“Berhenti
menatapku seperti itu, Shim Chang Min!!”
Aku
berteriak geram. Lagi-lagi pria ini menatapku seperti ingin menelanku
bulat-bulat. Dia berjalan mendekat kearahku, meraih pipiku dan meremasnya.
“Yak!
Sakit tahu! Tanganmu itu kotor! Jika sampai besok ada jerawat yang menempel
dipipiku, tamatlah riwayatmu, Shim Chang!” ancamku dengan tatapan tajam. Pria
itu hanya terkekeh, menyamakan wajahnya dengan wajahku. Sedikit membungkuk,
karena postur tubuhnya yang seperti tiang listrik itu.
“Ck,
siapa suruh pipimu merona semerah apel begitu! Aku kan jadi ingin
menggigitnya!”
Matanya
menatapku lekat, mengunci pandanganku disana. Kalian harus percaya padaku kalau
pria setinggi pohon kelapa ini lebih mencintai isi kulkasnya dari pada
pacarnya. Sungguh, pria dengan pemikiran yang masih sangat kekanakan. Kasihan
sekali wanita yang terjebak menghabiskan sisa hidup bersamanya.
Mataku
membulat sempurna saat merasakan hembusan nafasnya menerpa pipiku.
“Yak!
Shim Chang! Apa yang kau lakukan?” tanyaku panik berusaha menghindar.
“Tentu
saja menggigit apelmu, apa lagi?” ia menampakkan cengiran polos tanpa dosa. Aku
panik dan langsung mendorong dadanya sampai ia terjungkal dengan sempurna. Aku
menampakkan seringaian sinis. Pria kurang ajar!
“Yak!
Kenapa ada gadis dengan kelakuan sebrutal dirimu, eoh? Aku kan hanya ingin
meminta apel, apa salahnya? Ck, kau pelit sekali!” dia menggerutu dan berjalan
mendekat ke arahku lagi. Pria ini benar-benar mesum!
“Sudah ku bilang, jangan mendekat!” teriakku
frustasi.
Kenapa
ada pria pemaksa seperti dia? Hah, Tuhan selamatkan aku! Ia berjalan semakin
mendekat ke arahku, tangannya terjulur kesisi tubuhku. Gerakannya lamban dan
matanya menatap tajam mataku. Membuatku terpaku, beku. Bak patung. Diam. Tak
bisa bergerak sesenti pun. Aku menutup mataku gusar saat lagi-lagi nafasnya
menabrak pipiku yang kuyakini semakin merona.
“Sudah
ku bilang, aku hanya ingin mengigit ini,”
Krauk.
Terdengar
seperti... apel?
“Kenapa
menutup matamu? Kau tidak pernah melihat orang makan apel, eoh?”
Aku
membuka mataku takut-takut dan menemukannya sedang menggigit apel dengan wajah
berbinar. Jadi dia benar-benar menggigit apel? Aku menoleh kebelakang, ke arah
meja makanku. Ada sekeranjang apel disana, kiriman Oppa-ku kemarin.
Aku
melongo menyadari betapa bodohnya aku. Ah, bukan. Maksudku, betapa liarnya
pikiranku! Sial, dia mengerjaiku lagi.
“Marrie
Kim, apa yang kau pikirkan, hum? Kau pasti berpikir mesum yak?”
berondongnya saat ia selesai memakan apelnya.
“Apa?
Yang benar saja!” elakku gugup berusaha memandang ke arah lain, yang penting
tidak kearahnya.
“Pipimu
merona lagi, manis sekali,” ujarnya lembut. Kurasakan jari-jarinya mengelus
pipiku lembut, penuh sayang. Ia kembali mendekatkan wajahnya kearahku. Tuhan,
kenapa makhluk ini suka sekali menggodaku?
“Ku
harap rona ini hanya akan muncul untukku saja,” bisiknya pelan ditelingaku. Aku
meremang mendengar ucapannya.
Sebelum
aku menyadari keadaaan, kurasakan bibirnya menempel dipipiku. Perlahan ia
mengerakkannya dan ada sesuatu yang menancap disana. Giginya! Astaga, giginya
benar-benar menancap dipipiku!
“Akhh!!!
Sakit! Shim Chang, kau gila!!” jeritku seketika.
“Hehehe...
Maaf, aku lepas kontrol! Pipimu merah sekali tadi, aku jadi gemas! Aku pergi
dulu, anyeong!”
Aku
melongo menatapi kepergian makhluk aneh itu. Apa lagi? Dia berbalik lagi,
“Ah
ya, terimakasih untuk apelnya! Jangan kau habiskan semua, sisakan untukku atau
aku akan menggigit pipimu lagi!”
Benar-benar
pria idiot.
“Yak!
Apple boy!!!” aku berteriak kencang. Sungguh aku bisa gila jika
lama-lama berinteraksi dengannya!
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar