Selasa, 18 Februari 2014

[DRABBLE] Let’s Break Up



Senja basah yang selalu menemani moment-moment kebersamaan kami. Hah, suasana klasik yang selalu kurindukan, yang berhasil mengantarkanku bertemu dengan pria ini. Pria pendiam yang mampu membuatku jatuh kedalam pesonanya lagi dan lagi. Aku merasa terperosok jauh, terlalu dalam pada pesona pria ini. Bahkan saat aku menyadarinya dan berusaha menghindar darinya.

Disudut cafe yang dilatari lembayung senja ini, aku kembali menatap wajah tampannya. Sudah setengah jam kami duduk disini. Dalam diam, sunyi, senyap tanpa memulai pembicaraan sedikitpun.
Ada sedikit gemuruh dalam dadaku saat melihat kerut yang semakin dalam pada keningnya yang lebar. Ada apa dengan priaku? Matanya terus bergerak-gerak gelisah. Oh ayolah, aku mulai...
“Ayo kita putus,”
Suara bass yang biasanya terdengar mendayu di telingaku kini tak lebih dari sekedar nyanyian malaikat pencabut nyawa. Aku mendongak. Mengerjap. Mencoba mencari pembenaran dimata kelamnya. Mengapa ini terasa menyesakkan? Apa yang salah denganku? Apa aku masih kurang baik untuknya? Cintaku? Apakah kurang besar?
Mataku memanas. Dadaku bergemuruh. Jantungku memukul dadaku kencang, bertalu tanpa henti.
“Kita sudah tidak bisa meneruskan semua ini. Sungguh, ini melelahkan,”
Apakah itu sebuah penyesalan? Kenapa baru kau katakan sekarang? Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalani sebuah hubungan. Bahkan hatiku rasanya akan mati tanpa cintamu. Bodoh! Air mataku mulai meluncur tanpa bisa kutahan lagi, sial.
“Kita menikah saja,” ucapnya diiringi senyum lembut diakhir kata-katanya.
Apa ini? Aku masih bingung. Pria ini? Apakah dia baru saja membodohiku?
“Aku melamarmu, sayang.”
Dia tersenyum lagi, mengacak rambutku pelan. Aku semakin kencang menangis. Dia benar-benar membodohiku, tapi aku menyukainya. Bodoh!
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar