Sabtu, 05 April 2014

[FF Spesial Hyuk's Day] Bad Day or Birth Day?



Title : Bad Day or Birth Day?

Author: Tyan Hardiana
Genre : Romance, Friendship.
Main Cast : - Lee Hyuk Jae – Han Na Ra (OC)
Other Cast : Find it by your self!

Disclaimer  : FF pertama dengan Cast Monyet Gunung Lee Hyuk Jae! Omegat~ ini bener-bener diluar skenario. Tadinya ini ga niat dibuat FF, tadinya cuma mau kubuat percakapan ga jelas bin ga penting seperti Marc-Morl Couple, tapi karena kepanjangan akhirnya terciptalah ficlet nista ini. Mungkin ada beberapa karakter yang OOC, yaudinlah ya~ namanya juga lagi belajar, toh ini juga cerita-cerita saya, terserah dong karakternya mau dibuat kaya gimana juga! *mulai songong #plok :D * and the last, Typo bertebaran dimana-mana. Alur mungkin mainstream dan ketebak, tapi kalian tetep kudu baca! #edisimaksa. Dan akhirnya, last of the last, Happy Reading, guys ^^
***
“Hei, Nona Lee!” Aku berteriak memanggil seorang gadis yang tengah bergelung dibalik selimut coklat berbulu kesayangannya.
Eoh. Kau datang, Oppa?” dia mengerjapkan matanya, mengusapnya beberapa kali hingga benar-benar sadar sepenuhnya. Aku mengangguk sambil melempar senyum lebar kearahnya. Wajah polos khas bangun tidurnya itu membuatku gemas ingin menciumnya! Oh, Tuhan. Ini godaan yang sangat menyenangkan!
“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa tersenyum selebar itu?” pertanyaannya membuatku memberengut tidak suka.
“Kau tidak punya TV dirumah, ya?” tanyaku ketus. Membuat fantasiku tentang dirinya menguap seketika. Kenapa gadis ini begitu apatis. Tidak mengerti keadaan sekitarnya, termasuk aku! Haish~ jinjja!
“Hah? Memangnya Kau menjual TV kita, eh?” tanggapnya bingung.
“Gadis bodoh! Kenapa kau begini polos?” umpatku tepat didepan mukanya.
“Kalau kau lupa, biar ku ingatkan. Tadi kau bilang tidak punya...”
“Yak, bodoh!” aku langsung memotong kata-katanya yang super tidak penting itu. Gadis ini benar-benar menguji kesabaranku!
“Kenapa jadi membentakku, Monyet Gunung!” Aku membolakan mataku tidak percaya. Apa dia bilang? Monyet gunung, eh?
“Kenapa mengolokku, Semut!” semburku lagi.
“Siapa yang kau panggil Semut?” dia bangkit dari duduk nyamannya, berdiri menyamaiku.
“Tentu saja, Kau. Siapa lagi?” tukasku menantang.
Playboy jelek!” dia berteriak tepat didepan mukaku. Ingat, didepan mukaku!
“Tidak ada Playboy jelek, sayang. Hanya Bobo saja yang jelek!” ucapku sedikit merendahkan nada bicaraku, aku lelah jika harus berdebat hanya karena masalah sesepele ini. Aku baru saja pulang dan ingin segera istirahat.
“Kenapa sekarang kau membicarakan Playboy dan Bobo. Apa hubungannya?” dia menuntut lagi. Wajahnya mendekat kearahku, menunjukkan rasa ingin tahu yang maha besar.
“Tidak tahu. Sepertinya kemarin ada orang yang berbicara seperti itu,” ujarku cuek.
“Jangan membuatku berpikir untuk membawamu bertemu seorang psikiater, Tuan Lee!” dia mendesis dengan tatapan mengancam, merasa tidak puas dengan jawabanku.
“Apa maksudmu, Kutu buku kelaparan? Kenapa kau jadi sensitif begini? Kau sedang PMS, ya?” aku malah menggodanya sekarang. Ya Tuhan, ini akan menjadi ronde yang sangat panjang.
“Yak! Monyet yadong! Kenapa kau bertanya se-vulgar itu?” ia memekik histeris mendengar pertanyaanku. Kenapa se-berlebihan itu, sih?
“Bagian mana yang terlihat vulgar dari petanyaanku, eoh?” aku memancingnya lagi, mengulum senyum didalam hati.
“Kau memang begitu, Hyuk! Mulutmu itu terlalu polos untuk ukuran seorang Playboy!” Aku menggersah keras. Aku sungguh benci dengan sebutan yang satu itu.
“Kenapa terus menyebutku Playboy? Apakah kau pernah melihatku berhubungan dengan banyak wanita dalam waktu bersamaan?” tanyaku dengan nada serius.
“Kau pasti berniat untuk melakukannya!” jawab gadis tengik ini begitu gampangnya.
“Bukankah secara tidak langsung kau mengatakan bahwa aku tidak melakukannya? Aku bukan Playboy, sayang!” Aku memamerkan senyum congkak penuh kemenangan.
“Ah, terserahlah! Aku lapar, mau makan.” Hei, jawaban macam apa itu? kenapa dia mengabaikanku begini? Tidak seru!
“Hey, jangan pergi dulu, sayang!” cegahku, cepat. Terlalu cepat kurasa.
“Apa lagi?” dia menoleh malas kearahku.
“Aku mau menunjukkan ini padamu,” ku sorongkan sebuah piala langsing yang terbuat dari kaca kehadapannya. Ah, dan jangan lupakan senyum manis nan memesona dariku sebagai bonusnya!
“Apa? Oh, penghargaan lagi, ya?” tanggapannya dari tadi tidak pernah membuatku merasa puas. Gadis ini...
“Hanya itu?” Aku menaikkan satu alisku.
“Selamat.” Ucapnya sambil lalu.
“Itu saja?”
“Kau ingin aku bagaimana? Bukankah kau sering mendapatkan yang seperti ini?” ucapnya tidak sabaran.
“Ah, kau benar.”
“Kau tidak perlu  memamerkan dan menciumnya sampai seperti itu,” ucapnya datar. Aku tertohok.
“Kau melihat foto itu, ya? Maaf. Ku rasa aku terlalu bersemangat kemarin,” sesalku. Aku merasa begini konyol sekarang.
“Tak masalah. Aku pergi makan dulu.” Na Ra berlalu begitu saja dari hadapanku, tanpa menoleh lagi.
Gadis itu benar. Yah, dia memang selalu benar dimataku apapun yang ia lakukan terhadapku. Termasuk yang satu ini, saat ia mengabaikan kerja kerasku. Kerja keras yang kubayar dengan sebuah pengorbanan besar, yang berpotensi membuatku tidak dapat bertemu dengannya dalam waktu lama. Aku meninggalkannya selama dua minggu untuk persiapan comeback bersama subgrup-ku di China. Saat itu aku tak sempat memberi kabar padanya. Sebagai seorang lead dancer tentu saja aku akan mejadi lebih sibuk dari pada teman-temanku yang lain. Harusnya dia memaklumi itu. Tapi aku sadar, dia hanya wanita. Hanya butuh dimengerti tanpa mau mengertiku. Sial!
***
Sejak kejadian siang tadi mood-ku jadi hancur. Aku malas berada dirumah dan lebih memilih kembali ke dorm untuk persiapan comeback di Korea besok. Aku hanya bermalas-malasan sepanjang hari bersama Choco. Dia lebih pengertian daripada Na Ra. Sial, bahkan aku sudah membanding-bandingkan gadis itu dengan peliharaanku! Apakah aku begitu merindukannya hingga menyeretnya masuk kedalam perdebatan batinku lagi? Ah, sudahlah! Lupakan dia, Hyuk!
“Ya~  Lee Hyuk Jae! Ada Apa dengan wajahmu?” Dong Hae menghampiriku, duduk disisiku. Dia memainkan bulu-bulu coklat milik Choco.
“Tidak apa-apa, Hae. Hanya sedang tidak mood.” Ucapku seadanya. Aku memfokuskan tatapanku pada layar kaca yang tengah menampilkan acara reality show milik setan tengil, maknae kesayangan kami, Radio Star. Dia kelewat narsis hingga mewajibkan semua orang yang berada di dorm menonton tayangan itu saat waktunya tiba.
“Sejak kapan seekor ikan teri memiliki mood?” nah, baru saja aku membicarakannya, sekarang dia sudah berulah. Sialan kau, Cho Kyu Hyun!
“Yak! Setan tengil!” jeritku murka.
“Hahaha. Biarkan saja, Hyuk. Kyu Hyun  memang seperti itu. Abaikan dia!” Dong Hae mencoba menengahi. Terkadang ia terlihat dewasa disaat-saat tertentu.
“Apa kau mau mengabaikanku sebagai bentuk balas dendam karena diabaikan oleh Na Ra, Hyung?”
Kenapa ada makhluk dengan mulut setajam dia, Tuhan? Kalau aku boleh memohon, tolong lenyapkan lidah tajamnya itu, Tuhan! Aku muak dengan lidahnya!
“Terkadang otakmu bekerja lebih lambat daripada mulutmu, Kyu! Jangan membuatku semakin ingin melempar PSP ini ke closet!” geramku melemparkan tatapan horor kearahnya sambil menyorongkan PSP kesayangannya.
“Kau mengancamku, Hyuk?” Kyu Hyun terlihat bersiap untuk berdiri. Ia sudah mulai mengabaikan tontonan maha pentingnya itu.
“Kenapa jadi kalian berdua yang ribut, heh?” Dong Hae menggeleng-geleng frustasi, meninggalkan kami berdua dalam kebisuan yang mencekam.
***
“Na Ra-ya...” Aku kembali mendekati gadisku lagi, setelah kejadian menyebalkan beberapa hari lalu.
“Hmm,” dia hanya berdehem. Menjawab seadanya, menoleh kearahku pun tidak.
“Kau masih dalam masa itu, ya?” tanyaku hati-hati.
“Masa apa?” dia menoleh kearahku kali ini, terlihat bingung.
“PMS?” ucapku takut-takut.
“Tidak.” Jawabnya pendek. Aku mendesah lega.
“Lalu kenapa begini acuh padaku?” Tuhan, mulutku memang tidak bisa dikendalikan kalau sudah menyangkut gadis yang satu ini. Aku harus berbaikan dengannya hari ini. Aku tidak mau disaat hari ulang tahunku tidak mendapatkan ucapan selamat beserta hal-hal manis lain yang mengekor dibelakangnya.
“Aku peduli padamu. Itu hanya perasaanmu saja,” dia masih berkutat dengan novel tebalnya. Sesekali membenarkan letak kacamatanya.
“Yah, mungkin begitu.” Aku tidak mendebatnya lagi, atau ini akan terasa semakin runyam.
Aku melempar pandanganku kesekeliling kamar. Tak banyak benda yang kumasukkan kedalam ruangan ini. Hanya ada satu set ranjang besar ukuran king size, sebuah lemari pakaian dan meja rias. Aku meluruskan kakiku dan menyandarkan punggungku ke sofa. Sofa ini kuletakkan disebelah pintu keluar menuju balkon. Sedikit aneh penataanya, memang. Biarkan saja, ini selera gadisku. Aku tidak peduli.
“Hyuk...” Aku menoleh seketika, memberengut tidak suka mendengar caranya memanggilku.
“Oppa.” Ralatku tegas, dengan tatapan mengintimidasi.
“Oh, baiklah. Oppa.” Na Ra terlihat memutar bola matanya malas. Sudut bibirku berkedut menahan senyum.
“Kenapa?” tanyaku setelah berdehem dan memperbaiki raut mukaku.
“Malam ini, aku menginap di rumah Yeon Hwa, ya?” ucapnya lirih dan terdengar berhati-hati.
“Haruskah malam ini?” tukasku tidak suka.
Eo. Harus.” Dia menjawab terlalu cepat, membuatku menggersah tidak suka.
“Tapi...” aku hendak meluncurkan aksi protesku.
“Aku pergi dulu!” potongnya cepat, dan berlari meninggalkanku dikamar sendirian tanpa mau mendengar jawabanku.
“Yak!” gagal sudah rencanaku. Pupus harapanku untuk menghabiskan hari ini bersama Han Na Ra.
***
Happy birthday to you...
Happy birthday to you...
Aku baru saja terlelap, ketika samar-samar mendengar mars ulang tahun menggema diruangan bernuansa krem ini.
Yah, apakah aku sebegini inginnya mendapat ucapan selamat dari orang-orang terdekatku sampai berkhayal mendengar suara mereka menyanyikan lagu itu untukku? Ah, mengapa aku begini mengenaskan?
Mataku sudah berat. Aku malas membuka mata untuk mencari tahu kebenarannya, apakah suara-suara itu nyata atau hanya ilusiku saja.
Aku bermaksud menarik selimutku lebih merapat ketika kurasakan sesuatu yang dingin tiba-tiba memberondong tubuhku tanpa ampun.
“Yak! Basah!” Aku mengumpat sambil bangkit dari tidurku secara paksa. Siapa yang berani- beraninya mengguyurkan air ketempat tidurku, huh?
“Kami menyanyikan lagu begini merdu dan kau malah seenaknya tidur!” sungut sebuah suara cempreng yang sangat kukenali, khas Han Na Ra.
Aku mengerjap sadar. Mengumpulkan semua nyawaku yang hampir tercecer secara cepat. Lebih cepat daripada kilat yang paling petir.
“Selamat ulang tahun!!” pekik Dong Hae dan Kyu Hyun tepat disamping kanan kiriku. Membuat telingaku berdengung dengan meriahnya.
Aku hanya menatap datar kepada mereka bertiga, Na Ra, Dong Hae dan sitengil Kyu Hyun.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanyaku dingin.
“Memberi ucapan selamat kepadamu? Apa lagi?” celetuk si maknae kurang ajar.
“Aku tidak butuh. Bahkan tanggal 4 april sudah diujung tanduk, hampir berlalu.
”Aku tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba saja aku merasa kesal kepada tiga orang idiot didepanku ini. Mereka kekanakan, tidak kreatif. Kenapa hanya mengucapkan selamat tanpa kue ulangtahun dan kado-kado yang manis?
“Kau pasti marah karena tidak mendapat kue ulang tahun dan kado,” cemooh Na Ra dengan santainya. Gadis jelek ini terlalu hafal dengan sifatku yang satu itu. Ia melipat kedua tangannya didepan dada. Dasar gadis tengik!
“Ya~ Lee Hyuk Jae, kau bahkan bukan anak kecil berumur belasan tahun yang harus diberi kue dan hadiah. Ucapan selamat saja harusnya cukup untukmu!” perkataan Kyu Hyun terdengar seperti membela Na Ra, membuat gadis itu berdiri dengan pongah, sementara si ikan nemo Lee Dong Hae hanya mengangguk-angguk tanda setuju.
Mereka bertiga kini menggiringku secara paksa untuk keluar dari kamar. Aku menahan langkah mereka, menatap mereka dengan sinis,
“Heh, kalian berdua. Kalian datang kesini tanpa memberiku hadiah, lebih baik kalian pulang saja. Aku merasa kalian akan menghabisi isi kulkas-ku. Terutama kau, Cho Kyu Hyun!”
“Yak! Aku bukan Shim Chang yang suka menghabiskan isi kulkas orang, Hyung!” Kyu Hyun melancarkan aksi protesnya. Hah, memangnya apa bedanya dia dengan pria tiang listrik itu? sama-sama hobi makan.
“Sudahlah, kalian pulang saja. Aku mau melanjutkan tidurku.” Usirku pada Kyu Hyun dan Dong Hae. Mereka berdua menatap ngerih kearahku.
“Jangan menatapku seperti itu. Mintalah traktiran pada Si Won.” Ucapku sekenanya. Bagaimanapun caranya mereka berdua harus keluar dari rumahku sebelum hari ini berakhir.
“Kau jahat, Hyuk! Kau bahkan tidak memberi kami segelas air!” Protes Kyu Hyun lagi.
“Kau masih berani berkata seperti itu setelah menumpahkan seember penuh air ke atas ranjangku?” geramku denga gigi berkeratak.
“Yak, itu kan air keran!” debat Kyu Hyun keras.
“Tapi aku tetap harus membayar tagihannya!” ucapku teguh pada pendirianku.
“Hae, kurasa aku tidak akan mengajaknya menonton Spongebob lagi, virus Tuan Crab benar-benar merasuk dalam dirinya.” Bisik Kyu Hyun keras. Kurasa ia sengaja. Dong Hae terlihat manggut-manggut setuju.
“Diskusikan  masalah itu di rumah kalian masing-masing. Ini sudah malam, dan aku mau tidur!” Aku mendorong paksa kedua adik kesayanganku itu menuju pintu keluar utama. Beres.
Aku berbalik menghadap Na Ra. Gadis itu terlihat gelisah ditempatnya berdiri.
“Aku menunggu penjelasan darimu, nona!”
“A..aku..” Na Ra tergagap begitu tatapan kami bertemu.
“Kau tahu, aku frustasi kau abaikan selama seminggu ini. Aku bahkan tidak mendapatkan hadiah sedikitpun darimu!” berondongku dengan tatapan mengancam. Na Ra memandangku awas. Dia mundur kebelakang.
“Jadi, kenapa kau masih disini, sayang? Bukankah kau berencana menginap di tempat Lee Yeon Hwa malam ini?” aku masih merangsek maju. Menatapnya tajam. Dia terlihat limbung karena menabrak sofa. Di jatuh dengan tidak etis-nya disisi sofa. Harusnya aku tertawa keras sekarang, tapi demi pembalasan dendamku akan sikap semena-menanya selama seminggu ini, aku menahannya.
“Yaa~ Lee Hyuk Jae, mau apa kau?” wajah gadisku terlihat pias. Oh, ayolah sayang. Kau tak perlu memasang wajah seperti itu didepanku. Kau membuatku gemas saja.
Aku berdiri tepat didepan kakinya yang tersuruk itu. ia masih terlihat kesakitan dan berusaha bangkit dari jatuhnya. Aku tersenyum miring, mungkin akan terlihat mengerihkan untuk kalian bayangkan. Jadi jangan berani-berani untuk membayangkan wajahku saat ini!
“Tentu saja memberikan hukuman untukmu sayang, apa lagi? Hahahaha!”

_END_

Ps: jiahahaha Han Na Ra, ini surprise buat kamu deh, si dedek ‘Hold on Little girl’ kkk~ moga kamu suka lho. Kamu wajib review ini tulisan sampe ke akar-akarnya! Jiahahaha #maksapart2
Buat duo editor ketceh saya, kaka Ai dan tante Marr, plis jangan bosen-bosen buat kirim komentar pedas dilapak saya yang dingin ini #hallah.
And Finally, Thank you For reading this weirdo story, guys! See yaa next time =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar