Selasa, 04 Maret 2014

[KYUHYUN] Differential And Marriage



 Judul: Differential And Marriage
Author: @haanaa407
Cast: Marcus Cho
          Anne Kim
Disclaimer: Hola-hola!!! saya balik lagi bawa obrolan nista sambil ngupil antara kopel
                    paporite saya si Kim dan si Cho, hahaha XD. 
                    Em, maunya siih ini pemanasan sebelun saya nulis buat kado ultah Uri
                    Myung-ie tanggal 13 entar! ditunggu yak?! *ala pak Tarno*
                    Dan, udah sampun thelast, Happy Reading!!^^



“Hei!”
“Eoh? Hei,”
“Kau melamun, eh?”
“Em? Tidak, hanya sedikit...”
“Sedikit?”
“Yah, sedikit berpikir,”
“Tentang?”
“K...kau? yah, mungkin kau, hmm...”
“Aku?”
“Yah, begitulah,”
“Apa yang kau pikirkan tentangku?”
“Banyak,”
“Mau memberitahuku?”
“Kau tak akan marah?”
“Em...”
“Aku tidak akan memberitahukannya jika kau marah,”
“Beritahu dulu, baru kuputuskan akan marah atau tidak,”
“Tidak adil!”
“Jadi?”
“Aa.. akan kuberitahukan,”
“Oke! Tentang?”
“Sudah kubilang tentangmu,”
“Jadi?”
“Aku berpikir, kau makin bertambah tua. Kau marah?”
“Kenapa harus marah untuk sebuah fakta?”
“Kau benar.”
“Kau juga bertambah tua. Menua itu pasti bukan?”
“Emm, tapi aku belum setua dirimu,”
“Kau juga benar. Jadi, apa masalahnya?
“Aku mulai merasa khawatir,”
“Tentang?”
“Sudah kubilang, ini semua tentangmu,”
“Oh, baiklah. Jadi?”
“Kau semakin tua, setidaknya juga dewasa,”
“Yah, begitulah kenyataannya!”
“Aku khawatir. Setua ini dan kau masih belum menikah,”
“Aku pasti menikah,”
“Aku tahu, tapi kau bertambah tua setiap hari. Dan itu membuatku semakin khawatir,”
“Jadi, aku harus bagaimana?”
“Cepatlah menikah!”
“Baiklah, ayo menikah sekarang!”
“Kau bercanda?”
“Tentang apa?”
“Kau mengajakku menikah?”
“Tentu saja. Kau pikir siapa lagi orang yang ada disini yang bisa ku ajak menikah? Hanya ada kau disini,”
“Benar-benar tidak bisa dipercaya,”
“Kenapa? Kau tidak ingin menikah denganku?”
“Tentu saja mau...”
“Jadi? Tungu apa lagi?”
“Aku mau jika keadaanmu tidak seperti ini. Bukan, maksudku keadaan kita,”
“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”
“Baguslah, tetap pertahankan pandanganmu yang seperti itu!”
“Seperti itu? seperti apa?”
“Tidak mengerti jalan pikiranku,”
“Bukan itu, keadaanku yang seperti apa?”
“Keadaanmu yang, emm... bagaimana aku harus mengatakannya?”
“Katakan saja,”
“Kau tak marah?”
“Tsk!”
“Baiklah, hahahaha!”
“Jadi?”
“Yah, keadaan seperti sekarang ini. Dimana kau terlalu berkilau untuk bersanding denganku, mungkin? Yah, seperti itu.”
“Berkilau? Aku tidak menggunakan lampu atau semacamnya yang kulekatkan ditubuhku,”
“Aku tahu. Hanya saja, aku dan kau terlalu jauh,”
“Aku disini. Didekatmu, tak ada satu meter,”
“Harusnya kau tau apa maksudku,”
“Oh, baiklah. Itu mulai membosankan. Tapi bukankah kau mencintaiku?”
“Yah. Tentu saja,”
“Kenapa tidak mau menikah denganku?”
“Terlalu banyak perbedaan diantara kita,”
“Bukankah berbeda itu indah?”
“Ah, itu hanya teori!”
“Bukankah kita bisa saling melengkapi?”
“Apakah dua hal yang berbeda bisa selalu saling melengkapi?”
“Tentu saja!”
“Kau yakin?”
“Sangat!”
“Jadi, apakah kaki sapi yang hilang bisa dilengkapi menggunakan kaki jerapah?”
“Perumpamaan macam apa itu? tentu saja tidak bisa!”
“Itu. itu point-nya! Segala hal yang berbeda tidak akan bisa saling melengkapi. Hanya sesuatu yang sejenis saja yang bisa saling melengkapi. Seperti teori gembok dan kunci yang digunakan pada enzim.”
“Jadi kau ingin aku menikah dengan orang yang sejenis denganku, begitu? Sesama pria?”
“Bukan, hanya saja orang yang, yah tepat untukmu. Seperti itu,”
“Kau pikir kau bukan orang yang tepat?”
“Bukankah tadi sudah ku katakan, banyak perbedaan antara kita,”
“Aku tidak peduli,”
“Tapi aku peduli,”
“Dan kau mencintaiku,”
“Kau benar!”
“Kau ingin melihat orang yang kau cintai menikah dengan orang lain?”
“Kalau itu membuatmu bahagia, kenapa tidak?”
“Kau bodoh! Terlalu naif,”
“Ah, itulah aku!”
“Aku hanya akan bahagia jika itu kau,”
“Tapi kita berbeda,”
“Peduli setan tentang perbedaan,”
“Menikahlah, dan hidup dengan bahagia. Maka aku akan bahagia untukmu,”
“Sementara kau menderita?”
“Sudah kubilang, aku bahagia jika kau bahagia,”
“Sudah kubilang. Aku hanya akan bahagia jika itu kau!”
“Aku tahu,”
“Jadi?”
“Carilah wanita yang sepadan denganmu, yang tidak memiliki perbedaan se-ekstreme diriku, dan kau akan bahagia.”
“Ini soal hati, aku hanya mau denganmu,”
“Mengertilah, aku tidak bisa,”
“Aku juga memohon pengertianmu. Aku juga tidak bisa jika bukan kau!”
“Jangan keras kepala, Marcus!”
“Kuharap kau juga seperti itu, Anne!”
“Jadi? Kau akan menikah bukan?”
“Tentu saja, tapi denganmu!”
“Ayolah, Marc!”
“Ayo cari gaun pengantin untukmu!”
“Kau, Keras kepala!”
“Aku tidak peduli,”
“Ah, Sudahlah!”

_END_


ps: ide dari obrolan upil ini kudapetin pas lagi naek kereta *jugijagijug* bahaaa udah mirip JK Rowling kan ye, tempat nemuin idenya? yah, anggep aja nyicil, siapa tahu. entah siapa saya juga kaga tau nasib tulisan saya bisa kaya nopel heri poter *ini ngarepnya keterlaluan, kurang ajar, tapi pede XD hahahasudahlah, yang penting saya nodong repiu aja lah, syalalala yeyeyeye :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar