Selasa, 11 Februari 2014

[FF THRILLER] BREAK DOWN



Judul  :  Break Down
Cast    :


L Infinite as Kim Myung Soo
Hee Chul SJ as Kim Hee Chul
Yesung SJ as Kim Jong Woon
Kibum SJ as Kim Ki Bum
Kevin Ze:A as Kim Kevin
Kim Bum as Kim Sang Bum
Kai Exo as Kim Jong In
Sung Yeol Infinite as Lee Sung Yeol
Sung Jong Infinite as Lee Sung Jong
Kim Hanna (OC)


Genre : Thriller, Family, Friendship.        


Bugh!
Sebuah pukulan keras kembali melayang tepat di pipi kanan seorang pria berperawakan tegap itu. Wajahnya sudah penuh dengan lebam dan darah akibat bogem mentah yang dihadiahkan oleh sahabatnya sendiri. Entahlah, apakah ia masih pantas dianggap sahabat setelah apa yang telah dilakukannya selama ini. Menghancurkan sahabatnya sendiri, sampai ke titik terendah yang bahkan belum pernah ia bayangkan.
“Keparat kau Kim Kevin!!” pekik Kim Myung Soo berang. Dan sekali lagi bogem mentah berhasil mendarat mulus diperutnya, tepat dilambungnya. Membuat pria bernama Kim Kevin itu kembali terhuyung dalam usahanya untuk berdiri lagi.
***
Saham perusahaan game terbesar di dunia, MouseLite Corp. terjun bebas pagi ini. Menurut kabar yang beredar situs resmi perusahaan ini berhasil dibobol oleh pihak tertentu. Akibat aksi pembobolan ini diperkirakan MouseLite merugi miliaran juta dolar karena semua aktivitas dalam situs ini diberhentikan secara total oleh pihak MosueLite untuk menghindari pembobolan lebih jauh. Kim Jong Woon, pemiliknya yang menetap di Hongkong menyatakan pihaknya sedang berusaha memperbaiki sistem keamanan dan akan mengusahakan agar situs game resmi terbesar di dunia tersebut dapat beroperasi lagi secepatnya seperti sedia kala. Sekian berita dari VOA, saya melaporkan langsung dari Washington DC.

‘Kalian telah berhasil memberikan pukulan break*) terbaik kalian. Jadi, nikmati saja permainan yang telah kalian ciptakan sendiri. Ku harap kalian akan bermain sampai titik penghabisan.’ Batin Kim Myung Soo geram di depan TV 29’ yang menanyangkan berita tentang tragedi yang menimpa perusahaan miliknya.
Suara berita pagi itu berhasil menghentikan langkah seorang gadis yang baru saja memasuki ruangan keluarga dimana pria itu tengah menonton degan tatapan marah.
“Myung-ie, kau baik-baik saja, kan?” tanya gadis itu, Kim Han Na khawatir.
Raut wajah sepupunya itu tidak terlihat baik-baik saja. Tangannya mengepal erat menahan emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu. Buku-buku jarinya terlihat memutih. Dengan segera Kim Han Na mengambil inisiatif, membawa kepalan tangan Myung Soo kedalam dekapan tangannya sendiri. Mencoba menyadarkan sepupuhnya itu, mengelus buku-buku jarinya pelan, penuh sayang sambil menggumamkan bahwa semua akan baik-baik saja. Ia juga  mengusap pundak pria itu dengan penuh sayang, menghalau emosi yang sedari tadi terlihat jelas dalam mata tajam pria itu.
***
Jam dinding yang tertempel di dinding ruang kerja Kim Myung Soo sudah menunjukkan pukul tiga dini hari saat pria itu asyik berkutat dengan kode-kode pemrograman yang rumit. Tangannya menari cepat diatas keyboard PC-nya dan sesekali melirik pada layar monitornya yang tak pernah ia matikan sejak pertama kali membelinya.
Hampir seluruh ruangan ini terisi penuh oleh komputer-komputer yang dirakit menjadi sebuah super komputer. Super komputer ini dirancang untuk mengolah data-data program game online yang terdaftar dalam dunia maya dari seluruh penjuru dunia.
Sebenarnya tidak semua jenis game online. Hanya ‘game’ yang benar-benar menggiurkan yang diolah disini. Kau tau? Yah, judi online. Kebanyakan orang mengetahui bahwa pusat dari game online ini ada di Hongkong. Tapi sebenarnya center yang ada di Hongkong hanya mendapat sebuah data jadi, sedangkan data mentah yang masih berupa bahasa pemrograman yang rumit diolah di Seoul, siapa lagi pemiliknya kalau bukan Kim Myung Soo.
Center yang terdapat di Hongkong berdiri atas nama Kim Jong Woon, sepupuhnya dari pihak ibu. Sedangkan kim Hee Chul adalah sepupuhnya dari pihak ayah. Mereka bertiga memang sudah sangat tergila-gila dengan pemrograman komputer sejak duduk dibangku taman kanak-kanak. Mengerihkan.
Saat Junior High School mereka bertiga mulai menjadi hacker dengan nama L untuk Myung Soo, Jerome untuk Jong Woon dan Casey untuk Hee Chul. Mereka menggunakan simbol tengkorak hitam dengan lambang tak hingga yang berada dibawahnya. Lambang itu terkenal sebagai skull infinity. Saat itu mereka berhasil membobol sebuah situs resmi pemerintahan Amerika dan membuat geger hampir seluruh dunia karena rahasia negara adidaya itu hampir terbongkar semua. Kalau kalian masih mengingat kejadian itu, wiky leak. Skull infinity adalah pelaku utamanya. Melemahkan beberapa titik penting dan membiarkan hacker lain melanjutkan sisanya.
Berbekal pengalaman menjadi hacker hebat itulah mereka membangun sebuah perusahaan game online dengan sistem keamanan yang ketat yang tidak dapat ditembus oleh hacker terhebat didunia ini sekalipun, karena kenyataannya hacker hebat itu adalah mereka sendiri, sang pemilik perusahaan. Pengaman yang digunakan oleh perusahaan itu bersifat satu arah. Dengan kata lain, hanya orang dalam saja yang dapat membuka beberapa poin penting dalam program itu sehingga para hacker sulit untuk menyerang perusahaan game terbesar itu.
Namun semua itu hanya bertahan sampai akhir bulan lalu. Saat tiba-tiba Kim Myung Soo mendapat telepon dipagi buta hari pertama bulan Februari, yang menyatakan bahwa perusahaan mereka telah dibobol dan membuat saham mereka terjun bebas seperti air hujan yang turun dari langit, lurus, jurus, menujam kebawah dengan cepat tanpa halangan sedikit pun.
Wajah kemerahan langit pagi sudah nampak saat suara dering ponsel Myung Soo menginterupsi. Membuatnya mau tidak mau mengalihkan perhatiannya sejenak dari bahasa HTML yang ada didepannya. Melepaskan kaca mata anti radiasinya, Myung Soo keluar dari ruangan itu dan berjalan ke balkon rumahnya yang berangin untuk menjawab teleponya disana.
“Kau sudah menyelesaikan program pengaman barunya?” tanya suara di seberang sana, Kim Jong Woon.
“Hemm, hampir selesai. Saat sudah terbobol sekali, kemungkinan untuk dibobol lagi sangat besar. Jadi aku mulai menulis code baru dari awal lagi,” ujarnya sambil memijit tengkuknya yang terasa pegal.
Separah itukah? Akan ku pastikan orang yang telah menghancurkan sistem keamanan kita membusuk di neraka,” geram Jong Woon lagi, laki-laki itu mendesah keras.
“Tenang saja, hyung! Karena membuat yang baru lebih mudah dari pada memperbaiki yang sudah cacat, jadi aku melakukannya. Program yang kemarin ku anggap sampah yang sudah tidak berguna lagi, jadi kubuang saja,”
Kim Myung Soo menoleh kesamping ketika dirasakan sesuatu yang panas menempel di pipinya.
“Eo. Han Na-ya. Kau datang?” sapa Myung Soo pada Kim Han Na, sepupunya sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan Jong Woon.
“Ah, ya. Ada Han Na disini. Kemarin Hee Chul hyung sudah menemukan rekaman cctv miliknya yang ia tinggal di perusahaan dan kurasa hari ini kita sudah bisa mengetahui siapa pelakunya.”
aku tidak sabar membunuh bedebah yang berani menghancurkan apa yang telah kita miliki, lihat saja nanti.”
“Jangan terlalu yakin kalau kau bisa membunuhnya, hyung. Aku mencurigai orang terdekat kita,” Myung Soo memelankan suaranya dan melirik sedikit kearah Han Na, mengambil cangkir yang berisi coklat hangat yang disodorkan padanya dari tadi.
“Kuharap bukan salah satu dari daftar orang kepercayaanmu, Myung-ie” lirih Jong Woon.
“Hemm, Kuharap juga begitu. Datanglah kesini secepatnya, hyung! Kita bunuh bersama orang itu!” desis Myung Soo yang masih bisa didengar Han Na.
“Aku yakin, sesaat setelah kita mengaktifkan situs itu lagi maka pelakunya akan berusaha untuk membobolnya lagi. Bagaimanapun, pusat perputaran uang judi online di dunia ada pada situs ini, jadi kemungkinan besar orang itu juga akan muncul lagi.”
Gadis itu sedikit terkejut mendengar kata-kata terakhir sepupuhnya yang tampan. Secara reflek tangannya memukul kepala Myung Soo saat pria itu sudah mengakhiri pembicaraannya dengan Jong Woon.
“Yak! Kenapa memukulku? Sakit tahu!” semprot Myung Soo didepan wajah Han Na hingga membuat gadis itu  mundur beberapa langkah.
“Kau sendiri aneh! Dengan mudahnya berkata ingin membunuh orang seperti ingin membunuh tikus saja,” bela Kim Han Na, adik Kim Hee Chul itu tak kalah keras.
“Sudahlah, kau anak kecil tak tahu apa-apa. Lebih baik urusi saja urusanmu sendiri.” Ucap Myung Soo sambil menepuk kepala Han Na, kemudian beranjak menuju ruang kerjanya. Jika sudah masuk kedalam ruang itu, maka dapat dipastikan ia tidak akan keluar lagi dalam waktu singkat.
“Yak! Myung-ie! Mau kemana kau? Kau lupa hari ini harus mengajariku memasak, eoh?”
Myung Soo berbalik lagi seperti baru mengingat sesuatu. Menepuk keningnya sendiri dan mendesah keras,
“Aish~ hampir saja lupa. Aku harus meneruskan pekerjaanku hari ini, atau perusahaan gameku akan benar-benar mati. Kau kerjakan saja perintahku kemarin, 500 buah wortel. Cukup kan?”
“Kau ku beri kelonggaran waktu menjadi dua puluh menit karena aku butuh setidaknya dua puluh menit untuk menyelesaikan pekerjaanku. Jadi, kuharap kau juga sudah menyiapkan jus wortel untukku saat aku keluar nanti,” ucap Myung Soo panjang lebar hingga membuat Han Na gelagapan untuk membalasnya. Setelahnya ia langsung melangkah menuju ruang kerjanya.
“Yak! Alien jelek! Kau pikir aku pembantumu, hah?!” protes Han Na yang masih dapat didengar oleh Myung Soo sebelum menutup pintunya.
***
Sistem pengaman yang baru sudah dipasang lagi. Setelah situs game online MouseLite menghilang selama hampir 60 jam karena dibobol, akhirnya situs itu kembali lagi. Baru lima menit dibuka saja sudah ada hampir dua juta orang yang mengaksesnya. Untuk sistem keamanan kali ini Myung Soo membuat lebih detail lagi. Setiap IP pengunjung situsnya akan langsung terdeteksi  dan diawasi secara otomastis oleh sistem sensor yang terpasang secara tersembunyi dalam situs itu.
Sebuah led merah dalam komputer kontrol milik Myung Soo berkedip-kedip menandakan seseorang berusaha membobol situsnya lagi. Myung Soo tersenyum miring, melirik sebentar pada dua hyung-nya yang tengah duduk disampingnya.
See? Aku menemukan bedebah itu semudah ini,” ucap Myung Soo bangga.
“Segera lacak alamat IP-nya!” teriak Hee Chul bersemangat pada Jong Woon.
Dengan segera Jong Woon mengutak-atik komputer didepannya, menuliskan beberapa code rumit dan bingo! Ketemu!
“Tunggu, bukankah ini alamat IP perusahaan kita?” tanya Myung Soo tak percaya.
“Kurasa juga alamat IP yang sama seperti yang digunakan pembobol kemarin. Ini pasti orang yang sama. Ck, memalukan sekali! Dia bodoh atau apa?” gerutu Hee Chul lagi.
“Sebentar!” pekik Jong Woon tiba-tiba. Myung Soo dan Hee Chul menatapnya penuh minat.
“Bukankah sistem keamanan kita terletak di ruang Controlling?” Myung Soo dan Hee Chul mengangnguk membenarkan.
“Ada berapa staff yang kau taruh disana?” selidik Jong Woon lagi, kali ini pandangannya terfokus pada Myung Soo.
“Dua bersaudara Kim, Kim Kevin dan Kim Sang Bum.” Jawab Myung Soo pelan.
Hyung, coba periksa rekaman cctv milikmu di ruangan Controling!” Kali ini mata Jong Woon tertuju pada Hee Chul.
“Tanggal 31 Januari sampai tanggal 1 Februari.” Tambahnya lagi dan Hee Chul segera sibuk mengotak-atik file-file rekaman cctv yang telah ia salin kedalam laptop-nya.
“Kau sudah berhasil mencegahnya?” kali ini Jong Woon bertanya pada Myung Soo yang menambah kode-kode rumit pada programnya saat beberapa led merah lain kembali hidup.
Kali ini tidak hanya satu, tapi lima? Sepuluh? Ah~ sepertinya ini serangan masal. Setidaknya ada lima belas titik IP yang mencoba menyerang dan membobol sistem keamanan MouseLite. Myung Soo mulai menampakkan senyum miring andalannya.
Ia sudah memprediksikan ini akan terjadi. Bagaimanapun juga saat perusahaannmu menjadi yang pertama maka hanya berarti satu, kau sendirian dipuncak sementara yang lain mulai menggempur pertahananmu dari bawah. Tapi ini terlalu frontal.
Myung Soo menghidupkan sistem pendeteksi otomatisnya. Sehingga setidaknya alamat-alamat IP yang tertera disana dapat langsung terdeteksi secara otomatis. Myung Soo diam saja, sementara programnya mulai bekerja. Mata elangnya berkilat-kilat marah ketika mendapati beberapa nama perusahaan saingannya ikut ambil bagian dalam serangan masal ini. Satu musuh bebuyutannya muncul, MonkeyLand. Bukankah itu situs game resmi milik Lee bersaudara? Tangan Myung Soo terkepal erat, wajahnya seketika merah padam menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya. Jadi, mereka ingin melanjutkan permainan yang tertunda saat mereka duduk dibangku Junior High School dulu? Baiklah!
“Brengsek!” geram Myung Soo sambil menggebrak kasar meja yang ada dihadapannya membuat Hee Chul yang sedang terfokus pada rekaman cctv-nya tersentak kaget dan menggerutu tidak jelas.
Pembobol yang melakukan aksinya beberapa hari kemarin cukup pintar. cctv yang terletak disepanjang jalan menuju ruang controling dan ruang pemantauan cctv terlihat hitam, seperti sengaja ditutup.
Untungnya, Kim bersaudara tak pernah menaruh kepercayaan lebih dari 30% kepada orang lain selain keluarganya sendiri, sekalipun orang tersebut masuk kedalam daftar orang kepercayaannya. Mereka secara diam-diam menaruh sebuah kamera pengintai dengan ukuran lensa tak lebih besar dari pensil yang mereka taruh diseleuruh sudut perusahaan mereka tanpa terkecuali. Dan semua itu dikelola dibawah kendali Kim Hee Chul, yang kesehariannya berprofesi sebagai Alkemis.
Hyung! Cari tahu yang mematikan cctv ruang controling. Kurasa kita akan mengetahui pelakunya!” seru Myung Soo setelah dapat berpikir jernih.
Hee Chul kembali melanjutkan pencariannya dan beberapa sasat kemudian muncul sebuah wajah asing yang tidak dikenal. Ini jelas bukan pegawai MouseLite. Setelah itu Hee Chul mencoba memperlihatkan rekaman diruang Controling. Hee Chul mencoba memperbesar gambar video yang sudah berhasil ia pause dan terlihat disana orang yang berjalan keruang rekaman tadi terlihat sedang mengotak-atik program pada sistem keamanan dan diikuti oleh Kim Kevin dan Kim Sang Bum.
“Kim Kevin, Kim Bum, kalian...” Myung Soo mendesis tak percaya.
“Bukankah itu Kim Ki Bum? Si genius yang selalu berulah saat kita Junior High School dulu?” ujar Jong Woon yang membuat Hee Chul membulatkan matanya tak percaya.
Tangan Myung Soo mengepal erat siap menghantam tembok yang ada disampingnya, Jong Woon yang menyadarinya langsung menyeret Myung Soo dan mengajak serta Hee Chul untuk keluar setelah memastikan sistem keamanan baru yang dipasang pada situs mereka dapat berfungsi dengan baik.
Sistem itu bekerja seperti tangan besi Hitler, mematikan semua akses dan menghapus semua jalur koneksi. Semacam melakukan penyerangan balik sehingga program pada IP yang mencoba membobol situs MouseLite menjadi rusak, setelah itu sistem akan merombak ulang kode pada situs-situs awal untuk kemudian dijadikan pengaman lagi. Jadi semakin banyak yang mencoba membobol sistem ini maka semakin kuat sistem tersebut.
***
Hyung siapkan anak buahmu! Malam ini kita bunuh sampah-sampah tak berguna itu!” mata Myung Soo berkilat marah.
“Wo wo wo... tenanglah adik, kau menakutkan sekali,” ujar Jong Woon sambil terkekeh. Pria itu memang sedikit mempunyai kepribadian yang aneh. Disaat keadaan genting seperti ini dia masih bisa tertawa dan makan dengan tenang.
“Han Na-ya. Jus wortel buatanmu?” kali ini Jong Woon mengalihkan perhatiannya pada gadis kecilnya. Gadis itu mengangguk antusias sambil menampilkan cengiran lebar.
“Enak kan, Oppa?” tanyanya bersemangat.
“Pasti. Jika kelinci yang meminumnya!” tanggap Hee Chul sinis dibarengi tawa meledak Jong Woon.
“Yak! Kim Hee Chul!” teriak Hanna tepat ditelinga kakak laki-lakinya itu.
“Bocah! Berapa usiamu? Tidak sopan! Kau sudah bosan bertemu dengan Cho Kyu Hyun-mu yang tampan itu ternyata?” Kali ini Hee Chul mengancam.
“Jong Woon-ah, kau punya snipper? Kurasa aku membutuhkannya,” lanjutnya tanpa memperdulikan ekspresi Han Na yang berubah menjadi ngeri.
“Yak! Oppa! Jangan bilang kau ingin membunuh hoobae-mu sendiri...”Jerit Han Na ketakutan.
Hoobae?” Alis Jong Woon bertaut. Sepertinya dia baru menemukan satu titik terang disini.
Hyung, bukankah Kim Kevin dulu sekelas dengan Myung Soo? Dia... temanmu kan, Myung-ie?” Myung Soo hanya mengangguk.
“Ck, anak bodoh ini bersahabat baik dengan si brengsek itu,” ejek Hee Chul yang membuat wajah Myung Soo bertambah muram.
“Haruskah kita membunuhnya untukmu?” tawar Jong Woon. Myung Soo hanya menggeleng dan selebihnya aura hitam segera menyelimutinya.
Hee Chul merasa akan terjadi sesuatu yang besar sehingga ia menyuruh Han Na untuk segera naik ke kamar Myung Soo, berlindung disana. Setidaknya ia tidak perlu terlibat dalam pembicaraan pria yang tengah emosi.
“Aku punya ide!” ujar Hee Chul kemudian sambil tersenyum misterius, menyeringai lebih tepatnya.
***
Tiga bersaudara Kim mendatangi sebuah club elite yang terletak di kawasan Gangnam. Club tempat biasanyaa meraka dan teman-temannya berkumpul. Bau alkohol dan dentuman musik yang memekakan telinga langsung menyambut ketika mereka berdiri di pintu masuk. Ketiga pasang mata itu menyapu cepat keseluruh penjuru club itu dan menemukan gerombolan dua Kim bersaudara, Kim Kevin dan Kim Sang Bum sedang duduk disalah satu sudut ruangan itu. Seakan berbicara lewat mata, Myung Soo, Jong Woon dan Hee Chul segera menghampiri mereka.
“Eo. Myung Soo-ya? Kau datang?” sapa Kim Bum yang sudah terlihat mabuk. Sedangkan Kevin masih sadar sepenuhnya. Ia merasakan aura gelap terpancar dari wajah Myung Soo.
Myung Soo hanya tersenyum miring dan mengambil duduk tepat disebelah Kevin. Sedangkan Hee Chul disamping Kim Bum. Dan Jong Woon lebih memilih pergi ke ruang merokok yang terletak dilantai dua tanpa mau mengetahui aksi kedua saudaranya yang dianggapnya setengah gila itu. Ah, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dirinya. Namun Jong Woon memiliki target lain, Kim Ki Bum si genius yang telah menghancurkan bisnisnya dalam hitungan detik.
“Kim Bum-ah, long time no see...”sapa Hee Chul dengan seringai mengerihkan.
“Eoh, Hyung... kau bertambah tampan,” kekeh Kim Bum disela cegukannya. Tanpa sepengetahuan yang lain Hee Chul meneteskan cairan bening yang mengandung senyawa arsenik kedalam minuman Kim Bum.
Myung Soo terlihat berbincang sebentar dengan kevin dan mereka terlihat beranjak untuk segera keluar.
Hyung...” pamitnya pada Hee Chul.
“Eo pergilah dulu, nanti kususul,” ucap Hee Chul acuh sambil menyesap minuman pesannya yang baru saja datang.
Myung Soo mengangguk sekilas dan segera menyeret Kevin keluar.
“Kim Bum-ah, bersulang,”ajak Hee Chul sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.
Kim Bum segera menurut, dan setelah bunyi denting gelas yang beradu diudara, Kim Bum tanpa pikir panjang langsung meneguk isi gelasnya sampai tandas tak bersisa.
Good boy, aku pergi dulu. Semoga kau selamat sampai di neraka,” desis Hee Chul sambil lalu tak memperdulikan Kim Bum yang sedang meregang nyawa karena racun yang terdapat pada minuman yang barusan ditelannya.
Hee Chul mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan untuk Jong Woon.
‘Kau dimana? Mau ikut berpesta bersama? Kim Bum baru saja mati, aku sudah memastikannya sendiri. Ku tunggu kau disana saja, ya- Hee Chul’
‘‘Tidak. Kau pergi saja duluan, aku ada urusan sendiri- Jong Woon’
Hee Chul mengendikan bahunya tak peduli, kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya, melajukannya dengan kecepatan penuh kesebuah tempat dimana pesta akan segera dimulai. Sudah lama sejak terakhir kali dia mengikuti ‘pesta’ seperti ini. Yang terakhir sudah hampir 5 tahun yang lalu saat ia liburan ke Jepang, di rumah pamannya, Yamamoto Kajou, seorang Yakuza terkenal di Jepang.
Haruskah ku keluarkan samurai hasil pemberian paman Kajou? Batin Hee Chul sambil tersenyum seperti seorang psikopat.
***
“Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?” lirih Myung Soo penuh penekanan. Giginya berkeratak menahan emosi.
Mereka, Myung Soo dan Kevin kini telah tiba didepan sebuah bangunan tua  yang sudah lama tak terpakai. Kevin tidak menjawab dan memalingkan wajahnya kesamping, ke arah jendela.
“Apakah harus menunggu kau melakukan sebuah kesalahan terlebih dahulu agar aku dapat menghancurkanmu?” tanya Kevin skeptis. Dia sadar sepenuhnya bahwa perbuatanya salah, tapi ia tak mempunyai jalan lain. Ia harus melakukan ini.
“Kau pikir apa lagi yang kau tunggu saat kesempatan untuk menghancurkan lawanmu terpampang didepan mata?” ejeknya lagi semakin membuat Myung Soo geram.
“Ku pikir kita sahabat,” ucap Myung Soo lagi, lebih lirih. Ia sedang menekan keinginan dalam hatinya untuk membunuh orang yang ada dihadapannya ini sekarang juga.
Tawa Kevin segera menggelegar dalam ruang sempit mobil Myung Soo.
“Sahabat? Jadi selama ini kau menganggapku sahabatmu? Kau sungguh bertingkah seperti perempuan saja,” cibir Kevin sekali lagi.
“Sahabat hanya membuatmu lemah. Tak ada sahabat didunia ini, mereka semua musuh. Kau juga adalah musuhku. Aku adalah musuhmu, kita diciptakan untuk bersaing. Kau ingin bersahabat? Cih, menggelikan. Buang-buang waktu saja,”
Myung Soo benar-benar sudah habis sabar. Sebenarnya sejak tadi Myung Soo mencoba menghalau nafsunya untuk membunuh orang. Bagaimanapun ia telah berjanji sebagai seorang pria kepada sepupuhnya yang cantik, Kim Han Na untuk tidak masuk lagi kedalam lembah hitam seperti lima tahun yang lalu.
“Kupikir harta, tahta bahkan kecerdasan tidak akan mengalahkan persahabatan. Tapi ternyata aku salah. Tadinya ku pikir aku bisa memaafkanmu, tapi rasanya kau lebih memilih jalanmu sendiri. Jangan salahkan aku jika aku berbuat begini,” sembur Myung Soo murka dan langsung menyeret Kevin kedalam gedung tua tersebut. Disana anak buah Jong Woon sudah menunggu.
***
Bugh!
Sebuah pukulan keras kembali melayang tepat dipipi kanan seorang laki-laki berperawakan tegap itu. Wajahnya sudah penuh dengan lebam dan darah akibat bogem mentah yang dihadiahkan oleh sahabatnya sendiri. Entahlah, apakah ia masih pantas dianggap sahabat setelah apa yang telah dilakukannya selama ini. Menghancurkan sahabatnya sendiri, samapai ke titik terendah yang bahkan belum pernah ia bayangkan.
“Keparat kau Kim Kevin!!” pekik Kim Myung Soo berang. Dan sekali lagi bogem mentah berhasil mendarat mulus diperutnya, tepat dilambungnya. Membuat lelaki bernama Kim Kevin itu kembali terhuyung dalam usahanya untuk berdiri lagi.
Kim Myung Soo, laki-laki dengan tatapan setajam elang itu kembali menghujamkan tendangan terakhirnya, di wajah Kim Kevin tepat mengenai hidungnya. Sepertinya hidung itu patah karena tak lama kemudian keluar darah dari sela-sela lubangnya.
Malam kian merangkak, dan gedung tua bekas tempat penyimpanan gandum milik keluarga Kim itu menjadi saksi bisu betapa kepribadian Kim Myung Soo benar-benar mengerihkan. Gedung tua tempat mereka berada sekarang terlihat gelap dan lembab. Ada beberapa genangan air disana-sini. Gerimis yang berubah menjadi hujan deras di luar terlihat dari jendela tua yang kacanya sudah buram dihajar masa. Debu-debu tebal tampak menempel lekat disudut-sudut kaca jendela itu.
“Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini, brengsek!!” teriak Kim Myung Soo lagi, ia hampir saja melayangkan pukulannya lagi ketika sebuah tangan mengahalanginya.
“Sudahlah, Myung Soo-ya tidak ada gunanya mengotori tanganmu untuk makhluk sampah seperti dirinya. Kita pergi saja dari sini dan biarkan dia membusuk disini,” ujar Kim Hee Chul sambil menarik lengan Myung Soo menjauhi tubuh Kevin yang sudah lemah tak berdaya.
“Jong In-ah, urus sampah ini. Jangan beri makan dan jangan biarkan dia kabur, arra?!” perintah Kim Hee Chul pada Kim Jong In, anak buah Jong Woon. Jong In hanya mengangguk dan menampakkan seringaian yang mengerikan pada tubuh lemah Kim Kevin.
“Mati kau, Kim Kevin!” desisnya pelan saat melihat Hee Chul dan Myung Soo sudah keluar dari bangunan tua itu. Jong In ambil bagian untuk menendang tubuh Kevin yang telah terkapar dilantai itu sekali lagi, tepat di tulang rusuknya hingga menyebabkan darah segar keluar dari sela-sela bibir Kevin. 
***
“Mana Jong Woon hyung?” tanya Myung Soo ketika menyadari mereka hanya berdua saja.
“Katanya dia yang akan membereskan Ki Bum. Entahlah, aku tak pernah mengerti jalan pikiran si kepala besar itu,” gerutu Hee Chul kesal.
Tak lama setelah itu Hee Chul merasakan getaran ponsel yang berada di saku celana kain yang ia kenankan.  Ia merogoh celananya untuk menjawab panggilan itu. Dahi Hee Chul berkerut samar, nomor siapa? Pikirnya penasaran.
“Yeob...”
Segera datang kesini atau adik perempuannmu yang cantik ini akan bernasib sama seperti Kim Bum!” desis suara diseberang sana.
Hee Chul mendesis remeh. Gertakan semacam ini tak akan mempan untuknya. Ia tahu, Han Na sudah berada di tempat yang aman, di rumah Kim Myung Soo yang dijaga ketat dan tidak diketahui oleh banyak orang, sekalipun itu adalah orang kepercayaan Myung Soo.
Oppa!!”
Namun, teriakan gadis diseberang sana membuat Hee Chul membeku seketika. Wajahnya berubah pucat seketika. Itu adalah teriakan gadis kecilnya, adik kesayangannya. Gadis yang akan ia lindungi dengan segenap jiwanya, karena hanya gadis itu yang memahami cara berpikirnya yang aneh, bahkan ketika orang tuanya menganggap anak lelakinya itu mengidap kelainan jiwa.
Aku menunggumu di dermaga Busan, kau harus segera tiba disini sebelum matahari terbit. Ah, ya. Jangan lupa bawa Kevin kemari, atau wajah  Kim Jong Woon dan Kim Han Na akan menjadi sampul depan koran pagi esok hari,” dan sambungan telepon itu pun terputus begitu saja.
“Ki Bum, kau...” lirih Hee Chul menatap nanar layar ponselnya yang sudah padam itu.
Hyung, ada apa?” tanya Myung Soo was-was.
“Kita ke Busan, sekarang! Seret bajingan itu untuk ikut kita.” Ucap Hee Chul tak fokus.
“Busan? Kenapa, Hyung? Ada apa sebenarnya?” Myung Soo mulai menampakan wajah khawaturnya.
“Han Na dan si kepala besar yang bodoh itu disekap oleh Ki Bum disana,” jelas Hee Chul tak sabaran dan kembali melangkah memasuki gedung tua yang baru saja ditinggalkannya itu.
***
Hee Chul mengendarai mobilnya seperti orang kerasukan, tak tau aturan. Ia beberapa kali menyalip dan menerobos lampu merah, hingga ia mendapatkan banyak makian dari para pengguna jalan lainnya. Ia tak peduli dengan apapun sekarang. Yang ada di otaknya hanya menyelamatkan Kim Han Na, menyelamatkan adik perempuan satu-satunya.
Bagaimanapun juga jarak antara Seoul-Busan bukanlah jarak yang pendek, yang bisa kau tempuh dalam waktu satu atau dua jam, sedangkan ini sudah tengah malam. Ia harus samapai disana sebelum fajar datang, atau adik kesayangannya itu akan mati. Mati, iya mati! Ia tak mau hal itu terjadi pada adik kesayangannya.
“Apa sebenarnya yang telah dilakukan si kepala besar bodoh itu? Kenapa keadaan jadi berbalik seperti ini. Kenapa aku bisa mempunyai sepupuh sepolos dia,”
racau Hee Chul tak karuan, sementara Myung Soo masih berpegangan erat pada kursinya dengan wajah pucat. Ia mempunyai trauma karena sebuah kecelakaan yang terjadi saat ia berusia tiga tahun.
Sedangkan Kim Jong In dan Kim Kevin yang berada di bagian belakang diam saja tak berminat ikut dalam ketegangan yang diciptakan oleh Kim Hee Chul.
Tanpa sepengetahuan yang lain Kim Hee Chul mengelus snipper dalam saku jasnya, yang ia peroleh dari Jong Woon kemarin.
***
Mobil Porche warna hitam metalik itu tiba di dermaga pelabuhan Busan tepat sebelum fajar pertama tiba. Kim Hee Chul langsung berhambur keluar dari mobilnya tanpa memikirkan orang-orang yang datang bersamanya.
Di pelabuhan itu ada sebuah gudang kosong didekat dermaga yang sudah lama tidak dipakai, disanalah tempat Jong Woon dan Han Na disekap.
Hee Chul melangkahkan kakinya lebar-lebar, nyaris berlari saat akan mencapai pintu gudang tersebut. Dia tidak menyadari ada bahaya yang mengintainya.
Saat ia sudah berhasil memegang handle pintu gudang tersebut, Hee Chul merasakan sebuah hawa dingin menyergap tengkuknya yang terbuka. Dari kejauhan tampak Myung Soo berjalan dengan mata berkilat angkuh sementara dibelakangnya terlihat Jong In menyeret Kevin yang terlihat kepayahan berjalan.
“Kim Ki Bum. Keluar kau, bajingan!” teriak Hee Chul murka di depan pintu.
Di sudut ruagan itu terlihat dua orang yang tak lain adalah Jong Woon dan Han Na dengan keadaan kaki dan tangan yang di ikat di kursi. Ada  bekas darah dan lebam pada tubuh Jong Woon. Sedangkan Han Na, sepertinya ia baik-baik saja. Hanya saja, pipinya terlihat memerah dan ada darah disudut bibir gadis itu. dan jangan lupakan mata coklatnya yang terlihat sembab.
Hee Chul meradang seketika. Ia hampir saja menghampiri mereka ketika tiba-tiba saja seorang datang menghalangi langkahnya. Sebuah pukulan tepat mengenai rahang pria itu. ia mengerang sekilas, beberapa kejap kemudian seringain setan muncul di wajah tampannya.
“Myung-ie, ayo berpesta...” desis Hee Chul sambil menghujamkan tatapan tajam kepada seorang pria yang baru saja memukulnya.
‘Sampah tak berguna,’ batin Hee Chul dan langsung melayangkan serangan balik secara membabi buta kepada pria yang baru memukulnya tadi.
Setelah pria itu tumbang, secara mengejutkan muncul lebih banyak lagi pria lain sambil membawa balok kayu. Hee Chul tak habis akal, dengan memberikan kode kepada Jong In tak lama kemudian pasukannya datang memenuhi hampir seluruh gudang itu.
Seorang yang sudah di tunggu-tunggu oleh Hee Chul akhirnya muncul juga, Kim Ki Bum, di ikuti oleh dua bersaudara Lee, Lee Sung Yeol dan Lee Sung Jong yang membuat Myung Soo menggeram dibelakang Hee Chul. Myung Soo reflek maju kedepan begitu menemukan dua musuh bebuyutannya, dua bersaudara Lee berdiri di barisan terdepan.
“Pulau Monyet, jadi kalian berdua dalangnya?”  suara Myung Soo menggema memenuhi setiap sisi gudang tua itu.
“Tunggu apa lagi? Serang!!!” titah Sung Yeol kepada anak buahnya.
Pertarungan pun dimulai. Para anak buah mulai menyerang satu sama lain, mempertahankan keselamatan para tuannya. Hingga satu persatu dari mereka tumbang tak bersisa. Kini tinggal pertarungan inti antara Kim Myung Soo dan dua bersaudara Lee serta Kim Ki Bum dan Kim Hee Chul.
Ki Bum langsung mulai menyerang tanpa peringatan saat Hee Chul sedang lengah.  Sementara Myung Soo mulai bertarung melawan Sung Yeol, Sung Jong memilih mundur berdiri menonton dari kejauhan didekat tempat Jong Woon dan Han Na berada.
“Brengsek, kau Lee Sung Yeol!” umpat Myung Soo sambil memberikan bogem kearah Sung Yeol. Dengan gesit Sung Yeol mengelak sehingga Myung Soo hanya memukul udara kosong.
Sung Yeol mulai memberikan perlawanan. Mereka berdua terlihat saling memukul dan menendang. Sesekali Sung Yeol berada di atas angin namun sesaat kemudian keadaan berubah dan Myung Soo kembali menguasai perkelahian itu.
Saat mengetahui keadaan Ki Bum yang sudah babak belur di hajar Hee Chul dan Sung Yeol yang terlihat kepayahan melawan Myung Soo yang terlihat seperti orang kerasukan dan mulai liar, Sung Jong berteriak lantang dan mengacungkan sebuah pisau ke leher Han Na. Menggoreskan sedikit pada kulit leher gadis itu yang terlihat putih bersih.
Hee Chul langsung berdiri mematung mendengar jerit kesakitan adik perempuannya itu. Rupanya Lee Sung Jong yang manja itu benar-benar cari mati.
“Hentikan!! Atau pisau lipatku ini akan membuat sayatan yang lebih dalam pada leher mulus adik perempuanmu ini!” bentak Sung Jong dengan suara bergetar, hampir menyerupai cicitan.
Saat itulah, Ki Bum dengan sisa-sisa tenaganya mengambil pisau lipat yang ia simpan di balik jaket denimnya. Sebelum menyadari apa yang terjadi, pisau lipat itu sudah bersarang di perut Hee Chul hingga membuat matanya membeliak, kaget sekaligus menahan sakit.
Ki Bum menyeringai melihat hasil kerjanya. Seperti hilang akal, Myung Soo langsung menghajar Ki Bum tanpa ampun dan terakhir ia membanting tubuh Ki Bum hingga terpental mengenai dinding. Tak lama berselang, darah segar keluar dari mulut Ki Bum dan ia menghembuskan nyawanya begitu saja.
Myung Soo harus bergerak cepat. Menghabisi semua bedebah yang tak berguna ini, dan menyelamatkan keluarganya. Sung Yeol terlihat sedang berusaha bangun lagi, namun entah dari mana terdengar bunyi letusan senjata api dan detik berikutnya Lee Sung Yeol rubuh dengan luka tembak di punggung yang tembus hingga ke dada. Di belakangnya berdiri Jong In, memegang snipper sambil tersenyum miring.
“Kerja bagus, Jong In-ah!” sambut Myung Soo sambil tersenyum miring.
Merasa semuanya usahanya selama ini akan sia-sia karena pihaknya sudah mati satu-persatu, maka dengan sisa kekuatannya Kevin merebut senjata yang dibawa Jong In saat pria berkulit gelap itu sedang lemah dan langsung menembak Jong In detik berikutnya. Jong In jatuh menggelepar dengan mata membeliak.
Myung Soo menatap nanar tubuh Jong In yang sudah tak bernyawa. Kini tinggal ia dan Kevin.
“Seharusnya ini hanya tentang aku dan kau, tapi aku tak menyangka akan mengorbankan orang sebanyak ini, ck!” Kevin mencibir. Ia berjalan sempoyongan kearah Myung Soo.
“Bagaimana ini? Terlalu banyak korban. Semua saudaraku sudah mati, tidak akan menyenangkan jika aku merayakan kemalanganmu sendirian,”
“Eum, sudah tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini, aku sebatang kara. Kurasa kata-katamu saat Junior High School dulu memang benar, aku adalah anak yang malang dan menyedihkan. Tidak pernah ada yang menganggap keberadaanku karena aku hanyalah orang miskin. Lebih baik kita mati bersama-sama, bukankah kau bilang kita bersahabat?”
Itu bukanlah wajah Kim Kevin yang dikenal Myung Soo selama ini. Kevin yang ia kenal mempunyai tatapan mata yang berbinar dan senyum sehangat mentari. Dia lebih mirip seperti seorang psikopat.
“Masih ada dua butir peluru disini, satu untukmu yang lainnya untukku. Aku sahabat terbaikmu kan, Myung Soo-ya? Kau rasakan timah panas ini lebih dulu ceritakan padaku bagaimana rasanya, jika ternyata seperti melayang di surga dunia, aku akan ikut serta denganmu, terbang ke surga,” Kevin masih meracau tidak jelas hingga tidak sadar Hee Chul telah menarik pelatuknya. Ia baru saja teringat telah menyimpan snipper di balik saku jasnya.
Bunyi letusan snipper membuat Han Na ngeri dan reflek memejamkan matanya erat. Bagaimanapun juga ia tidak mau melihat nyawa melayang lagi. Sudah cukup tontonan yang harus ia nikmati hari ini.
Tak lama kemudian terdengar bunyi debum tubuh yang jatuh ke lantai disertai lengkingan suara yang terdengar memekakan, sepertinya sangat dekat dengannya.
Saat Han Na membuka matanya, ia menemukan Sung Jong tergeletak di bawah kakinya dengan pisau yang menancap di dada sebelah kirinya, tepat di jantung. Tak jauh dari kaki Myung Soo tergelatak mayat Kim Kevin dengan keadaan kepala pecah dan mengeluarkan banyak darah.
“Itu balasan karena sudah berani menganggu ketentraman keluargaku,” desis Hee Chul susah payah.
Myung Soo mengerjap sadar setelah beberapa detik otaknya mendadak kosong karena melihat teman-temanya meregang nyawa tepat didepan matanya. Ia berjalan cepat ke arah Han Na dan Jong Woon, melepas ikatan mereka dengan tangan gemetar.
Sesaat setelah terbebas dari ikatannya, Han Na langsung berlari ke arah tubuh Hee chul yang terlihat lemas karena luka tusukan di perutnya.
Oppa!! Kau harus bertahan, Oppa! Apapun yang terjadi kau tidak boleh meninggalkanku sendirian, Kim Hee Chul!” !!” pekiknya histeris. Han Na menciumi wajah kakaknya yang tersenyum dan mulai memejamkan matanya secara perlahan. Air mata gadis itu rebak, menganak sungai saat mengetahui kesadaran kakak laki-lakinya itu semakin menipis dan hilang.
END

Keterangan:
*) Pukulan pembukaan yang dilakukan pada permainan bola sodok, yang dapat menentukan taktik seperti apa yang akan dipasang selanjutnya oleh para pemain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar