
lebih masuk akal dari pada yang pertama.
Joon kembali mendesah kasar. ia hanya
ingin gadis dihadapannya ini mengerti bahwa ia mencintainya, tidak lebih. Joon
menarik selimut yang sejak tadi menutup tubuh istrinya itu, membenarkan
posisinya agar menutup tubuh itu dengan sempurna sehingga istrinya tidak merasa
kedinginan. Ia hendak melangkah ketika tangannya ditahan.
“kau, mau kemana lagi?” kata Kyo
lambat-lambat.
“kemana lagi?” jawab Joon tak bergairah.
Kyo memulihkan kesadarannya, dan
memaksakan dirinya untuk duduk.
“aku sudah memikirkan ini selama seharian
ini,” Kyo memulai kata-katanya. Joon sudah tidak tahan lagi.
“aku tahu, jika kau benar-benar
menginginkan ini, maka aku dengan suka rela mengajukan surat perceraian kita
sepulangnya kita pulang dari sini,” Joon memotong cepat sebelum Kyo sempat
berkata.
Kyo tak meyangka akan mendengar kata-kata
Joon yang membuat dadanya sesak, bahkan disaat ia ingin memulai semua ini. Ada
perasaan terluka diwajah keduanya.
“aku tahu kau tidak mempunyai perasaan
apapun terhadapku, jadi aku tak akan memaksamu lagi. Aku akan melepasmu,” Joon
berkata lambat-lambat.
Kyo mendadak kehilangan kata-katanya.
Matanya menatap laki-laki yang selama sebulan ini tinggal bersamanya. Laki-laki
yang selalu membangunkannya yang tak pernah mendengar suara alarmnya lagi karna
ia selalu tidur dimeja belajarnya. Laki-laki yang selalu membuatnya jengkel dan
berdebar dalam waktu bersamaan. Laki-laki yang setiap pagi selalu memanggilnya
Chagi hanya untuk membangunkannya. Ia selalu menunggu apakah dipagi berikutnya
laki-laki itu akan tetap membangunkannya atau membiarkannya terlambat, dan ternyatanselalu
sama, laki-laki itu tak pernah lupa mebangunkan gadis itu pada waktu yang
selalu sama. Laki-laki yang tanpa sadar, ia cintai.
Matanya tiba-tiba terasa kabur, dan
sedetik kemudian pipinya terasa hangat oleh airmatanya sendiri. Joon terkesiap
melihat Kyo tiba-tiba menangis.
“kenapa kau menangis? Apa kau terlalu
bahagia karna akan segera berpisah denganku?” cibir Joon tajam.
Kyo mengerahkan sisa-sisa tenaganya dan
menelan hargadirinya bulat-bulat.
“apa aku terlihat seperti orang yang
sedang berbahagia dimatamu?” balas Kyo tak kalah tajam.
Joon menunduk, menghela nafas berat
kemudian menatap kyo lurus.
“aku tau, kau menyukai laki-laki lain saat
bertemu denganku?” kata Joon lirih
hampir tak terdengar.
“apa aku salah?”
“apa kau berhak mencampuri masa laluku?”
naa suara Kyo terlihat meninggi diluar apa yang diharapkannya.
“kau benar, aku tak berhak atas dirimu,
setidaknya waktu itu. dan sekarang aku ini suamimu, aku berhak atas dirimu!”
muka Joon merah padam menahan emosi.
“aku tahu itu!” Kyo menjerit frustasi dan
kembali terisak.
“kenapa kau menangis? Kau belum menjawab
pertanyaanku,” ucap Joon lagi.
“molla, “jawab Kyo serak.
Joon menghela nafas berat, dan menelan
egonya dengan susah payah.
“kalau kau mau memintaku untuk bertahan
lebih lama lagi, aku dengan senag hati akan melakukannya untukmu. Apa kau mau
aku seperti itu?” tanya Joon penuh harap. Ia benar-benar sudah menjatuhkan
harga dirinya didepan gadis ini.
“aku tahu, pasti kau tidak akan
mengatakannya, “ ucap Joon saat melihat Kyo ingin membuka suara. Kali ini Kyo
benar-benar tidak tahan.
“siapa bilang aku begitu?” kata Kyo
dingin.
“apa kau mau mengatakannya? Pasti itu akan
menjatuhkan harga dirimu, nona!” cibir Joon lagi
“lalu apa yang kau lakukan sejak tadi?
Bukankah kau juga telah menginjak-injak harga dirimu sendiri?” jawab Kyo tak
kalah sengit. Joon gelagapan mendengar pernyataan Kyo
“baiklah
nona, aku tidak ingin membuat ini sulit diantara kita. Jadi apa kau mau aku
bertahan atau tidak? Jangan berbelit-belit lagi aku pusing.” Ucap Joon langsung
ke intinya.
“ne,
aku ingin kau bertahan sebentar saja, sebentar lagi,” sahut Kyo hampir seperti
gumaman.
“mwoya??
Aku tak mendengarmu?? Kau ingin aku pergi, Ah~ baiklah,” goda Joon.
“yak!
Aku menyuruhmu bertahan, bukan pergi, bodoh!” teriak Kyo frustasi
“benarkah??
Kau menyuruhku bertahan?? Aku akan menunggumu,” ucap Joon lembut.
Dan
kemudaian PLEtAkk
“ya!
Apa yang kau lakukan padaku?”
“memangnya
apa lagi yang kau harapkan selain itu? itu ganjaran karna kau memanggilku bodoh
alih-alih memanggilku ‘oppa’! hahahaha”
“ya!
Kau, tamat riwayatmu Cho Seung Joon!”
“apa
kau berharap aku menciummu? Aku tak pernah mencium wanita yang belum menyatakan
perasaanya padaku,”
“siapa
yang ingin dicium olehmu? Aku tak sudi!”
“benarkah?”
dan joon menempelkan bibirnya sekilas kebibir Kyo.
“itu
pengecualian untukmu, dan aku menagih pernyataan cintamu nona!”
“aku
tidak menyatakan perasaanku pada orang yang tidak menyatakan perasaannya
padaku,” balas Kyo enteng.
“ya!
Itu kata-kataku!”
“benarkah?”
“berhenti
meniruku!”
“ya!
Cho Dong Kyo!
“waeyo
Cho seung Joon?”
“saranghae~”
“nado”
jawab Kyo enteng.
“pernyataan
macam apa itu? ulangi!”
“Shireo!”
“kau
cari mati, Cho Dong Kyo!”
“itu
perkataanku, berhenti meniruku!”
Hahahahah
000ooo000
Love Love Love,
Love Love Love,
Love Love Love
~
That it’s gonna be
okay
That it’s gonna be
over right away
That as time goes
by, it’s gonna fade away
I’ve been living
with that belief
Sometimes because
of my bad behaviour
I’ve hurt you
Now little by
little
I promise you that
I’ll change
Even on cold nights,
even on lonely nights
You were always
there for me
But where are you
(now)?
~
So much that I can
see only you
So much that I can
love only you
Only you can make
my heart
Running toward you,
breathing because of you
When you look at
me, when you love me
I can’t give you
for anything in this world
Now stay in my
embrace like this
~
Always stay just
like that, just like that
And say that you
love me, you love me like this
Always smile just
like that, just like that
And say that you’re
happy, you’re happy like this
Even on cold
nights, even on lonely nights
You were always
there for me
But where are you
(now)?
~
So much that I can
see only you
So much that I can
love only you
Only you can make
my heart
Running toward you,
breathing because of you
When you look at
me, when you love me
I can’t give you
for anything in this world
Now stay in my
embrace like this
~
Sometimes when I’m
down, sometimes when I’m tired
As my tears drop, I
think of you
Not until now have
I realized
The love that you
showed me
When you look at
me, when you love me
I can’t give you
for anything in this world
Now stay in my
embrace like this
~
Love Love Love,
Love Love Love
~
And now again, I’m
gonna
I’m gonna love you
Always just like
now
End
Lyric by: RyeokiElf (http://kimidakesaranghae.wordpress.com/2011/01/15/donghae-ryeowook-just-like-now-lyrics-hangul-romaji-englishtranslation-download-link/
)
sweet story....,
BalasHapusbut, I think u must check the spelling of every word/
ne, arraseoyo~ emang banyak typo yang bertebaran dimana2, *mian, hehehe
Hapusgomawo uda berkunjung :D
annyeong chingu...
BalasHapuschonen hwang min rin imnida, bangapta...
ff nya bgus, ditngkatkan lgi y chingu....
annyeong :D
Hapusmakasii udah berkunjung, sering2 aja yak #plak
gomawo,
FF terbaru saya segera menyusul,
keep reading :D