Judul : Break Down
Cast :
L Infinite as Kim Myung Soo
Hee Chul SJ as Kim Hee Chul
Yesung SJ as Kim Jong Woon
Kibum SJ as Kim Ki Bum
Kevin Ze:A as Kim Kevin
Kim Bum as Kim Sang Bum
Kai Exo as Kim Jong In
Sung Yeol Infinite as Lee Sung Yeol
Sung Jong Infinite as Lee Sung Jong
Kim Hanna (OC)
Genre : Thriller, Family, Friendship.
Bugh!
Sebuah
pukulan keras kembali melayang tepat di pipi kanan seorang pria berperawakan
tegap itu. Wajahnya sudah penuh dengan lebam dan darah akibat bogem mentah yang
dihadiahkan oleh sahabatnya sendiri. Entahlah, apakah ia masih pantas dianggap
sahabat setelah apa yang telah dilakukannya selama ini. Menghancurkan
sahabatnya sendiri, sampai ke titik terendah yang bahkan belum pernah ia
bayangkan.
“Keparat
kau Kim Kevin!!” pekik Kim Myung Soo berang. Dan sekali lagi bogem mentah
berhasil mendarat mulus diperutnya, tepat dilambungnya. Membuat pria bernama
Kim Kevin itu kembali terhuyung dalam usahanya untuk berdiri lagi.
***
Saham
perusahaan game terbesar di dunia, MouseLite Corp. terjun bebas pagi ini.
Menurut kabar yang beredar situs resmi perusahaan ini berhasil dibobol oleh
pihak tertentu. Akibat aksi pembobolan ini diperkirakan MouseLite merugi
miliaran juta dolar karena semua aktivitas dalam situs ini diberhentikan secara
total oleh pihak MosueLite untuk menghindari pembobolan lebih jauh. Kim Jong
Woon, pemiliknya yang menetap di Hongkong menyatakan pihaknya sedang berusaha
memperbaiki sistem keamanan dan akan mengusahakan agar situs game resmi
terbesar di dunia tersebut dapat beroperasi lagi secepatnya seperti sedia kala.
Sekian berita dari VOA, saya melaporkan langsung dari Washington DC.
‘Kalian
telah berhasil memberikan pukulan break*) terbaik kalian. Jadi, nikmati
saja permainan yang telah kalian ciptakan sendiri. Ku harap kalian akan bermain
sampai titik penghabisan.’ Batin Kim Myung Soo geram di depan TV 29’ yang
menanyangkan berita tentang tragedi yang menimpa perusahaan miliknya.
Suara
berita pagi itu berhasil menghentikan langkah seorang gadis yang baru saja
memasuki ruangan keluarga dimana pria itu tengah menonton degan tatapan marah.
“Myung-ie,
kau baik-baik saja, kan?” tanya gadis itu, Kim Han Na khawatir.
Raut
wajah sepupunya itu tidak terlihat baik-baik saja. Tangannya mengepal erat
menahan emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu. Buku-buku jarinya terlihat
memutih. Dengan segera Kim Han Na mengambil inisiatif, membawa kepalan tangan
Myung Soo kedalam dekapan tangannya sendiri. Mencoba menyadarkan sepupuhnya
itu, mengelus buku-buku jarinya pelan, penuh sayang sambil menggumamkan bahwa
semua akan baik-baik saja. Ia juga
mengusap pundak pria itu dengan penuh sayang, menghalau emosi yang
sedari tadi terlihat jelas dalam mata tajam pria itu.
***
Jam
dinding yang tertempel di dinding ruang kerja Kim Myung Soo sudah menunjukkan
pukul tiga dini hari saat pria itu asyik berkutat dengan kode-kode pemrograman
yang rumit. Tangannya menari cepat diatas keyboard PC-nya dan sesekali melirik
pada layar monitornya yang tak pernah ia matikan sejak pertama kali membelinya.
Hampir
seluruh ruangan ini terisi penuh oleh komputer-komputer yang dirakit menjadi
sebuah super komputer. Super komputer ini dirancang untuk mengolah data-data
program game online yang terdaftar dalam dunia maya dari seluruh penjuru dunia.
Sebenarnya
tidak semua jenis game online. Hanya ‘game’ yang benar-benar menggiurkan yang
diolah disini. Kau tau? Yah, judi online. Kebanyakan orang mengetahui bahwa
pusat dari game online ini ada di Hongkong. Tapi sebenarnya center yang
ada di Hongkong hanya mendapat sebuah data jadi, sedangkan data mentah yang
masih berupa bahasa pemrograman yang rumit diolah di Seoul, siapa lagi pemiliknya
kalau bukan Kim Myung Soo.
Center
yang terdapat di Hongkong berdiri atas nama Kim Jong Woon, sepupuhnya dari
pihak ibu. Sedangkan kim Hee Chul adalah sepupuhnya dari pihak ayah. Mereka
bertiga memang sudah sangat tergila-gila dengan pemrograman komputer sejak
duduk dibangku taman kanak-kanak. Mengerihkan.
Saat
Junior High School mereka bertiga mulai menjadi hacker dengan nama L
untuk Myung Soo, Jerome untuk Jong Woon dan Casey untuk Hee Chul. Mereka
menggunakan simbol tengkorak hitam dengan lambang tak hingga yang berada
dibawahnya. Lambang itu terkenal sebagai skull infinity. Saat itu mereka
berhasil membobol sebuah situs resmi pemerintahan Amerika dan membuat geger
hampir seluruh dunia karena rahasia negara adidaya itu hampir terbongkar semua.
Kalau kalian masih mengingat kejadian itu, wiky leak. Skull infinity
adalah pelaku utamanya. Melemahkan beberapa titik penting dan membiarkan hacker
lain melanjutkan sisanya.
Berbekal
pengalaman menjadi hacker hebat itulah mereka membangun sebuah
perusahaan game online dengan sistem keamanan yang ketat yang tidak dapat
ditembus oleh hacker terhebat didunia ini sekalipun, karena kenyataannya
hacker hebat itu adalah mereka sendiri, sang pemilik perusahaan.
Pengaman yang digunakan oleh perusahaan itu bersifat satu arah. Dengan kata
lain, hanya orang dalam saja yang dapat membuka beberapa poin penting dalam
program itu sehingga para hacker sulit untuk menyerang perusahaan game
terbesar itu.
Namun
semua itu hanya bertahan sampai akhir bulan lalu. Saat tiba-tiba Kim Myung Soo
mendapat telepon dipagi buta hari pertama bulan Februari, yang menyatakan bahwa
perusahaan mereka telah dibobol dan membuat saham mereka terjun bebas seperti
air hujan yang turun dari langit, lurus, jurus, menujam kebawah dengan cepat
tanpa halangan sedikit pun.
Wajah
kemerahan langit pagi sudah nampak saat suara dering ponsel Myung Soo menginterupsi.
Membuatnya mau tidak mau mengalihkan perhatiannya sejenak dari bahasa HTML yang
ada didepannya. Melepaskan kaca mata anti radiasinya, Myung Soo keluar dari
ruangan itu dan berjalan ke balkon rumahnya yang berangin untuk menjawab teleponya
disana.
“Kau
sudah menyelesaikan program pengaman barunya?”
tanya suara di seberang sana, Kim Jong Woon.
“Hemm,
hampir selesai. Saat sudah terbobol sekali, kemungkinan untuk dibobol lagi
sangat besar. Jadi aku mulai menulis code baru dari awal lagi,” ujarnya sambil
memijit tengkuknya yang terasa pegal.
“Separah
itukah? Akan ku pastikan orang yang telah menghancurkan sistem keamanan
kita membusuk di neraka,” geram Jong Woon lagi, laki-laki itu mendesah
keras.
“Tenang
saja, hyung! Karena membuat yang baru lebih mudah dari pada memperbaiki
yang sudah cacat, jadi aku melakukannya. Program yang kemarin ku anggap sampah
yang sudah tidak berguna lagi, jadi kubuang saja,”
Kim
Myung Soo menoleh kesamping ketika dirasakan sesuatu yang panas menempel di
pipinya.
“Eo.
Han Na-ya. Kau datang?” sapa Myung Soo pada Kim Han Na, sepupunya sebelum
melanjutkan pembicaraannya dengan Jong Woon.
“Ah,
ya. Ada Han Na disini. Kemarin Hee Chul hyung sudah menemukan rekaman cctv
miliknya yang ia tinggal di perusahaan dan kurasa hari ini kita sudah bisa
mengetahui siapa pelakunya.”
“aku
tidak sabar membunuh bedebah yang berani menghancurkan apa yang telah kita
miliki, lihat saja nanti.”
“Jangan
terlalu yakin kalau kau bisa membunuhnya, hyung. Aku mencurigai orang
terdekat kita,” Myung Soo memelankan suaranya dan melirik sedikit kearah Han
Na, mengambil cangkir yang berisi coklat hangat yang disodorkan padanya dari
tadi.
“Kuharap
bukan salah satu dari daftar orang kepercayaanmu, Myung-ie”
lirih Jong Woon.
“Hemm,
Kuharap juga begitu. Datanglah kesini secepatnya, hyung! Kita bunuh
bersama orang itu!” desis Myung Soo yang masih bisa didengar Han Na.
“Aku
yakin, sesaat setelah kita mengaktifkan situs itu lagi maka pelakunya akan
berusaha untuk membobolnya lagi. Bagaimanapun, pusat perputaran uang judi
online di dunia ada pada situs ini, jadi kemungkinan besar orang itu juga akan
muncul lagi.”
Gadis
itu sedikit terkejut mendengar kata-kata terakhir sepupuhnya yang tampan. Secara
reflek tangannya memukul kepala Myung Soo saat pria itu sudah mengakhiri
pembicaraannya dengan Jong Woon.
“Yak!
Kenapa memukulku? Sakit tahu!” semprot Myung Soo didepan wajah Han Na hingga
membuat gadis itu mundur beberapa
langkah.
“Kau
sendiri aneh! Dengan mudahnya berkata ingin membunuh orang seperti ingin
membunuh tikus saja,” bela Kim Han Na, adik Kim Hee Chul itu tak kalah keras.
“Sudahlah,
kau anak kecil tak tahu apa-apa. Lebih baik urusi saja urusanmu sendiri.” Ucap
Myung Soo sambil menepuk kepala Han Na, kemudian beranjak menuju ruang
kerjanya. Jika sudah masuk kedalam ruang itu, maka dapat dipastikan ia tidak
akan keluar lagi dalam waktu singkat.
“Yak!
Myung-ie! Mau kemana kau? Kau lupa hari ini harus mengajariku memasak,
eoh?”
Myung
Soo berbalik lagi seperti baru mengingat sesuatu. Menepuk keningnya sendiri dan
mendesah keras,
“Aish~
hampir saja lupa. Aku harus meneruskan pekerjaanku hari ini, atau perusahaan
gameku akan benar-benar mati. Kau kerjakan saja perintahku kemarin, 500 buah
wortel. Cukup kan?”
“Kau
ku beri kelonggaran waktu menjadi dua puluh menit karena aku butuh setidaknya
dua puluh menit untuk menyelesaikan pekerjaanku. Jadi, kuharap kau juga sudah
menyiapkan jus wortel untukku saat aku keluar nanti,” ucap Myung Soo panjang
lebar hingga membuat Han Na gelagapan untuk membalasnya. Setelahnya ia langsung
melangkah menuju ruang kerjanya.
“Yak!
Alien jelek! Kau pikir aku pembantumu, hah?!” protes Han Na yang masih dapat
didengar oleh Myung Soo sebelum menutup pintunya.
***
Sistem
pengaman yang baru sudah dipasang lagi. Setelah situs game online MouseLite
menghilang selama hampir 60 jam karena dibobol, akhirnya situs itu kembali
lagi. Baru lima menit dibuka saja sudah ada hampir dua juta orang yang
mengaksesnya. Untuk sistem keamanan kali ini Myung Soo membuat lebih detail
lagi. Setiap IP pengunjung situsnya akan langsung terdeteksi dan diawasi secara otomastis oleh sistem
sensor yang terpasang secara tersembunyi dalam situs itu.
Sebuah
led merah dalam komputer kontrol milik Myung Soo berkedip-kedip menandakan
seseorang berusaha membobol situsnya lagi. Myung Soo tersenyum miring, melirik
sebentar pada dua hyung-nya yang tengah duduk disampingnya.
“See?
Aku menemukan bedebah itu semudah ini,” ucap Myung Soo bangga.
“Segera
lacak alamat IP-nya!” teriak Hee Chul bersemangat pada Jong Woon.
Dengan
segera Jong Woon mengutak-atik komputer didepannya, menuliskan beberapa code
rumit dan bingo! Ketemu!
“Tunggu,
bukankah ini alamat IP perusahaan kita?” tanya Myung Soo tak percaya.
“Kurasa
juga alamat IP yang sama seperti yang digunakan pembobol kemarin. Ini
pasti orang yang sama. Ck, memalukan sekali! Dia bodoh atau apa?” gerutu Hee
Chul lagi.
“Sebentar!”
pekik Jong Woon tiba-tiba. Myung Soo dan Hee Chul menatapnya penuh minat.
“Bukankah
sistem keamanan kita terletak di ruang Controlling?” Myung Soo dan Hee
Chul mengangnguk membenarkan.
“Ada
berapa staff yang kau taruh disana?” selidik Jong Woon lagi, kali ini
pandangannya terfokus pada Myung Soo.
“Dua
bersaudara Kim, Kim Kevin dan Kim Sang Bum.” Jawab Myung Soo pelan.
“Hyung,
coba periksa rekaman cctv milikmu di ruangan Controling!”
Kali ini mata Jong Woon tertuju pada Hee Chul.
“Tanggal
31 Januari sampai tanggal 1 Februari.” Tambahnya lagi dan Hee Chul segera sibuk
mengotak-atik file-file rekaman cctv yang telah ia salin kedalam
laptop-nya.
“Kau
sudah berhasil mencegahnya?” kali ini Jong Woon bertanya pada Myung Soo yang
menambah kode-kode rumit pada programnya saat beberapa led merah lain kembali
hidup.
Kali
ini tidak hanya satu, tapi lima? Sepuluh? Ah~ sepertinya ini serangan masal.
Setidaknya ada lima belas titik IP yang mencoba menyerang dan membobol
sistem keamanan MouseLite. Myung Soo mulai menampakkan senyum miring
andalannya.
Ia
sudah memprediksikan ini akan terjadi. Bagaimanapun juga saat perusahaannmu menjadi
yang pertama maka hanya berarti satu, kau sendirian dipuncak sementara yang
lain mulai menggempur pertahananmu dari bawah. Tapi ini terlalu frontal.
Myung
Soo menghidupkan sistem pendeteksi otomatisnya. Sehingga setidaknya alamat-alamat
IP yang tertera disana dapat langsung terdeteksi secara otomatis. Myung
Soo diam saja, sementara programnya mulai bekerja. Mata elangnya berkilat-kilat
marah ketika mendapati beberapa nama perusahaan saingannya ikut ambil bagian
dalam serangan masal ini. Satu musuh bebuyutannya muncul, MonkeyLand. Bukankah
itu situs game resmi milik Lee bersaudara? Tangan Myung Soo terkepal erat,
wajahnya seketika merah padam menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya.
Jadi, mereka ingin melanjutkan permainan yang tertunda saat mereka duduk
dibangku Junior High School dulu? Baiklah!
“Brengsek!”
geram Myung Soo sambil menggebrak kasar meja yang ada dihadapannya membuat Hee
Chul yang sedang terfokus pada rekaman cctv-nya tersentak kaget dan
menggerutu tidak jelas.
Pembobol
yang melakukan aksinya beberapa hari kemarin cukup pintar. cctv yang
terletak disepanjang jalan menuju ruang controling dan ruang pemantauan cctv
terlihat hitam, seperti sengaja ditutup.
Untungnya,
Kim bersaudara tak pernah menaruh kepercayaan lebih dari 30% kepada orang lain
selain keluarganya sendiri, sekalipun orang tersebut masuk kedalam daftar orang
kepercayaannya. Mereka secara diam-diam menaruh sebuah kamera pengintai dengan
ukuran lensa tak lebih besar dari pensil yang mereka taruh diseleuruh sudut
perusahaan mereka tanpa terkecuali. Dan semua itu dikelola dibawah kendali Kim
Hee Chul, yang kesehariannya berprofesi sebagai Alkemis.
“Hyung!
Cari tahu yang mematikan cctv ruang controling. Kurasa kita akan
mengetahui pelakunya!” seru Myung Soo setelah dapat berpikir jernih.
Hee
Chul kembali melanjutkan pencariannya dan beberapa sasat kemudian muncul sebuah
wajah asing yang tidak dikenal. Ini jelas bukan pegawai MouseLite. Setelah itu
Hee Chul mencoba memperlihatkan rekaman diruang Controling. Hee Chul
mencoba memperbesar gambar video yang sudah berhasil ia pause dan terlihat
disana orang yang berjalan keruang rekaman tadi terlihat sedang mengotak-atik
program pada sistem keamanan dan diikuti oleh Kim Kevin dan Kim Sang Bum.
“Kim
Kevin, Kim Bum, kalian...” Myung Soo mendesis tak percaya.
“Bukankah
itu Kim Ki Bum? Si genius yang selalu berulah saat kita Junior High School
dulu?” ujar Jong Woon yang membuat Hee Chul membulatkan matanya tak percaya.
Tangan
Myung Soo mengepal erat siap menghantam tembok yang ada disampingnya, Jong Woon
yang menyadarinya langsung menyeret Myung Soo dan mengajak serta Hee Chul untuk
keluar setelah memastikan sistem keamanan baru yang dipasang pada situs mereka
dapat berfungsi dengan baik.
Sistem
itu bekerja seperti tangan besi Hitler, mematikan semua akses dan menghapus
semua jalur koneksi. Semacam melakukan penyerangan balik sehingga program pada IP
yang mencoba membobol situs MouseLite menjadi rusak, setelah itu sistem akan
merombak ulang kode pada situs-situs awal untuk kemudian dijadikan pengaman
lagi. Jadi semakin banyak yang mencoba membobol sistem ini maka semakin kuat
sistem tersebut.
***
“Hyung
siapkan anak buahmu! Malam ini kita bunuh sampah-sampah tak berguna itu!” mata
Myung Soo berkilat marah.
“Wo
wo wo... tenanglah adik, kau menakutkan sekali,” ujar Jong Woon sambil
terkekeh. Pria itu memang sedikit mempunyai kepribadian yang aneh. Disaat
keadaan genting seperti ini dia masih bisa tertawa dan makan dengan tenang.
“Han
Na-ya. Jus wortel buatanmu?” kali ini Jong Woon mengalihkan perhatiannya
pada gadis kecilnya. Gadis itu mengangguk antusias sambil menampilkan cengiran
lebar.
“Enak
kan, Oppa?” tanyanya bersemangat.
“Pasti.
Jika kelinci yang meminumnya!” tanggap Hee Chul sinis dibarengi tawa meledak
Jong Woon.
“Yak!
Kim Hee Chul!” teriak Hanna tepat ditelinga kakak laki-lakinya itu.
“Bocah!
Berapa usiamu? Tidak sopan! Kau sudah bosan bertemu dengan Cho Kyu Hyun-mu yang
tampan itu ternyata?” Kali ini Hee Chul mengancam.
“Jong
Woon-ah, kau punya snipper? Kurasa aku membutuhkannya,” lanjutnya
tanpa memperdulikan ekspresi Han Na yang berubah menjadi ngeri.
“Yak!
Oppa! Jangan bilang kau ingin membunuh hoobae-mu sendiri...”Jerit
Han Na ketakutan.
“Hoobae?”
Alis Jong Woon bertaut. Sepertinya dia baru menemukan satu titik terang disini.
“Hyung,
bukankah Kim Kevin dulu sekelas dengan Myung Soo? Dia... temanmu kan,
Myung-ie?” Myung Soo hanya mengangguk.
“Ck,
anak bodoh ini bersahabat baik dengan si brengsek itu,” ejek Hee Chul yang
membuat wajah Myung Soo bertambah muram.
“Haruskah
kita membunuhnya untukmu?” tawar Jong Woon. Myung Soo hanya menggeleng dan
selebihnya aura hitam segera menyelimutinya.
Hee
Chul merasa akan terjadi sesuatu yang besar sehingga ia menyuruh Han Na untuk
segera naik ke kamar Myung Soo, berlindung disana. Setidaknya ia tidak perlu
terlibat dalam pembicaraan pria yang tengah emosi.
“Aku
punya ide!” ujar Hee Chul kemudian sambil tersenyum misterius, menyeringai
lebih tepatnya.
***
Tiga
bersaudara Kim mendatangi sebuah club elite yang terletak di kawasan
Gangnam. Club tempat biasanyaa meraka dan teman-temannya berkumpul. Bau alkohol
dan dentuman musik yang memekakan telinga langsung menyambut ketika mereka
berdiri di pintu masuk. Ketiga pasang mata itu menyapu cepat keseluruh penjuru
club itu dan menemukan gerombolan dua Kim bersaudara, Kim Kevin dan Kim Sang
Bum sedang duduk disalah satu sudut ruangan itu. Seakan berbicara lewat mata,
Myung Soo, Jong Woon dan Hee Chul segera menghampiri mereka.
“Eo.
Myung Soo-ya? Kau datang?” sapa Kim Bum yang sudah terlihat mabuk.
Sedangkan Kevin masih sadar sepenuhnya. Ia merasakan aura gelap terpancar dari
wajah Myung Soo.
Myung
Soo hanya tersenyum miring dan mengambil duduk tepat disebelah Kevin. Sedangkan
Hee Chul disamping Kim Bum. Dan Jong Woon lebih memilih pergi ke ruang merokok
yang terletak dilantai dua tanpa mau mengetahui aksi kedua saudaranya yang
dianggapnya setengah gila itu. Ah, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
dirinya. Namun Jong Woon memiliki target lain, Kim Ki Bum si genius yang telah
menghancurkan bisnisnya dalam hitungan detik.
“Kim
Bum-ah, long time no see...”sapa Hee Chul dengan seringai
mengerihkan.
“Eoh,
Hyung... kau bertambah tampan,” kekeh Kim Bum disela cegukannya. Tanpa sepengetahuan
yang lain Hee Chul meneteskan cairan bening yang mengandung senyawa arsenik
kedalam minuman Kim Bum.
Myung
Soo terlihat berbincang sebentar dengan kevin dan mereka terlihat beranjak
untuk segera keluar.
“Hyung...”
pamitnya pada Hee Chul.
“Eo
pergilah dulu, nanti kususul,” ucap Hee Chul acuh sambil menyesap minuman
pesannya yang baru saja datang.
Myung
Soo mengangguk sekilas dan segera menyeret Kevin keluar.
“Kim
Bum-ah, bersulang,”ajak Hee Chul sambil mengangkat gelasnya
tinggi-tinggi.
Kim
Bum segera menurut, dan setelah bunyi denting gelas yang beradu diudara, Kim
Bum tanpa pikir panjang langsung meneguk isi gelasnya sampai tandas tak
bersisa.
“Good
boy, aku pergi dulu. Semoga kau selamat sampai di neraka,” desis Hee Chul
sambil lalu tak memperdulikan Kim Bum yang sedang meregang nyawa karena racun
yang terdapat pada minuman yang barusan ditelannya.
Hee
Chul mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan untuk Jong Woon.
‘Kau
dimana? Mau ikut berpesta bersama? Kim Bum baru saja mati, aku sudah
memastikannya sendiri. Ku tunggu kau disana saja, ya- Hee Chul’
‘‘Tidak.
Kau pergi saja duluan, aku ada urusan sendiri- Jong Woon’
Hee
Chul mengendikan bahunya tak peduli, kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya,
melajukannya dengan kecepatan penuh kesebuah tempat dimana pesta akan segera
dimulai. Sudah lama sejak terakhir kali dia mengikuti ‘pesta’ seperti ini. Yang
terakhir sudah hampir 5 tahun yang lalu saat ia liburan ke Jepang, di rumah
pamannya, Yamamoto Kajou, seorang Yakuza terkenal di Jepang.
Haruskah
ku keluarkan samurai hasil pemberian paman Kajou? Batin Hee Chul sambil
tersenyum seperti seorang psikopat.
***
“Kenapa
kau melakukan ini padaku? Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?” lirih
Myung Soo penuh penekanan. Giginya berkeratak menahan emosi.
Mereka,
Myung Soo dan Kevin kini telah tiba didepan sebuah bangunan tua yang sudah lama tak terpakai. Kevin tidak
menjawab dan memalingkan wajahnya kesamping, ke arah jendela.
“Apakah
harus menunggu kau melakukan sebuah kesalahan terlebih dahulu agar aku dapat
menghancurkanmu?” tanya Kevin skeptis. Dia sadar sepenuhnya bahwa perbuatanya
salah, tapi ia tak mempunyai jalan lain. Ia harus melakukan ini.
“Kau
pikir apa lagi yang kau tunggu saat kesempatan untuk menghancurkan lawanmu
terpampang didepan mata?” ejeknya lagi semakin membuat Myung Soo geram.
“Ku
pikir kita sahabat,” ucap Myung Soo lagi, lebih lirih. Ia sedang menekan
keinginan dalam hatinya untuk membunuh orang yang ada dihadapannya ini sekarang
juga.
Tawa
Kevin segera menggelegar dalam ruang sempit mobil Myung Soo.
“Sahabat?
Jadi selama ini kau menganggapku sahabatmu? Kau sungguh bertingkah seperti
perempuan saja,” cibir Kevin sekali lagi.
“Sahabat
hanya membuatmu lemah. Tak ada sahabat didunia ini, mereka semua musuh. Kau
juga adalah musuhku. Aku adalah musuhmu, kita diciptakan untuk bersaing. Kau
ingin bersahabat? Cih, menggelikan. Buang-buang waktu saja,”
Myung
Soo benar-benar sudah habis sabar. Sebenarnya sejak tadi Myung Soo mencoba
menghalau nafsunya untuk membunuh orang. Bagaimanapun ia telah berjanji sebagai
seorang pria kepada sepupuhnya yang cantik, Kim Han Na untuk tidak masuk lagi
kedalam lembah hitam seperti lima tahun yang lalu.
“Kupikir
harta, tahta bahkan kecerdasan tidak akan mengalahkan persahabatan. Tapi
ternyata aku salah. Tadinya ku pikir aku bisa memaafkanmu, tapi rasanya kau
lebih memilih jalanmu sendiri. Jangan salahkan aku jika aku berbuat begini,”
sembur Myung Soo murka dan langsung menyeret Kevin kedalam gedung tua tersebut.
Disana anak buah Jong Woon sudah menunggu.
***
Bugh!
Sebuah
pukulan keras kembali melayang tepat dipipi kanan seorang laki-laki
berperawakan tegap itu. Wajahnya sudah penuh dengan lebam dan darah akibat
bogem mentah yang dihadiahkan oleh sahabatnya sendiri. Entahlah, apakah ia
masih pantas dianggap sahabat setelah apa yang telah dilakukannya selama ini.
Menghancurkan sahabatnya sendiri, samapai ke titik terendah yang bahkan belum
pernah ia bayangkan.
“Keparat
kau Kim Kevin!!” pekik Kim Myung Soo berang. Dan sekali lagi bogem mentah
berhasil mendarat mulus diperutnya, tepat dilambungnya. Membuat lelaki bernama
Kim Kevin itu kembali terhuyung dalam usahanya untuk berdiri lagi.
Kim
Myung Soo, laki-laki dengan tatapan setajam elang itu kembali menghujamkan
tendangan terakhirnya, di wajah Kim Kevin tepat mengenai hidungnya. Sepertinya
hidung itu patah karena tak lama kemudian keluar darah dari sela-sela
lubangnya.
Malam
kian merangkak, dan gedung tua bekas tempat penyimpanan gandum milik keluarga
Kim itu menjadi saksi bisu betapa kepribadian Kim Myung Soo benar-benar
mengerihkan. Gedung tua tempat mereka berada sekarang terlihat gelap dan
lembab. Ada beberapa genangan air disana-sini. Gerimis yang berubah menjadi
hujan deras di luar terlihat dari jendela tua yang kacanya sudah buram dihajar
masa. Debu-debu tebal tampak menempel lekat disudut-sudut kaca jendela itu.
“Siapa
yang menyuruhmu melakukan semua ini, brengsek!!” teriak Kim Myung Soo lagi, ia
hampir saja melayangkan pukulannya lagi ketika sebuah tangan mengahalanginya.
“Sudahlah,
Myung Soo-ya tidak ada gunanya mengotori tanganmu untuk makhluk sampah
seperti dirinya. Kita pergi saja dari sini dan biarkan dia membusuk disini,”
ujar Kim Hee Chul sambil menarik lengan Myung Soo menjauhi tubuh Kevin yang
sudah lemah tak berdaya.
“Jong
In-ah, urus sampah ini. Jangan beri makan dan jangan biarkan dia kabur, arra?!”
perintah Kim Hee Chul pada Kim Jong In, anak buah Jong Woon. Jong In hanya
mengangguk dan menampakkan seringaian yang mengerikan pada tubuh lemah Kim
Kevin.
“Mati
kau, Kim Kevin!” desisnya pelan saat melihat Hee Chul dan Myung Soo sudah
keluar dari bangunan tua itu. Jong In ambil bagian untuk menendang tubuh Kevin
yang telah terkapar dilantai itu sekali lagi, tepat di tulang rusuknya hingga
menyebabkan darah segar keluar dari sela-sela bibir Kevin.
***
“Mana
Jong Woon hyung?” tanya Myung Soo ketika menyadari mereka hanya berdua
saja.
“Katanya
dia yang akan membereskan Ki Bum. Entahlah, aku tak pernah mengerti jalan
pikiran si kepala besar itu,” gerutu Hee Chul kesal.
Tak
lama setelah itu Hee Chul merasakan getaran ponsel yang berada di saku celana
kain yang ia kenankan. Ia merogoh
celananya untuk menjawab panggilan itu. Dahi Hee Chul berkerut samar, nomor
siapa? Pikirnya penasaran.
“Yeob...”
“Segera
datang kesini atau adik perempuannmu yang cantik ini akan bernasib sama seperti
Kim Bum!” desis suara diseberang sana.
Hee
Chul mendesis remeh. Gertakan semacam ini tak akan mempan untuknya. Ia tahu,
Han Na sudah berada di tempat yang aman, di rumah Kim Myung Soo yang dijaga
ketat dan tidak diketahui oleh banyak orang, sekalipun itu adalah orang
kepercayaan Myung Soo.
“Oppa!!”
Namun,
teriakan gadis diseberang sana membuat Hee Chul membeku seketika. Wajahnya
berubah pucat seketika. Itu adalah teriakan gadis kecilnya, adik kesayangannya.
Gadis yang akan ia lindungi dengan segenap jiwanya, karena hanya gadis itu yang
memahami cara berpikirnya yang aneh, bahkan ketika orang tuanya menganggap anak
lelakinya itu mengidap kelainan jiwa.
“Aku
menunggumu di dermaga Busan, kau harus segera tiba disini sebelum matahari
terbit. Ah, ya. Jangan lupa bawa Kevin kemari, atau wajah Kim Jong Woon dan Kim Han Na akan menjadi
sampul depan koran pagi esok hari,” dan sambungan telepon itu pun terputus
begitu saja.
“Ki
Bum, kau...” lirih Hee Chul menatap nanar layar ponselnya yang sudah padam itu.
“Hyung,
ada apa?” tanya Myung Soo was-was.
“Kita
ke Busan, sekarang! Seret bajingan itu untuk ikut kita.” Ucap Hee Chul tak
fokus.
“Busan?
Kenapa, Hyung? Ada apa sebenarnya?” Myung Soo mulai menampakan wajah
khawaturnya.
“Han
Na dan si kepala besar yang bodoh itu disekap oleh Ki Bum disana,” jelas Hee Chul
tak sabaran dan kembali melangkah memasuki gedung tua yang baru saja
ditinggalkannya itu.
***
Hee
Chul mengendarai mobilnya seperti orang kerasukan, tak tau aturan. Ia beberapa
kali menyalip dan menerobos lampu merah, hingga ia mendapatkan banyak makian
dari para pengguna jalan lainnya. Ia tak peduli dengan apapun sekarang. Yang
ada di otaknya hanya menyelamatkan Kim Han Na, menyelamatkan adik perempuan
satu-satunya.
Bagaimanapun
juga jarak antara Seoul-Busan bukanlah jarak yang pendek, yang bisa kau tempuh
dalam waktu satu atau dua jam, sedangkan ini sudah tengah malam. Ia harus
samapai disana sebelum fajar datang, atau adik kesayangannya itu akan mati.
Mati, iya mati! Ia tak mau hal itu terjadi pada adik kesayangannya.
“Apa
sebenarnya yang telah dilakukan si kepala besar bodoh itu? Kenapa keadaan jadi
berbalik seperti ini. Kenapa aku bisa mempunyai sepupuh sepolos dia,”
racau
Hee Chul tak karuan, sementara Myung Soo masih berpegangan erat pada kursinya
dengan wajah pucat. Ia mempunyai trauma karena sebuah kecelakaan yang terjadi
saat ia berusia tiga tahun.
Sedangkan
Kim Jong In dan Kim Kevin yang berada di bagian belakang diam saja tak berminat
ikut dalam ketegangan yang diciptakan oleh Kim Hee Chul.
Tanpa
sepengetahuan yang lain Kim Hee Chul mengelus snipper dalam saku jasnya,
yang ia peroleh dari Jong Woon kemarin.
***
Mobil
Porche warna hitam metalik itu tiba di dermaga pelabuhan Busan tepat
sebelum fajar pertama tiba. Kim Hee Chul langsung berhambur keluar dari
mobilnya tanpa memikirkan orang-orang yang datang bersamanya.
Di
pelabuhan itu ada sebuah gudang kosong didekat dermaga yang sudah lama tidak
dipakai, disanalah tempat Jong Woon dan Han Na disekap.
Hee
Chul melangkahkan kakinya lebar-lebar, nyaris berlari saat akan mencapai pintu
gudang tersebut. Dia tidak menyadari ada bahaya yang mengintainya.
Saat
ia sudah berhasil memegang handle pintu gudang tersebut, Hee Chul merasakan
sebuah hawa dingin menyergap tengkuknya yang terbuka. Dari kejauhan tampak
Myung Soo berjalan dengan mata berkilat angkuh sementara dibelakangnya terlihat
Jong In menyeret Kevin yang terlihat kepayahan berjalan.
“Kim
Ki Bum. Keluar kau, bajingan!” teriak Hee Chul murka di depan pintu.
Di
sudut ruagan itu terlihat dua orang yang tak lain adalah Jong Woon dan Han Na
dengan keadaan kaki dan tangan yang di ikat di kursi. Ada bekas darah dan lebam pada tubuh Jong Woon.
Sedangkan Han Na, sepertinya ia baik-baik saja. Hanya saja, pipinya terlihat
memerah dan ada darah disudut bibir gadis itu. dan jangan lupakan mata
coklatnya yang terlihat sembab.
Hee
Chul meradang seketika. Ia hampir saja menghampiri mereka ketika tiba-tiba saja
seorang datang menghalangi langkahnya. Sebuah pukulan tepat mengenai rahang
pria itu. ia mengerang sekilas, beberapa kejap kemudian seringain setan muncul
di wajah tampannya.
“Myung-ie,
ayo berpesta...” desis Hee Chul sambil menghujamkan tatapan tajam kepada
seorang pria yang baru saja memukulnya.
‘Sampah
tak berguna,’ batin Hee Chul dan langsung melayangkan serangan balik secara
membabi buta kepada pria yang baru memukulnya tadi.
Setelah
pria itu tumbang, secara mengejutkan muncul lebih banyak lagi pria lain sambil
membawa balok kayu. Hee Chul tak habis akal, dengan memberikan kode kepada Jong
In tak lama kemudian pasukannya datang memenuhi hampir seluruh gudang itu.
Seorang
yang sudah di tunggu-tunggu oleh Hee Chul akhirnya muncul juga, Kim Ki Bum, di
ikuti oleh dua bersaudara Lee, Lee Sung Yeol dan Lee Sung Jong yang membuat
Myung Soo menggeram dibelakang Hee Chul. Myung Soo reflek maju kedepan begitu
menemukan dua musuh bebuyutannya, dua bersaudara Lee berdiri di barisan
terdepan.
“Pulau
Monyet, jadi kalian berdua dalangnya?” suara
Myung Soo menggema memenuhi setiap sisi gudang tua itu.
“Tunggu
apa lagi? Serang!!!” titah Sung Yeol kepada anak buahnya.
Pertarungan
pun dimulai. Para anak buah mulai menyerang satu sama lain, mempertahankan
keselamatan para tuannya. Hingga satu persatu dari mereka tumbang tak bersisa. Kini
tinggal pertarungan inti antara Kim Myung Soo dan dua bersaudara Lee serta Kim
Ki Bum dan Kim Hee Chul.
Ki
Bum langsung mulai menyerang tanpa peringatan saat Hee Chul sedang lengah. Sementara Myung Soo mulai bertarung melawan
Sung Yeol, Sung Jong memilih mundur berdiri menonton dari kejauhan didekat
tempat Jong Woon dan Han Na berada.
“Brengsek,
kau Lee Sung Yeol!” umpat Myung Soo sambil memberikan bogem kearah Sung Yeol. Dengan
gesit Sung Yeol mengelak sehingga Myung Soo hanya memukul udara kosong.
Sung
Yeol mulai memberikan perlawanan. Mereka berdua terlihat saling memukul dan
menendang. Sesekali Sung Yeol berada di atas angin namun sesaat kemudian
keadaan berubah dan Myung Soo kembali menguasai perkelahian itu.
Saat
mengetahui keadaan Ki Bum yang sudah babak belur di hajar Hee Chul dan Sung
Yeol yang terlihat kepayahan melawan Myung Soo yang terlihat seperti orang
kerasukan dan mulai liar, Sung Jong berteriak lantang dan mengacungkan sebuah
pisau ke leher Han Na. Menggoreskan sedikit pada kulit leher gadis itu yang
terlihat putih bersih.
Hee
Chul langsung berdiri mematung mendengar jerit kesakitan adik perempuannya itu.
Rupanya Lee Sung Jong yang manja itu benar-benar cari mati.
“Hentikan!!
Atau pisau lipatku ini akan membuat sayatan yang lebih dalam pada leher mulus
adik perempuanmu ini!” bentak Sung Jong dengan suara bergetar, hampir
menyerupai cicitan.
Saat
itulah, Ki Bum dengan sisa-sisa tenaganya mengambil pisau lipat yang ia simpan
di balik jaket denimnya. Sebelum menyadari apa yang terjadi, pisau lipat itu
sudah bersarang di perut Hee Chul hingga membuat matanya membeliak, kaget
sekaligus menahan sakit.
Ki
Bum menyeringai melihat hasil kerjanya. Seperti hilang akal, Myung Soo langsung
menghajar Ki Bum tanpa ampun dan terakhir ia membanting tubuh Ki Bum hingga
terpental mengenai dinding. Tak lama berselang, darah segar keluar dari mulut
Ki Bum dan ia menghembuskan nyawanya begitu saja.
Myung
Soo harus bergerak cepat. Menghabisi semua bedebah yang tak berguna ini, dan
menyelamatkan keluarganya. Sung Yeol terlihat sedang berusaha bangun lagi,
namun entah dari mana terdengar bunyi letusan senjata api dan detik berikutnya
Lee Sung Yeol rubuh dengan luka tembak di punggung yang tembus hingga ke dada. Di
belakangnya berdiri Jong In, memegang snipper sambil tersenyum miring.
“Kerja
bagus, Jong In-ah!” sambut Myung Soo sambil tersenyum miring.
Merasa
semuanya usahanya selama ini akan sia-sia karena pihaknya sudah mati satu-persatu,
maka dengan sisa kekuatannya Kevin merebut senjata yang dibawa Jong In saat
pria berkulit gelap itu sedang lemah dan langsung menembak Jong In detik
berikutnya. Jong In jatuh menggelepar dengan mata membeliak.
Myung
Soo menatap nanar tubuh Jong In yang sudah tak bernyawa. Kini tinggal ia dan
Kevin.
“Seharusnya
ini hanya tentang aku dan kau, tapi aku tak menyangka akan mengorbankan orang
sebanyak ini, ck!” Kevin mencibir. Ia berjalan sempoyongan kearah Myung Soo.
“Bagaimana
ini? Terlalu banyak korban. Semua saudaraku sudah mati, tidak akan menyenangkan
jika aku merayakan kemalanganmu sendirian,”
“Eum,
sudah tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini, aku sebatang kara. Kurasa kata-katamu
saat Junior High School dulu memang benar, aku adalah anak yang malang dan
menyedihkan. Tidak pernah ada yang menganggap keberadaanku karena aku hanyalah
orang miskin. Lebih baik kita mati bersama-sama, bukankah kau bilang kita
bersahabat?”
Itu
bukanlah wajah Kim Kevin yang dikenal Myung Soo selama ini. Kevin yang ia kenal
mempunyai tatapan mata yang berbinar dan senyum sehangat mentari. Dia lebih
mirip seperti seorang psikopat.
“Masih
ada dua butir peluru disini, satu untukmu yang lainnya untukku. Aku sahabat
terbaikmu kan, Myung Soo-ya? Kau rasakan timah panas ini lebih dulu
ceritakan padaku bagaimana rasanya, jika ternyata seperti melayang di surga
dunia, aku akan ikut serta denganmu, terbang ke surga,” Kevin masih meracau
tidak jelas hingga tidak sadar Hee Chul telah menarik pelatuknya. Ia baru saja
teringat telah menyimpan snipper di balik saku jasnya.
Bunyi
letusan snipper membuat Han Na ngeri dan reflek memejamkan matanya erat.
Bagaimanapun juga ia tidak mau melihat nyawa melayang lagi. Sudah cukup
tontonan yang harus ia nikmati hari ini.
Tak
lama kemudian terdengar bunyi debum tubuh yang jatuh ke lantai disertai
lengkingan suara yang terdengar memekakan, sepertinya sangat dekat dengannya.
Saat
Han Na membuka matanya, ia menemukan Sung Jong tergeletak di bawah kakinya dengan
pisau yang menancap di dada sebelah kirinya, tepat di jantung. Tak jauh dari
kaki Myung Soo tergelatak mayat Kim Kevin dengan keadaan kepala pecah dan
mengeluarkan banyak darah.
“Itu
balasan karena sudah berani menganggu ketentraman keluargaku,” desis Hee Chul
susah payah.
Myung
Soo mengerjap sadar setelah beberapa detik otaknya mendadak kosong karena
melihat teman-temanya meregang nyawa tepat didepan matanya. Ia berjalan cepat
ke arah Han Na dan Jong Woon, melepas ikatan mereka dengan tangan gemetar.
Sesaat
setelah terbebas dari ikatannya, Han Na langsung berlari ke arah tubuh Hee chul
yang terlihat lemas karena luka tusukan di perutnya.
“Oppa!!
Kau harus bertahan, Oppa! Apapun yang terjadi kau tidak boleh
meninggalkanku sendirian, Kim Hee Chul!” !!” pekiknya histeris. Han Na menciumi
wajah kakaknya yang tersenyum dan mulai memejamkan matanya secara perlahan. Air
mata gadis itu rebak, menganak sungai saat mengetahui kesadaran kakak
laki-lakinya itu semakin menipis dan hilang.
END
Keterangan:
*) Pukulan
pembukaan yang dilakukan pada permainan bola sodok, yang dapat menentukan
taktik seperti apa yang akan dipasang selanjutnya oleh para pemain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar