Ini adalah kisah cintaku. Kisah cinta yang takkan pernah terucap dadri mulutku dan takkan pernah pula ia dengar.
Matahari di taman sekolah Ostrich sudah meninggi, tapi aku tetap setia menunggunya disini, ditempat ini. Menunggu dia yang takkan pernah datang. Kemarin Helga berkata padaku, bahwa Pedro menungguku ditaman ini.
Tiga jam sudah aku menunggu, dan menunggu. Tapi, yang kutunggu tak kunjung tiba. Kesabaran orang ada batasnya. Itulah sebuah kata yang kutemukan dari sebuah novel yang pernah kubaca. Kupikir, pastilah Pedro sedang dalam perjalanan, tak tahu seberapa jauh jarak yang ia tempuh hingga tiga jam tak kelihatan batang hidungnya.
Dan akhirnya inilah batas kesabaranku. Dari matahari belum nampak sampai pulang kembali keperaduan, Pedro tak kunjung datang. Lalu dengan perasaan berkecamuk, kukutuki diriku yang setia menunggunya hingga matahari terbenam.
Inilah
seribu ketololan yang masih kupelihara, percaya pada Helga. Ternyata
Helga hanya membohongiku. Dan aku? Aku dengan mudah percaya dengan
bualan Helga! Ohh... LOSERRRRRR!!!!
ooo000ooo
Pagi-pagi di asrama anak perempuan Ostrich di gemparkan berita, bahwa
Helga telah kencan dengan Pedro. Sehari penuh! Kemarin! Dan aku? Aku,
Chechile, sahabatnya sendiri dibiarkan duduk sendiri di taman, seperti
anak idiot menunggu bulan jatuh ke bumi.
Sekali lagi dengan senyum manis aspartam berbahaya, ku hampiri helga
di toilet anak perempuan. Kusapa diadengan senyum senyawa kimia
berbahaya itu. Ingin rasanya kucekik lehernya, hingga putus urat
nadinya. Heh, tapi demi persahabatn,kujadikan pemanis kimia berbahaya
itu menjadi sukrosa yang menyenangkan.
Suaraku hampir tercekat di tenggorokkan, tapi kupaksakan untuk tetap
bersuara, hingga yang terdengar suara mengerihkan, seperti bukan
suaraku.
“Hai, Helga? Ku dengar kemarin kau kencan dengan Pedro, ya?” Kataku memulai.
“Ya, seperti yang kau ketahui!” Jawabnya.
Sepertinya ada monster dalam dadaku yang siap untuk menerkam Helga.
Mencabik-cabiknya, hingga tak berbentuk, seperti daging cincang.
“Kau tahu? Kemarian aku menghabiskan waktu seharian di taman. Kau tahu? Aku seperti anak idiot!” Pancingku lagi.
Helga terlihat sedikit brpikir. Tapi sebelum kata-kata terucap dari mulutnya, kuputuskan untuk meninggalkan toilet.
ooo000ooo
Bagaimana tidak aku tidak marah. Helga selama ini tahu, aku sering
memperhatikan Pedro. Ia pun juga tahu, Pedro juga sering
memperhatikanku. Tapi, dengan wabayi tak berdosanya, ia mengajak Pedro
kencan seharian, dan melupakan aku! Membiarkan aku menunggu seharian di
taman.
Helga tahu semua tentang Pedro dariku. Karna apa? Aku yang sering
memperhatikan Pedro, bukan dia! Inikah sahabat? Menusuk dari belakang?
Hah... Aku tak percaya!!!
Dengan monster yang masih mengaum dalam dada, ku ikuti pelajaran
Sejarah Ostrich tanpa minat sedikitpun. Semua ini gara-gara Helga!!!
Dan pelajaran Sejarah Ostrich yang biasanya sangat menarik perhatianku
pun, saat ini bagaikan lingkaran setan yang tak berujung. Tiba-tiba
kepalaku terasa pusing, dan aku merasakan ada kain hitam pekat yang
menghalangi pandanganku, dan aku takm ingat apa-apa lagi.
ooo000ooo
Dan setelah kegelapan total yang kurasakan, kini aku merasa berada di
ruangan yang lebih terang dengan bau obat-obatan yang menyengat. Yah.
Aku berada di Rumah Sakit Sekolah. Terlihat Bu Evans, wali kelasku,
duduk di tepi ranjangku.
“Kau tak apa, Chechile?” tanya bu Evans, cemas. Aku hanya tersenyum pahit.
“Kau sedang memikirkan sesuatu? Kau ada masalah? Ceritakan padaku.”
Tanyanya lembut. Dan lagi, aku hanya menggeleng. Aku terpaksa berbohong,
karna aku tak mau ini bertambah panjang.
“Apa kau merasa lebih baik, sekarang?” Dan aku hanya mengangguk.
“ Okey, kau boleh kembali mengikuti pelajaran kembali atau beristirahat disini kalau kau mau.” Sarannya bijak.
“Saya sudah merasa lebih baik, saya kira saya akan mengikuti pelajaran selanjutnya.” Ucapku
“Baiklah, kalau itu yang kau mau.” Ucapnya lagi.
“ Sepertinya waktu istirahat telah tiba, apa kau mau ku ambilkan sesuatu?” Tawarnya.
“Tidak. Terimakasih. Saya harus mengambil kiriman bulanan saya di kantor pos.” Jawabku segera.
“Oh... Baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan. Jika kau butuh
bantuan, panggil Snevilus untuk membantumu membawakan barangmu.” Tawar
beliau lagi sambil membantuku bangun dari tempat tidur.
“Terimakasih, tapi saya bisa membawanya sendiri.” Ucapku.
ooo000ooo
Akhirnya aku pergi ke kantor pos sekolah, untuk mengambil kiriman
bulanan dari orangtuaku. Untuk sampai ke kantor pos, aku harus melewati
perpustakaan sekolah, karna kantor posnya terletak di seberang
Perpustakaan sekolah. Dan tahukah teman? Aku melihat Pedro di sana, di
dalam perpus. Ia juga melihatku. Dan, ia tersenyum padaku! Manis sekali.
Sesaat, ingin ku balas senyum itu, tapi ku lihat Helga menghampirinya
dari belakang. Jadi, kuputuskan untuk melanjutkan perjalananku tanpa
membalas senyum itu.
ooo000ooo
Heh, dan akhirnya malam yang tak ingin kupijak datang juga. Seperti
biasa, Helga dengan lagaknya yang sok manis datang menghampiri
ranjangku.
“Chechile, kau tak apa?” Tanyanya berlagak cemas.
Sungguh, ini sangat memuakkan!! Aku hanya tersenyum kecut dan melungsurkan diriku dalam selimutku.
“Chechile, kau marah padaku?” Tanyanya.
“Aku tau kau marah padaku!” Suaranya mulai bergetar. Tapi tak kuhiraukan. Aku sudah lelah dengan semua kejadian tadi siang.
“Chechile, dengarkan aku! Chechile, kumohon!” Pintanya. Dan suaranya makin bergetar hebat.
“Heh, apa? Aku harus mendengarkan apa? Aku sudah terlalu mengantuk
untuk mendengarkan curhatanmu! Lebih baik besok saja!” kataku tak acuh,
sambil merapatkan selimut. Mungkin ini terdengar sedikit jahat, tapi,
mau bagaimana lagi?
Tahu bahwa usahanya sia-sia, Helga bergerak menjauhi ranjangku, menuju
keranjangnya sendiri. Dan sesaat kudengar ia terisak dalam bantalnya.
Ada sedikit sesal dalam hatiku, tapi setan segera datang dan
membisikiku. Tangis buaya! Ia membiarkanmu menunggu Pedroseharian, Tapi
dia malah mengajak Pedro kencan! Tapi semua pikiran jahat itu segera ku
halau dari otakku, dan ku biarkan pikiranku kosong dengan sendirinya,
dan akhirnya ku terlelap dalam tidurku.
Ooo000ooo
Dan akhirnya, setelah malam yang serasa begitu panjang bagi Helga, dan
terasa singkat bagiku, pagi pun datang. Seperti dugaanku, Helga langsung
menghampiriku, setelah sarapan.
“Chechile, aku mau bicara denganmu, bisa?” Tanyanya pelan.
“ Sorry tapi aku harus kekelas. Aku tak mau terlambat pada jam pak Janskien.” Kataku terburu.
“ Okey. Kalau begitu makan siang. Aku akan menemuimu makan siang nanti.” Ucapnya.
“Terserah” Ucapku tak peduli.
Dan aku segera bergegas masuk kelas.
ooo000ooo
Aku tahu, aku tak bisa selamanya menghindari Helga. Jadi kuputuskan, saat makan siang nanti akan kutuntaskan semua masalah ini.
Dan waktu makan siang pun datang. Helga yang sudah tak tahan lagi, langsung duduk mendekatiku.
“Chechile! Sory! Aku tak bermaksud.. Kemarin aku sedang menunggu
Arnold di cafe, tapi dia tidak datang. Lalu aku melihat Pedro, dan dia
cuma ngobrol ringan denganku. Ini tak seperti apa yang kau dengar dari
anak-anak.” Jelasnya.
“Lalu, apa tujuanmu menceritakan itu padaku? Apa untungnya bagiku?” Ucapku tak acuh.
“Ayolah, Chechile. Aku tahu kau suka Pedro..” Ucapnya lagi.
“Lalu kenapa? Apa urusannya denganmu?” Aku semakin tak acuh.
“Pedro bilang, ia juga suka padamu!” katanya dengan wajah menjilat.
“Ya, dan kau tahu itu, bukan?” kataku lagi
“Ya, dan dia bilang padaku, bahwa dia ingin menemuimu dan mengatakannya
padamu, nanti setelah jam pelajaran usai.” Katanya lagi.
“Dan dai menunggumu di taman sekolah, sore ini.” Tambahnya.
“Haruskah?” Kataku santai, lalu meneguk jus jerukku.
“Ku mohon, plis....” pintanya dengan mata berair.
“Okey, nanti sore, jam lima. Ini kesempatan terakhirmu! Jangan
coba-coba hilangkan kepercayaanku padamu, kalau kau masih menganggap aku
sahabatmu.” Dan kuberikan sedikit tekanan pada kalimat terakhirku.
ooo000ooo
Sebelum bertemu dengan Pedro, aku naik ke kamarku dulu untuk
meletakkan tas sekolahku yang penuh dengan buku tebal dan tugas-tugas
dari guruku. Tak sengaja aku menemukan buku diary milik Helga. Tiba-tiba
ada perasaan ingin tahu menggelitik hatiku. Perlahan kubuka buku itu
dan ku baca halaman demi halaman. Halaman awal masih berkisah kejadian
sehari-hari yang Helga dan aku alami. Tapi semakin kedalam aku tahu isi
hati Helga yang ternyata selama ini dia menyimpan perasaan yang sama
sepertiku. Bagaikan mendengar nyanyian dari Dewa kematian yang
mengerihkan, ternyata Helga telah lebih dulu menyukai Pedro. Dan aku?
Aku hanya jadi benalu dalam kisah cintanya.
Akhirnya aku menemui Pedro di bangku taman sekolah tepat jam lima
sore. Dan ternyata benar, Pedro mengungkapkan perasaannya padaku. Kini
aku dalam dilema. Akhirnya ku gantungkan jawaban cintaku untuk Pedro
sampai sebulan kedepan. Dan sementara itu aku terus membaca diary Helga,
tanpa sepengetahuannya, tentunya.
Oh.. Chechile, foolish girl!!! Bisik setan dalam hatiku. Kenapa kau tak
langsung menerima Pedro? Kau menginginkannya sejak dulu, bukan? Ayo,
tunggu apa lagi? Jangan hiraukan Helga!! Dia hanya akan menjadi benalu
cintamu!!
'Hah.. Bisikkan setan!' Begitu pikirku. Tapi menggiurkan juga. Ah... sudahlah!!
Semakin kubaca diary itu semakin aku yakin bahwa aku harus melepaskan
Pedro untuk Helga. Dan kulihat mereka juga sudah akrab sejak aku belum
ada disini.
ooo000ooo
Dan setelah sebulan akhirnya dengan berat hati kulepas Pedro untuk Helga.
“Pedro,sory! Mungkin sudah terlalu lama kau menunggu ini. Tapi aku
benar-benar bingung harus bagaimana. Setelah sebulan ini, aku sadar
bahwa ternyata rasa sukaku padamu hanya sebatas obsesi. Diluar sana ada
Helga yang setia menunggumu, sejak kalian masih kecil. Jadi, sory! Aku
tak ingin merusak persahabatanku dengan Helga.” Kataku panjang lebar,
sebelum pedro sempat berkata apa-apa.
Mungkin ini terlihat kejam. Aku menggantung jawaban selama sebulan
penuh, dan setelah itu kutolak dia, dengan alasan yang mungkin menurut
sebagian orang tak masuk akal. Dan ada setitik perasaan lega dalam
hatiku, karna telah menolak cinta Pedro. Tapi, aku juga merasa ada
sesuatu yang hilang dari hatiku. Ya. Aku kehilangan cinta Pedro.
ooo000ooo
Dan setelah itu, atas saranku, Pedro mencoba mendekati Helga lagi. Ya.
Seperti dulu, sebelum aku masuk ke asrama Ostrich ini. Dan tepat saat
akhir tahun pelajaran, Helga dan Pedro telah menjadi sepasang kekasih.
Dan aku? Aku hanya bisa tersenyum. Pahit. Pahit sekali, hingga aku ingin
cepat-cepat bangun dari mimpi burukku ini. Tapi ini memang nyata. Ini
kenyataan. Inilah resiko yang harus aku terima dari keputusan yang ku
ambil.
Dan aaku bahagia untukmu, sahabatku.......
ooo000ooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar