Title : Bad
Day or Birth Day?
Author: Tyan
Hardiana
Genre :
Romance, Friendship.
Main Cast
: - Lee Hyuk Jae – Han Na Ra (OC)
Other Cast
: Find it by your self!
Disclaimer
: FF pertama dengan Cast Monyet Gunung
Lee Hyuk Jae! Omegat~ ini bener-bener diluar skenario. Tadinya ini ga niat
dibuat FF, tadinya cuma mau kubuat percakapan ga jelas bin ga penting seperti
Marc-Morl Couple, tapi karena kepanjangan akhirnya terciptalah ficlet nista
ini. Mungkin ada beberapa karakter yang OOC, yaudinlah ya~ namanya juga lagi
belajar, toh ini juga cerita-cerita saya, terserah dong karakternya mau dibuat
kaya gimana juga! *mulai songong #plok :D * and the last, Typo bertebaran
dimana-mana. Alur mungkin mainstream dan ketebak, tapi kalian tetep kudu baca!
#edisimaksa. Dan akhirnya, last of the last, Happy Reading, guys ^^
***
“Hei,
Nona Lee!” Aku berteriak memanggil seorang gadis yang tengah bergelung dibalik
selimut coklat berbulu kesayangannya.
“Eoh.
Kau datang, Oppa?” dia mengerjapkan matanya, mengusapnya beberapa kali
hingga benar-benar sadar sepenuhnya. Aku mengangguk sambil melempar senyum
lebar kearahnya. Wajah polos khas bangun tidurnya itu membuatku gemas ingin
menciumnya! Oh, Tuhan. Ini godaan yang sangat menyenangkan!
“Ada
apa dengan wajahmu? Kenapa tersenyum selebar itu?” pertanyaannya membuatku
memberengut tidak suka.
“Kau
tidak punya TV dirumah, ya?” tanyaku ketus. Membuat fantasiku tentang dirinya
menguap seketika. Kenapa gadis ini begitu apatis. Tidak mengerti keadaan
sekitarnya, termasuk aku! Haish~ jinjja!
“Hah?
Memangnya Kau menjual TV kita, eh?” tanggapnya bingung.
“Gadis
bodoh! Kenapa kau begini polos?” umpatku tepat didepan mukanya.
“Kalau
kau lupa, biar ku ingatkan. Tadi kau bilang tidak punya...”
“Yak,
bodoh!” aku langsung memotong kata-katanya yang super tidak penting itu. Gadis
ini benar-benar menguji kesabaranku!
“Kenapa
jadi membentakku, Monyet Gunung!” Aku membolakan mataku tidak percaya. Apa dia
bilang? Monyet gunung, eh?
“Kenapa
mengolokku, Semut!” semburku lagi.
“Siapa
yang kau panggil Semut?” dia bangkit dari duduk nyamannya, berdiri menyamaiku.
“Tentu
saja, Kau. Siapa lagi?” tukasku menantang.
“Playboy
jelek!” dia berteriak tepat didepan mukaku. Ingat, didepan mukaku!
“Tidak
ada Playboy jelek, sayang. Hanya Bobo saja yang jelek!” ucapku sedikit
merendahkan nada bicaraku, aku lelah jika harus berdebat hanya karena masalah
sesepele ini. Aku baru saja pulang dan ingin segera istirahat.
“Kenapa
sekarang kau membicarakan Playboy dan Bobo. Apa hubungannya?” dia
menuntut lagi. Wajahnya mendekat kearahku, menunjukkan rasa ingin tahu yang
maha besar.
“Tidak
tahu. Sepertinya kemarin ada orang yang berbicara seperti itu,” ujarku cuek.
“Jangan
membuatku berpikir untuk membawamu bertemu seorang psikiater, Tuan Lee!” dia
mendesis dengan tatapan mengancam, merasa tidak puas dengan jawabanku.
“Apa
maksudmu, Kutu buku kelaparan? Kenapa kau jadi sensitif begini? Kau sedang PMS,
ya?” aku malah menggodanya sekarang. Ya Tuhan, ini akan menjadi ronde yang
sangat panjang.
“Yak!
Monyet yadong! Kenapa kau bertanya se-vulgar itu?” ia memekik histeris
mendengar pertanyaanku. Kenapa se-berlebihan itu, sih?
“Bagian
mana yang terlihat vulgar dari petanyaanku, eoh?” aku memancingnya lagi,
mengulum senyum didalam hati.
“Kau
memang begitu, Hyuk! Mulutmu itu terlalu polos untuk ukuran seorang Playboy!”
Aku menggersah keras. Aku sungguh benci dengan sebutan yang satu itu.
“Kenapa
terus menyebutku Playboy? Apakah kau pernah melihatku berhubungan dengan
banyak wanita dalam waktu bersamaan?” tanyaku dengan nada serius.
“Kau
pasti berniat untuk melakukannya!” jawab gadis tengik ini begitu gampangnya.
“Bukankah
secara tidak langsung kau mengatakan bahwa aku tidak melakukannya? Aku bukan Playboy,
sayang!” Aku memamerkan senyum congkak penuh kemenangan.
“Ah,
terserahlah! Aku lapar, mau makan.” Hei, jawaban macam apa itu? kenapa dia
mengabaikanku begini? Tidak seru!
“Hey,
jangan pergi dulu, sayang!” cegahku, cepat. Terlalu cepat kurasa.
“Apa
lagi?” dia menoleh malas kearahku.
“Aku
mau menunjukkan ini padamu,” ku sorongkan sebuah piala langsing yang terbuat
dari kaca kehadapannya. Ah, dan jangan lupakan senyum manis nan memesona dariku
sebagai bonusnya!
“Apa?
Oh, penghargaan lagi, ya?” tanggapannya dari tadi tidak pernah membuatku merasa
puas. Gadis ini...
“Hanya
itu?” Aku menaikkan satu alisku.
“Selamat.”
Ucapnya sambil lalu.
“Itu
saja?”
“Kau
ingin aku bagaimana? Bukankah kau sering mendapatkan yang seperti ini?” ucapnya
tidak sabaran.
“Ah,
kau benar.”
“Kau
tidak perlu memamerkan dan menciumnya
sampai seperti itu,” ucapnya datar. Aku tertohok.
“Kau
melihat foto itu, ya? Maaf. Ku rasa aku terlalu bersemangat kemarin,” sesalku.
Aku merasa begini konyol sekarang.
“Tak
masalah. Aku pergi makan dulu.” Na Ra berlalu begitu saja dari hadapanku, tanpa
menoleh lagi.
Gadis
itu benar. Yah, dia memang selalu benar dimataku apapun yang ia lakukan
terhadapku. Termasuk yang satu ini, saat ia mengabaikan kerja kerasku. Kerja
keras yang kubayar dengan sebuah pengorbanan besar, yang berpotensi membuatku
tidak dapat bertemu dengannya dalam waktu lama. Aku meninggalkannya selama dua
minggu untuk persiapan comeback bersama subgrup-ku di China. Saat itu
aku tak sempat memberi kabar padanya. Sebagai seorang lead dancer tentu
saja aku akan mejadi lebih sibuk dari pada teman-temanku yang lain. Harusnya
dia memaklumi itu. Tapi aku sadar, dia hanya wanita. Hanya butuh dimengerti
tanpa mau mengertiku. Sial!
***
Sejak
kejadian siang tadi mood-ku jadi hancur. Aku malas berada dirumah dan lebih
memilih kembali ke dorm untuk persiapan comeback di Korea besok. Aku
hanya bermalas-malasan sepanjang hari bersama Choco. Dia lebih pengertian
daripada Na Ra. Sial, bahkan aku sudah membanding-bandingkan gadis itu dengan
peliharaanku! Apakah aku begitu merindukannya hingga menyeretnya masuk kedalam
perdebatan batinku lagi? Ah, sudahlah! Lupakan dia, Hyuk!
“Ya~ Lee Hyuk Jae! Ada Apa dengan wajahmu?” Dong
Hae menghampiriku, duduk disisiku. Dia memainkan bulu-bulu coklat milik Choco.
“Tidak
apa-apa, Hae. Hanya sedang tidak mood.” Ucapku seadanya. Aku memfokuskan
tatapanku pada layar kaca yang tengah menampilkan acara reality show
milik setan tengil, maknae kesayangan kami, Radio Star. Dia kelewat
narsis hingga mewajibkan semua orang yang berada di dorm menonton tayangan itu
saat waktunya tiba.
“Sejak
kapan seekor ikan teri memiliki mood?” nah, baru saja aku
membicarakannya, sekarang dia sudah berulah. Sialan kau, Cho Kyu Hyun!
“Yak!
Setan tengil!” jeritku murka.
“Hahaha.
Biarkan saja, Hyuk. Kyu Hyun memang
seperti itu. Abaikan dia!” Dong Hae mencoba menengahi. Terkadang ia terlihat
dewasa disaat-saat tertentu.
“Apa
kau mau mengabaikanku sebagai bentuk balas dendam karena diabaikan oleh Na Ra, Hyung?”
Kenapa
ada makhluk dengan mulut setajam dia, Tuhan? Kalau aku boleh memohon, tolong
lenyapkan lidah tajamnya itu, Tuhan! Aku muak dengan lidahnya!
“Terkadang
otakmu bekerja lebih lambat daripada mulutmu, Kyu! Jangan membuatku semakin
ingin melempar PSP ini ke closet!” geramku melemparkan tatapan horor
kearahnya sambil menyorongkan PSP kesayangannya.
“Kau
mengancamku, Hyuk?” Kyu Hyun terlihat bersiap untuk berdiri. Ia sudah mulai
mengabaikan tontonan maha pentingnya itu.
“Kenapa
jadi kalian berdua yang ribut, heh?” Dong Hae menggeleng-geleng frustasi,
meninggalkan kami berdua dalam kebisuan yang mencekam.
***
“Na
Ra-ya...” Aku kembali mendekati gadisku lagi, setelah kejadian
menyebalkan beberapa hari lalu.
“Hmm,”
dia hanya berdehem. Menjawab seadanya, menoleh kearahku pun tidak.
“Kau
masih dalam masa itu, ya?” tanyaku hati-hati.
“Masa
apa?” dia menoleh kearahku kali ini, terlihat bingung.
“PMS?”
ucapku takut-takut.
“Tidak.”
Jawabnya pendek. Aku mendesah lega.
“Lalu
kenapa begini acuh padaku?” Tuhan, mulutku memang tidak bisa dikendalikan kalau
sudah menyangkut gadis yang satu ini. Aku harus berbaikan dengannya hari ini.
Aku tidak mau disaat hari ulang tahunku tidak mendapatkan ucapan selamat
beserta hal-hal manis lain yang mengekor dibelakangnya.
“Aku
peduli padamu. Itu hanya perasaanmu saja,” dia masih berkutat dengan novel
tebalnya. Sesekali membenarkan letak kacamatanya.
“Yah,
mungkin begitu.” Aku tidak mendebatnya lagi, atau ini akan terasa semakin runyam.
Aku
melempar pandanganku kesekeliling kamar. Tak banyak benda yang kumasukkan
kedalam ruangan ini. Hanya ada satu set ranjang besar ukuran king size,
sebuah lemari pakaian dan meja rias. Aku meluruskan kakiku dan menyandarkan
punggungku ke sofa. Sofa ini kuletakkan disebelah pintu keluar menuju balkon.
Sedikit aneh penataanya, memang. Biarkan saja, ini selera gadisku. Aku tidak
peduli.
“Hyuk...”
Aku menoleh seketika, memberengut tidak suka mendengar caranya memanggilku.
“Oppa.”
Ralatku tegas, dengan tatapan mengintimidasi.
“Oh,
baiklah. Oppa.” Na Ra terlihat memutar bola matanya malas. Sudut bibirku
berkedut menahan senyum.
“Kenapa?”
tanyaku setelah berdehem dan memperbaiki raut mukaku.
“Malam
ini, aku menginap di rumah Yeon Hwa, ya?” ucapnya lirih dan terdengar
berhati-hati.
“Haruskah
malam ini?” tukasku tidak suka.
“Eo.
Harus.” Dia menjawab terlalu cepat, membuatku menggersah tidak suka.
“Tapi...”
aku hendak meluncurkan aksi protesku.
“Aku
pergi dulu!” potongnya cepat, dan berlari meninggalkanku dikamar sendirian
tanpa mau mendengar jawabanku.
“Yak!”
gagal sudah rencanaku. Pupus harapanku untuk menghabiskan hari ini bersama Han
Na Ra.
***
Happy
birthday to you...
Happy
birthday to you...
Aku
baru saja terlelap, ketika samar-samar mendengar mars ulang tahun menggema
diruangan bernuansa krem ini.
Yah,
apakah aku sebegini inginnya mendapat ucapan selamat dari orang-orang
terdekatku sampai berkhayal mendengar suara mereka menyanyikan lagu itu
untukku? Ah, mengapa aku begini mengenaskan?
Mataku
sudah berat. Aku malas membuka mata untuk mencari tahu kebenarannya, apakah
suara-suara itu nyata atau hanya ilusiku saja.
Aku
bermaksud menarik selimutku lebih merapat ketika kurasakan sesuatu yang dingin
tiba-tiba memberondong tubuhku tanpa ampun.
“Yak!
Basah!” Aku mengumpat sambil bangkit dari tidurku secara paksa. Siapa yang
berani- beraninya mengguyurkan air ketempat tidurku, huh?
“Kami
menyanyikan lagu begini merdu dan kau malah seenaknya tidur!” sungut sebuah
suara cempreng yang sangat kukenali, khas Han Na Ra.
Aku
mengerjap sadar. Mengumpulkan semua nyawaku yang hampir tercecer secara cepat.
Lebih cepat daripada kilat yang paling petir.
“Selamat
ulang tahun!!” pekik Dong Hae dan Kyu Hyun tepat disamping kanan kiriku.
Membuat telingaku berdengung dengan meriahnya.
Aku
hanya menatap datar kepada mereka bertiga, Na Ra, Dong Hae dan sitengil Kyu Hyun.
“Apa
yang kalian lakukan disini?” tanyaku dingin.
“Memberi
ucapan selamat kepadamu? Apa lagi?” celetuk si maknae kurang ajar.
“Aku
tidak butuh. Bahkan tanggal 4 april sudah diujung tanduk, hampir berlalu.
”Aku
tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba saja aku merasa kesal kepada tiga orang idiot
didepanku ini. Mereka kekanakan, tidak kreatif. Kenapa hanya mengucapkan
selamat tanpa kue ulangtahun dan kado-kado yang manis?
“Kau
pasti marah karena tidak mendapat kue ulang tahun dan kado,” cemooh Na Ra
dengan santainya. Gadis jelek ini terlalu hafal dengan sifatku yang satu itu.
Ia melipat kedua tangannya didepan dada. Dasar gadis tengik!
“Ya~
Lee Hyuk Jae, kau bahkan bukan anak kecil berumur belasan tahun yang harus
diberi kue dan hadiah. Ucapan selamat saja harusnya cukup untukmu!” perkataan
Kyu Hyun terdengar seperti membela Na Ra, membuat gadis itu berdiri dengan
pongah, sementara si ikan nemo Lee Dong Hae hanya mengangguk-angguk tanda
setuju.
Mereka
bertiga kini menggiringku secara paksa untuk keluar dari kamar. Aku menahan
langkah mereka, menatap mereka dengan sinis,
“Heh,
kalian berdua. Kalian datang kesini tanpa memberiku hadiah, lebih baik kalian
pulang saja. Aku merasa kalian akan menghabisi isi kulkas-ku. Terutama kau, Cho
Kyu Hyun!”
“Yak!
Aku bukan Shim Chang yang suka menghabiskan isi kulkas orang, Hyung!”
Kyu Hyun melancarkan aksi protesnya. Hah, memangnya apa bedanya dia dengan pria
tiang listrik itu? sama-sama hobi makan.
“Sudahlah,
kalian pulang saja. Aku mau melanjutkan tidurku.” Usirku pada Kyu Hyun dan Dong
Hae. Mereka berdua menatap ngerih kearahku.
“Jangan
menatapku seperti itu. Mintalah traktiran pada Si Won.” Ucapku sekenanya.
Bagaimanapun caranya mereka berdua harus keluar dari rumahku sebelum hari ini
berakhir.
“Kau
jahat, Hyuk! Kau bahkan tidak memberi kami segelas air!” Protes Kyu Hyun lagi.
“Kau
masih berani berkata seperti itu setelah menumpahkan seember penuh air ke atas
ranjangku?” geramku denga gigi berkeratak.
“Yak,
itu kan air keran!” debat Kyu Hyun keras.
“Tapi
aku tetap harus membayar tagihannya!” ucapku teguh pada pendirianku.
“Hae,
kurasa aku tidak akan mengajaknya menonton Spongebob lagi, virus Tuan Crab
benar-benar merasuk dalam dirinya.” Bisik Kyu Hyun keras. Kurasa ia sengaja.
Dong Hae terlihat manggut-manggut setuju.
“Diskusikan masalah itu di rumah kalian masing-masing.
Ini sudah malam, dan aku mau tidur!” Aku mendorong paksa kedua adik
kesayanganku itu menuju pintu keluar utama. Beres.
Aku
berbalik menghadap Na Ra. Gadis itu terlihat gelisah ditempatnya berdiri.
“Aku
menunggu penjelasan darimu, nona!”
“A..aku..”
Na Ra tergagap begitu tatapan kami bertemu.
“Kau
tahu, aku frustasi kau abaikan selama seminggu ini. Aku bahkan tidak mendapatkan
hadiah sedikitpun darimu!” berondongku dengan tatapan mengancam. Na Ra
memandangku awas. Dia mundur kebelakang.
“Jadi,
kenapa kau masih disini, sayang? Bukankah kau berencana menginap di tempat Lee
Yeon Hwa malam ini?” aku masih merangsek maju. Menatapnya tajam. Dia terlihat
limbung karena menabrak sofa. Di jatuh dengan tidak etis-nya disisi sofa.
Harusnya aku tertawa keras sekarang, tapi demi pembalasan dendamku akan sikap
semena-menanya selama seminggu ini, aku menahannya.
“Yaa~
Lee Hyuk Jae, mau apa kau?” wajah gadisku terlihat pias. Oh, ayolah sayang. Kau
tak perlu memasang wajah seperti itu didepanku. Kau membuatku gemas saja.
Aku
berdiri tepat didepan kakinya yang tersuruk itu. ia masih terlihat kesakitan
dan berusaha bangkit dari jatuhnya. Aku tersenyum miring, mungkin akan terlihat
mengerihkan untuk kalian bayangkan. Jadi jangan berani-berani untuk membayangkan
wajahku saat ini!
“Tentu
saja memberikan hukuman untukmu sayang, apa lagi? Hahahaha!”
_END_
Ps: jiahahaha
Han Na Ra, ini surprise buat kamu deh, si dedek ‘Hold on Little girl’ kkk~ moga
kamu suka lho. Kamu wajib review ini tulisan sampe ke akar-akarnya! Jiahahaha
#maksapart2
Buat duo editor
ketceh saya, kaka Ai dan tante Marr, plis jangan bosen-bosen buat kirim
komentar pedas dilapak saya yang dingin ini #hallah.
And Finally,
Thank you For reading this weirdo story, guys! See yaa next time =)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar